Kalau saat ini kamu sedang berakhir pekan di Bandung dan bosan dengan kuliner yang itu-itu saja, mungkin kamu bisa coba cicipi camilan yang satu ini. Namanya colenak Murdi Putra, camilan manis khas Bandung yang legendaris. Disebut legendaris karena camilan ini sudah ada sejak tahun 1930 dan bahkan menjadi salah satu hidangan istimewa pada gelaran Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955 yang lalu.
Colenak adalah akronim dari “dicocol enak” yang artinya kurang lebih “disentuh atau dicolek sedikit dan rasanya enak”. Camilan ini berbahan dasar tapai singkong—dalam bahasa Sunda disebut peuyeum—yang dibakar dan diberi guyuran gula aren cair yang dicampur dengan parutan kelapa. Rasanya manis dengan sensasi asam dan sangat cocok buat kamu yang doyan dengan camilan yang manis-manis.
Biar kamu nggak penasaran, nih saya coba uraikan hal-hal unik dari camilan legendaris khas Bandung ini, ya.
Daftar Isi
Rasanya manis tapi nggak bikin giung
Meski camilan ini berbahan dasar tapai singkong dan gula aren yang rasanya dominan manis, tapi nggak bikin giung, lho. Kayaknya sih karena ada parutan kelapa yang bisa menetralisir rasa giung itu. Jadi, kamu bisa menyantap camilan ini dengan nikmat dan nyaman di lidah.
Cuma ada 3 varian rasa
Nggak begitu banyak varian rasa yang ditawarkan oleh colenak Murdi Putra ini. Setahu saya cuma ada tiga varian rasa: original, nangka, dan durian. Saya kurang paham juga kenapa cuma ada tiga varian rasa itu, tapi sepertinya colenak Murdi Putra mencoba mempertahankan resep leluhurnya.
Kemasannya ramah lingkungan
Ini adalah salah satu keunikan dari colenak Murdi Putra: kemasan! Berbeda dengan camilan lain yang kebanyakan menggunakan kemasan plastik, colenak Murdi Putra hanya menggunakan dua lapis kertas—kertas nasi dan kertas putih—sebagai kemasannya. Kertas nasi dan kertas putih tadi dilipat sedemikian rupa hingga menyerupai lipatan nasi bungkus.
Nggak mudah basi
Colenak Murdi Putra adalah camilan nggak mudah basi karena ada gula cair yang bisa menjadi pengawet alami. Di suhu ruangan, camilan ini bisa bertahan selama dua hari. Sedangkan jika dimasukkan ke dalam lemari pendingin, bisa sampai satu minggu. Tapi kalau kamu masih ragu, kamu bisa cek kok tanggal kedaluwarsanya yang tertera di bagian bawah kemasan.
Sedikit tapi bikin kenyang
Kalau kamu buka kemasannya, camilan ini terlihat sedikit. Paling hanya empat atau lima potong tapai bakar berukuran kecil yang diguyur gula aren cair dan parutan kelapa. Meski terlihat sedikit, tapi lumayan bisa bikin kamu kenyang, lho. Kalau nggak percaya, kamu boleh coba sendiri.
Harganya murah
Nah, untuk masalah harga, colenak Murdi Putra ini termasuk murah. Untuk satu kemasan colenak dengan varian rasa apa pun, kamu hanya perlu mengeluarkan kocek sebesar 12 ribu rupiah. Padahal kalau dibandingkan dengan nilai sejarahnya, camilan dengan harga segitu terhitung sangat murah.
Tersedia di beberapa tempat
Colenak Murdi Putra tersedia di mana-mana, lho. Selain ada di toko pusatnya di Jalan Ahmad Yani (Cicadas) Bandung, kamu juga bisa dapatkan colenak ini di supermarket, toko-toko retail, dan di beberapa toko cabangnya di sekitaran Bandung. Tapi kalau mau gampangnya, kamu bisa juga pesan di aplikasi online, kok.
Itulah hal-hal unik dari colenak Murdi Putra yang perlu kamu ketahui. Kalau kamu membaca artikel ini sambil ngiler karena pengin banget mencicipi, jangan ragu untuk segera beli, ya. Mumpung di Bandung, kapan lagi menyantap camilan legendaris yang dulu pernah dicicipi juga oleh para pemimpin negara di Asia dan Afrika?
Penulis: Andri Saleh
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 8 Rekomendasi Kuliner Bandung yang Patut Dicoba Kalau Lagi ke Sana.