Dentist Song di Hometown Cha-cha-cha: Pendidikan Karakter Lewat Lagu Anak-anak

Dentist Song di Hometown Cha-cha-cha: Pendidikan Karakter Lewat Lagu Anak-anak terminal mojok.co

Drama Korea kenamaan 2021, Hometown Cha-cha-cha, hingga kini masih banyak diramaikan oleh para penggemarnya. Sebab, meski drama ini sudah menayangkan episode final pada 17 Oktober, drama yang kaya akan pesan moral ini masih relevan untuk ditonton.

Pada episode kelima drama Hometown Cha-cha-cha, Hong Du Shik menjadi asisten Yoon Hye Jin yang sedang mengadakan penyuluhan kesehatan gigi di SD. Yoon Hye Jin menggunakan metode konvensional dalam menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan gigi. Jelas dong presentasi yang membosankan bikin anak-anak jadi ngantuk. Oleh karenanya, Hong Du Shik berinisiatif mengajak anak-anak bernyanyi dan menari. Kentara sekali anak-anak SD menjadi jauh lebih riang dan bersemangat setelah Du Shik memimpin sesi sing-along “Dentist Song”. Lirik “Dentist Song” tersebut sebagai berikut.

Chocolate satang jakku meogeoseo chigwa-e gatjyo

Aku pergi menemui dokter gigi karena terus-terusan makan permen cokelat

Museopjiman nunmulnajiman

Meski aku merasa takut dan menangis

Naneun naneun naneun naneun yonggamhanikkan Ha!

Tapi aku aku aku aku anak yang pemberani Ha!

Ttukttak ttukttak ttukttak ttukttak chiryobadatjyo Ha!

Jadi aku mendapatkan perawatan gigi Ha!

Ijen ijen ijen an-apa

Sekarang sekarang sekarang tak lagi sakit

Geon-ganghago teunteunhan nae i

Gigiku sehat dan kuat

Chikachikachika yangchijil

Harus menggosok gigi

Kkok kkok haru sebeon yangchijil

Harus menggosok gigi tiga kali sehari

Selain punya nada dan lirik yang mudah diikuti, “Dentist Song” juga punya koreografi yang lucu dan memorable. Misalnya pada penggalan lirik “…chigwa-e gatjyo” Hong Du Shik meletakkan tangan yang terkepal ke dahi, seakan-akan mengekspresikan rasa terkejut, kecewa, sekaligus panik karena harus pergi ke dokter gigi.

Sosialisasi yang menyenangkan dengan mengajak anak-anak bergembira sangatlah efektif. Menurut Sri Wahyuningsih dalam publikasi artikelnya, musik dan lagu punya peran penting dalam sosialisasi. Anak-anak yang secara intensif dan kerap mendengar atau menyanyikan lagu-lagu yang sarat akan nilai-nilai karakter akan lebih paham arti kerja sama, bersyukur, dan karakter-karakter lain yang memengaruhi mereka. Penting juga untuk mengakrabkan anak dengan lagu-lagu yang memang diperuntukkan untuk anak seusianya.

Misalnya saja dalam drama Hometown Cha-cha-cha, dengan mendengar dan menyanyikan “Dentist Song”, anak-anak memahami bahwa ada dampak dari melakukan sesuatu. Terlalu banyak makan permen cokelat bisa membuat gigi sakit dan harus pergi ke dokter gigi guna mendapatkan perawatan.

Bagi sebagian anak, dokter adalah figur yang menakutkan. Teror suntik dan rasa sakit membayang-bayangi mereka. Tapi dalam lagu disebutkan bahwa meski ada rasa takut dan air mata yang mengalir, sosok anak yang ada dalam lagu tetap memberanikan diri untuk mendapatkan tindakan medis.

Dengan mengaitkan situasi yang ada dalam lagu, anak-anak juga bisa mengerti bahwa gara-gara tindakannya sendiri, ia mengalami hal yang menyakitkan. Untuk menyembuhkannya, ia harus berhadapan dengan hal yang tak disukainya. Dan untuk menghindari kejadian itu terulang kembali, ia harus rajin menggosok gigi.

Lagu yang sederhana seperti “Dentist Song” ini sangat bergizi dalam hal pendidikan karakter, kan? Lagu-lagu edukatif serupa tapi berbahasa Indonesia dan cocok untuk diperdengarkan pada anak-anak jumlahnya juga banyak sekali. Bahkan mungkin kita perlu waktu berhari-hari untuk mendengarkan semua mahakarya Pak Kasur atau Ibu Sud. Tapi mirisnya, anak-anak sekarang cenderung lebih familier dengan lagu-lagu orang dewasa.

Anak-anak di lingkungan rumah bude saya malah lebih menyukai lagu-lagu BTS dan merasa canggung saat menyanyikan lagu anak-anak. Padahal mereka masih seusia anak TK hingga awal-awal masuk SD. Mereka perlu lebih banyak mendapatkan asupan pendidikan karakter yang salah satu sarananya adalah dengan mendengarkan lagu anak-anak. Kan nggak lucu kalau mereka ikut-ikutan nangis tengah malam karena mentally exhausted menghadapi tuntutan duniawi setelah mendengarkan lagu dan menonton MV Zero O’Clock.

Anak-anak yang lebih akrab dengan lagu-lagu populer ini disebabkan oleh penggunaan gawai dan internet yang makin masif. Di masa digital ini internetlah yang cenderung menjadi media sosialisasi paling utama. Anak-anak, terutama yang dibebaskan oleh orang tuanya dalam mengakses gawai, cenderung lebih senang dan intens belajar hal baru lewat internet.

Anak-anak perlu diakrabkan lagi dengan lagu-lagu edukatif yang membuat mereka bisa belajar nilai-nilai dan karakter-karakter yang membantu perkembangan akalnya. Biar hal ini bisa terwujud, agen-agen sosialisasi di sekitar anak perlu terlibat. Agen-agen inilah yang berperan dalam membantu proses internalisasi nilai, norma, dan tata kelakuan pada anak.

Dalam drama Hometown Cha-cha-cha, tampak bahwa agen-agen sosialisasi yang saling berkolaborasi. Sekolah, keluarga, hingga teman berperan besar dalam pembentukan karakter. Dalam mentransmisikan karakter pada anak, agen-agen sosialisasi dalam adegan drama tersebut menggunakan lagu sebagai medianya.

Jadi, lagu-lagu yang edukatif ini juga memerlukan peran dari agen-agen sosialisasi agar pesannya tersampaikan. Jika anak-anak cuma mendengarkan lagunya tanpa diajarkan maksud dari lirik maupun diajak menginternalisasikan nilai dari lagu tersebut, sama saja percuma.

Sumber Gambar: Unsplash

Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version