Dinasti Silla, Dinasti Paling Ramah Wanita di Era Kerajaan Kuno Korea

Dinasti Silla, Dinasti Paling Ramah Wanita di Era Kerajaan Kuno Korea terminal mojok.co

Dinasti Silla, Dinasti Paling Ramah Wanita di Era Kerajaan Kuno Korea terminal mojok.co

Bagi kalian pecinta drama Korea, terutama drama saeguk, pasti sudah tidak asing lagi dengan Dinasti Silla, kan? Silla merupakan satu dari tiga kerajaan kuno besar yang pernah berdiri di daratan Korea. Adapun dua kerajaan lain yaitu Baekje dan Goguryeo.

Dibandingkan dengan dua kerajaan lainnya, Silla bisa dikatakan sebagai kerajaan terbesar karena pada akhirnya dinasti tersebut mampu menaklukkan Baekje dan Goguryeo dan menyatukan tanah Korea di bawah bendera Silla yang sering kali disebut sebagai masa Silla Bersatu.

Silla didirikan pada tahun 57 sebelum masehi oleh Raja Hyeokgose dan mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Raja Munmu. Nah yang menarik dari era kekuasaan yaitu Silla memberikan kesempatan kepada kaum wanita untuk banyak berkiprah di ruang publik.

Jika kita perhatikan dari drama saeguk dan juga catatan sejarah, Silla merupakan kerajaan yang paling ramah dengan kaum wanita. Wanita mempunyai kedudukan tinggi. Banyak dari mereka yang berhasil menduduki jabatan sebagai penasihat maupun wali raja. Saat periode tersebut, wanita berkedudukan sebagai kepala keluarga dari garis matrilineal, bersisian dengan garis patrilineal. Bahkan jika dibandingkan Dinasti Joseon, kerajaan terakhir di Korea, Dinasti Silla jauh lebih unggul perihal urusan menghargai kedudukan wanita.

Pada masa Dinasti Joseon, wanita tidak boleh ikut dalam urusan pemerintahan dan tidak boleh menimba ilmu di lembaga pendidikan resmi negara. Wanita hanya memiliki tiga tugas pokok yakni memasak, merias diri, dan menghasilkan keturunan. Jika pun ada yang ikut dalam urusan pemerintahan, itu harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan dari balik tabir.

Wanita yang bisa membaca adalah mereka yang beruntung karena terlahir dari keluarga bangsawan. Itu saja yang mengajari mereka membaca dan menulis adalah orang tua mereka sendiri, bukan dari bangku sekolah.

Di era Dinasti Silla, wanita memiliki kedudukan yang sejajar dengan kaum pria. Jika kalian pernah menonton drama The Great Queen of Seondeok atau drama Hwarang, kalian akan mengetahui bagaimana wanita memiliki peran yang vital bagi negara. Wanita di zaman Silla, diperbolehkan untuk terlibat dalam urusan politik. Bahkan Silla sendiri pernah dipimpin langsung oleh ratu. Selain itu, wanita diperbolehkan untuk bergabung dengan Hwarang, sebuah pasukan khusus di bidang militer. Di Hwarang, para wanita diperlakukan setara dengan kaum pria. Mereka akan diajari teknik berperang, bela diri, seni budaya, dan juga ilmu pengetahuan.

Salah satu contoh wanita hebat di zaman Silla yaitu Mishil. Literatur sejarah mencatat bahwa Mishil merupakan sosok kuat dan memiliki pengaruh yang besar dalam pemerintahan. Terlepas dari cara yang digunakan Mishil untuk meraih impiannya, Mishil tetaplah sosok wanita hebat di zamannya.

Karier Mishil dimulai ketika ia bergabung dengan Hwarang. Di sinilah ia bertemu dengan cinta sejatinya, Sadaham. Sempat ingin melepaskan semua cita-citanya demi cinta, rupanya ia mengalami kekecewaan yang besar karena Sadaham yang sudah lama ia tunggu tewas di medan pertempuran.

Sejak saat itu, ia mulai abai dengan cinta dan menjadi wanita ambisius. Perlahan kariernya terus beranjak naik. Lantaran prestasinya yang gemilang, ia diangkat menjadi kepala Hwarang, memimpin korps militer yang didominasi para pria. Selain itu, ia juga dipercaya sebagai penjaga stempel kerajaan dan berhasil menjadi selir raja.

Selain Mishil, Ratu Seondeok merupakan ratu terhebat di era Silla. Ia merupakan ratu pertama di tanah Korea yang memiliki kedaulatan penuh untuk memimpin negara. Meski pada saat awal penobatannya sebagai ratu banyak sekali yang ragu dengan kemampuan dan kapasitasnya, ia berhasil membungkam semua keraguan tersebut. 

Kekuasaannya berlangsung selama 19 tahun. Selama masa pemerintahannya, Silla mengalami masa kacau dengan banyaknya pemberontakan. Namun, Seondeok berhasil memadamkan pemberontakan tersebut dan menjaga stabilitas keamanan negara. Seondeok juga memberikan perhatian yang besar pada bidang agama dan pendidikan. Banyak kuil-kuil Buddha yang dibangun dan banyak pelajar yang dikirim ke Tiongkok guna menimba ilmu.

Sepeninggal Seondeok, takhta diwariskan kepada sang keponakan, Jindeok. Soendeok yang mewariskan stabilitas keamanan dalam negeri, membuat Jindeok bisa berfokus pada kebijakan hubungan internasional. Selama tujuh tahun memerintah, dengan bantuan jenderal Kim Yu-Shin, Jindeok mampu memperkuat pertahanan Silla dan mampu memperkuat hubungan dengan Dinasti Tang dari China.

Jindeok berhasil membuka pintu gerbang awal penyatuan tanah Korea yang nantinya akan tercapai pada masa pemerintahan Raja Munmu. Sepeninggal Jindeok, tak ada lagi ratu yang memimpin Korea. Bahkan di era Goryeo maupun Joseon yang berdiri ratusan abad setelahnya, negara tak pernah dipimpin oleh seorang ratu.

BACA JUGA Mengenal Ratu Cheorin, Istri Raja Cheoljong dari Dinasti Joseon dan tulisan Annisa Herawati lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

 

Exit mobile version