Derita Tinggal di Bungurasih, Daerah Perbatasan Sidoarjo dan Surabaya yang Penuh Masalah

Derita Tinggal di Bungurasih, Daerah Perbatasan Sidoarjo dan Surabaya yang Penuh Masalah

Derita Tinggal di Bungurasih, Daerah Perbatasan Sidoarjo dan Surabaya yang Penuh Masalah (Unsplash.com)

Menetap puluhan tahun di Bungurasih, tepatnya di pinggir jalan raya utama, tentu bikin saya heran sama omongan orang. Pasalnya, banyak yang mengira tinggal di daerah yang masuk Kabupaten Sidoarjo ini enak banget karena dekat dengan Surabaya, ibu kota Jawa Timur. Kata orang, ke mana-mana jadi mudah soalnya dekat dengan kota besar.

Nggak salah, sih. Tapi masalahnya, tinggal di Bungurasih nggak seenak omongan orang. Sebab, daerah ini terletak di perbatasan Surabaya dan Sidoarjo yang sudah jelas padat pendatang dan kendaraan besar. Orang-orang yang tinggal di sini, mau nggak mau harus adaptif dengan keramaian dan berjiwa pemberani.

Kalau nggak percaya, coba baca dulu pengalaman saya ini sampai habis supaya kalian paham kenapa tinggal di Bungurasih nggak enak-enak banget seperti yang kalian pikirkan karena banyak masalahnya.

Jadi orang Bungurasih harus bersahabat dengan macet

Penderitaan pertama yang sudah pasti saya rasakan adalah harus bersahabat dengan macet. Boro-boro bisa langsung merasakan kedamaian di pagi hari, yang ada telinga saya dipenuhi dengan suara klakson kendaraan bersahutan. Apalagi kalau sudah memasuki musim liburan. Baik sebelum atau sesudah liburan, pasti jalan utama Bungur macet. Padahal cuma libur weekend biasa, tak jarang hari Jumat sore dan Senin pagi jadi macet banget.

Nggak heran sih mengingat di daerah ini ada terminal legendaris paling sibuk se-Indonesia bahkan Asia Tenggara. Yak, Terminal Bungurasih atau Purabaya. Jadi, wajar kalau kendaraan besar lalu-lalang di sini.

Saya pernah disuruh orang tua mengantar adik paling kecil sekolah di hari Senin pagi. Saat mau balik ke rumah, baru sampai gang belakang Pom Bensin Medaeng dekat rumah saya menuju jalan raya saja sudah macet parah.

Padahal jarak gang belakang pom dengan jalan raya deket banget, lho. Eh, butuh waktu hampir setengah jam untuk sampai rumah. Akhirnya saya harus menahan kesal dan sumuk—karena belum mandi—sambil terjebak di tengah-tengah jalan bersama kendaraan lain yang riuh membunyikan klakson.

Nggak hanya itu. Kalau sudah masuk libur panjang, jangan harap hidup tenang, tenteram, dan damai di Bungurasih. Sebab, rumah sudah seperti dikepung kendaraan seperti bus, mobil, truk, dan sepeda motor. Saking macetnya, pernah beberapa kali kendaraan berhenti di depan rumah saya sejenak untuk mengaso.

Baca halaman selanjutnya: Hampir nggak pernah sepi…

Bungurasih daerah yang hampir nggak pernah sepi, selalu ramai

Tinggal di sebelah jalan raya utama Bungurasih juga jangan harap bisa mendapat suasana tenang seperti di desa. Lagi-lagi hanya ada suara klakson kendaraan saling bersahutan di sini.

Belum lagi kalau tengah malam tiba. Jangan kaget kalau warga daerah perbatasan Surabaya dan Sidoarjo ini sering mendengar suara motor racing kebut-kebutan yang super berisik itu. Gimana nggak berisik, wong biasanya di atas jam 10 malam saat jalan mulai lengang, mereka malah kebut-kebutan, kok.

Selain suara klakson kendaraan dan knalpot motor racing yang kebut-kebutan, ada juga suara dari warkop sebelah rumah yang buka 24 jam. Warkop itu hampir tiap hari ramai, apalagi kalau ada acara bola. Siap-siap saja berasa seperti di stadion mendengar orang teriak, “Gooolll!” kenceng banget.

Sebenarnya keramaian seperti ini asyik-asyik saja, tapi masalahnya dalam kondisi tertentu, keramaian seperti ini jatuhnya jadi mengganggu. Saya yang pengin tidur, jadi nggak bisa tidur. Kalau saya ada keperluan seperti Zoom Meeting pun juga jadi nggak kedengeran karena jalanan Bungurasih yang nggak pernah diam.

Sering ada orang misterius berkeliaran 

Pernah nggak merasa nggak aman di rumah sendiri karena didatangi orang misterius? Kehadiran orang ini tentu bikin deg-degan kan, apalagi kalau di rumah sedang sendirian.

Itulah yang kerap saya rasakan sebagai orang Bungurasih. Beberapa kali saya melihat orang nggak dikenal tiba-tiba ngemper di depan rumah, entah sendirian maupun gerombolan. Mana penampilan orang-orang yang berkeliaran ini macem-macem. Ada yang mirip preman, ada yang kayak orang tersesat, pokoknya macem-macem lah.

Malahan waktu itu pernah ada orang mabok datang tiba-tiba membawa botol minumnya nyamperin toko sebelah rumah saya. Dia bertanya ada “minuman” atau nggak. Jelas nggak lah. Akhirnya orang itu diusir pakde saya karena takut terjadi apa-apa. Selain ada orang nggak jelas kayak gitu, ada juga yang minta bantuan dan berujung ditolong sama keluarga saya. Pokoknya banyak orang misterius dan asing berkeliaran di Bungurasih, deh.

Belum selesai di situ. Beberapa kali saya mendapati orang asing yang gerak-geriknya seperti “mengintai” rumah saya. Dia berdiri di balik bangunan seberang rumah sambil ngintip-ngintip tak berdosa. Ada juga yang mondar-mandir di sekitar rumah saya atau diam mematung tepat di depan rumah.

Aneh, kan? Ngapain coba? Apa mereka pendatang yang baru tiba di Sidoarjo? Atau mereka hendak bepergian ke Surabaya? Nggak tahu. Pokoknya kalau sedang sendirian di rumah, mengunci pintu dan jendela rapat-rapat wajib hukumnya.

Daerah langganan kecelakaan

Namanya juga daerah padat kendaraan, jelas kabar kecelakaan juga sering terdengar di daerah perbatasan Sidoarjo dan Surabaya ini. Jangankan kabar dari orang, suara rem mendadak kendaraan atau suara “gedebuk” tanda ada pengendara jatuh kerap terdengar langsung di telinga saya. Serem, kan?

Beberapa bulan lalu, di dekat pom bensin rumah saya, ada seorang siswi SMP yang meninggal karena terlindas truk. Dia dan temannya menaiki sepeda motor melewati jalanan Bungurasih yang macet parah. Mungkin karena nggak sabaran, pengendara motor menyelip truk besar di depannya hingga motornya tersenggol badan truk. Akhirnya siswi SMP yang dibonceng terjatuh dan tewas.

Hal-hal yang saya jumpai di atas sebenarnya nggak mengenakkan. Makanya saya heran kalau ada yang bilang tinggal di Bungurasih enak karena aksesnya mudah tuh belum tahu aja derita yang dirasakan warganya. Ya memang enak sih karena berada di perbatasan Surabaya dan Sidoarjo sehingga gampang ke mana-mana. Tapi di balik kemudahan itu, ada juga masalah-masalah yang muncul. Kudu tatag pokoke!

Penulis: Siti Fatimah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Surabaya Selepas Hujan Tak Lagi Seindah Video Orang-orang, Hanya Tinggal Banjir dan Macet di Jalan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version