Dokter Gigi: Profesi (Dianggap) Elite, (padahal) Gaji Sulit

Dokter Gigi: Profesi (Dianggap) Elite, (padahal) Gaji Sulit

Dokter Gigi: Profesi (Dianggap) Elite, (padahal) Gaji Sulit (Pixabay.com)

Kamu keliru bila berasumsi profesi dokter gigi membawa kekayaan. Sebaliknya, untuk menjadi dokter gigi ada baiknya miliki hak istimewa/privilege agar sedikit memudahkan langkah mencapai cita-cita.

Di kolom pencarian Indeed, rata-rata penghasilan dokter gigi di Indonesia adalah Rp7.000.000/ bulan, dengan pengalaman kerja 2-3 tahun, terdengar menggiurkan bukan? Tapi apa sebanding dengan lama kuliah lebih dari 6 tahun dan biaya pendidikan yang fantastis? Jurusan sarjana lain bahkan bisa mendapat lebih dari itu kalau beruntung diterima oleh perusahaan besar di ibukota provinsi.

Sangat mungkin seorang dokter gigi memperoleh nominal lebih jika menangani kasus estetika, prostetik, bedah dan kasus dengan tingkat kerumitan tinggi. Tetapi yang tidak diketahui orang banyak adalah sering kali klinik gigi yang sudah dibangun bertahun-tahun, sepi akan pasien. Kadang dalam satu bulan hanya dikunjungi 2 pasien bahkan tidak sama sekali.

Cukup sulit menemukan cerita jujur dari pelaku profesi ini, khususnya di Indonesia, yang berbagi pengalaman tentang alasan mereka berhenti memikul profesi itu. Karena, orang berlomba-lomba menunjukkan kesuksesan, dan enggan berbagi hal yang tidak/ belum berhasil dilakukan.

Berasal dari keluarga sosial ekonomi menengah (atas)

Di Indonesia, Universitas Trisakti contohnya, tempat saya dulu menimba ilmu di tahun 2008. Biaya pendidikan sarjana kedokteran gigi sekarang, 2023/2024 membutuhkan Rp503.000.00-550.000.000. Jika kamu berencana menjadi dokter gigi klinisi, perlu melanjutkan hingga pendidikan profesi (co-ass). Kisaran biaya yang diperlukan dari masuk kuliah hingga lulus berkisar Rp800.000.000.

Sistem co-ass dokter gigi berbeda dengan dokter umum yang pasiennya telah tersedia tanpa dicari. Calon dokter harus rajin mencari pasien secara mandiri agar dapat mengerjakan kasus sesuai dengan syarat kelulusan. Simbiosis mutualisme adalah kunci penting, yaitu calon dokter gigi bisa menyelesaikan tugas persyaratan, dan pasien mendapat perawatan gigi gratis beserta kompensasi dalam bentuk uang atau materiil lain. Lagi-lagi soal uang.

Orang tua dokter gigi

Teman-teman jurusan lain, di usia 22 tahun mulai mencari kerja sebagai fresh graduate, sedangkan calon dokter gigi belum kompeten berpraktik sebagai klinisi. Maka, perlu melanjutkan ke pendidikan profesi (co-ass) yang akan diselesaikan dalam waktu 2 tahun atau lebih.

Katakan, usia 24 tahun menyandang gelar, lalu ingin melamar kerja di klinik gigi yang ramai dan ternama. Jelas bukan hal mudah karena diutamakan dokter gigi berpengalaman atau spesialis. Maka berdasarkan pengalaman pribadi, saya dan beberapa teman melamar kerja di klinik gigi “less premium”.

Kalau tidak ada pasien, kami mendapat uang duduk sebesar Rp20.000-50.000 (tahun 2016, 2017). Kalau orang tuamu adalah dokter gigi, ini adalah salah satu hak istimewa untuk langsung bisa bekerja di klinik, tidak perlu investasi membangun klinik gigi dari awal, dan pasien pasti rutin datang.

Pekerjaan lain yang mencukupi, dokter hanya sampingan

Mendapat penghasilan Rp5.000.000/ bulan bagi beberapa dokter gigi adalah hal yang sangat menantang. Hal ini dipicu beberapa faktor, seperti perilaku pasien cenderung menunda perawatan karena rasa takut/ rasa cemas terhadap perawatan gigi, rendahnya rasa peduli terhadap kesehatan gigi, dan khawatir biaya mahal.

Teman sejawat yang saya kenal akhirnya menjadikan bisnis keluarga atau bisnis pasangan sebagai mata pencaharian utama dan dokter gigi sebagai profesi sambilan. Di sinilah orang awam terkecoh, pikirnya hidup dokter gigi terjamin kemakmurannya, padahal bisnis keluarga lah yang menyokong. Ya, daripada gelar bagus terbuang sia-sia, yang penting jas dokternya terpakai.

Genuine passion, keterampilan istimewa

Passion (ketertarikan yang dalam) dan keterampilan yang tidak biasa-biasa, adalah faktor terbesar yang menentukan keberhasilan karier. Menjadi dokter gigi yang sukses, kamu harus punya hard skill (keterampilan motorik tangan dan mata, keterampilan memadukan ilmu seni dan sains) dan soft skill (cara komunikasi yang baik dengan pasien, mencari solusi secara cepat, kemampuan memperhatikan hal-hal kecil secara detail dan cermat).

Setiap industri pekerjaan punya sisi cerita yang ingin ditunjukkan untuk membentuk persepsi, dan sisi cerita lain yang hanya diketahui sekelompok orang yang bergiat di dalamnya. Seperti, profesi ini, yang kerap dianggap menjanjikan. Padahal kenyataannya ya… kalian putuskan sendiri saja.

Penulis: Endola Tantono
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Istilah Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang Menggambarkan Beratnya Kuliah di Sana

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version