Derita Punya Rumah Pinggir Sungai, Angan-angan Hidup Damai Rusak karena Banjir dan Reptil

Derita Punya Rumah Pinggir Sungai di Desa, Angan-angan Hidup Damai Rusak karena Banjir dan Reptil Mojok.co

Derita Punya Rumah Pinggir Sungai di Desa, Angan-angan Hidup Damai Rusak karena Banjir dan Reptil unsplash.com

Pindah dari kota ke desa untuk slow living sedang populer beberapa tahun terakhir. Mereka yang sudah bosan dengan cara hidup serba cepat dan kurang mindful ala warga kota memilih melipir ke desa demi healing dan hidup yang lebih bermakna. Biasanya, mereka pindah ke desa dan memilih hunian yang bakal memberi pengalaman berbeda. Misal, punya rumah di kaki bukit, pinggir sawah, hingga pinggir sungai. 

Punya rumah pinggir sungai untuk slow living di pedesaan jadi salah satu impian banyak orang kota. Di dalam bayangan mereka, sehari-hari bakal hidup damai dengan mendengar gemericik air dari rumah yang terlihat aestetik. Kenyataannya, punya rumah di pinggir sungai tidak seindah itu. Banyak hal merepotkan yang saya yakin bikin orang-orang ingin kembali ke kota saja.

Pikirkan baik-baik sebelum punya rumah di pinggir sungai 

Sebelum pindah dan tinggal di rumah pinggir sungai, pastikan bangunan rumah kalian kokoh dan tidak terletak di lokasi yang berbahaya. Itu mengapa, memutuskan tinggal di dekat sungai perlu pertimbangan yang benar-benar matang. Tidak jarang perlu budget yang lebih besar untuk menyiasati berbagai risikonya. 

Memangnya, apa saja sih risiko punya rumah dekat sungai? Banyak, beberapa yang perlu dipikirkan baik-baik adalah risiko erosi dan banjir. Perlu strategi dan teknik khusus agar bangunan tetap kokoh. Itu yang harus dipikirkan sebelum memutuskan pindah dan menetap di rumah pinggir sungai ya. Ada banyak hal lain yang mesti dihadapi seiring menempati rumah pinggir sungai yang saya yakin nggak bakal dijumpai ketika hidup di perkotaan.

Musim hujan adalah mimpi buruk 

Bagi mereka yang tinggal di pinggir sungai, musim hujan bak mimpi buruk. Di saat itulah puncak ketidaknyamanan dan kesabaran  diuji. Dahulu, orang-orang mungkin bisa persiapan atau menyiasati hujan dengan lebih baik karena cuaca masih bisa diperkirakan. Namun, hal itu sulit dilakukan sekarang ini. Cuaca semakin tidak menentu karena kerusakan alam. Hujan deras kian sulit diprediksi begitu juga dengan risiko banjir. 

Selain banjir yang kian sulit diprediksi, punya rumah pinggir sungai juga perlu bersabar dengan sampah-sampah yang biasanya terbawa aliran banjir. Selain bikin kotor ketika air mulai surut, sampah kerap menimbulkan bau yang tidak sedap. 

Belum lagi nyamuk yang terasa semakin banyak dan ganas ketika musim hujan. Itu baru nyamuk ya, ketika musim hujan, berbagai macam hewan yang selama ini tinggal di sungai kerap “mampir” mulai dari ular dan biawak. Benar-benar lebih baik pikirkan ulang kalau kalian tidak siap melihat biawak tiba-tiba di teras rumah seperti meme-meme yang bertebaran di media sosial.

Itulah penderitaan punya rumah dekat sungai di desa. Di benak orang kota, slow living di desa dengan tinggal di rumah dekat sungai mungkin terdengar sempurna. Namun, kenyataannya tidak seperti itu, banyak juga sisi buruknya. Itu mengapa, kalian yang tidak siap budget dan mental lebih baik pikirkan ulang rencana punya rumah di dekat sungai.  

Penulis: Wulan Maulina
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Kuli Bangunan Licik Bikin Pemilik Rumah Rugi Bandar, Material Bangunan hingga Upah Dimanipulasi Semua

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version