Clouds, Film yang Cocok untuk Orang-orang Sok Tegar

Clouds film Mojok

Clouds film Mojok

Menangis adalah bentuk pengekspresian saat seseorang merasa sedih atau senang. Alasan seseorang bisa sedih atau senang juga beragam: ada yang karena sidang skripsinya lancar, nabung uang 10 ribu bisa sampai 17 miliar, cintanya ditolak sama crush, atau nonton film mellow. Contoh ketiga aku banget, sih.

Bicara soal nonton film, saya adalah orang yang sangat anti dan jarang menangis gara-gara lihat adegan sedih atau bahagia saat nonton film. Palingan cuma sekedar haru dan itu pun tidak sampai keluar air mata yang bisa membasahi pipi. Namun, semua itu berubah sejak saya menonton film Clouds. Dengan judul film hanya terdiri dari satu suku kata, film ini mampu membuat saya berderai air mata bak hujan di daerah Wonosobo: deres, Lurrr!

Film ini tak hanya menyajikan jalan cerita yang penuh haru, tapi juga banyak diisi oleh lagu-lagu sarat akan makna yang juga bagian dari jalan cerita. Sebelum saya memberitahukan judul lagu-lagu yang ada di film Clouds, mungkin saya akan membeberkan sedikit jalan cerita dari film ini. Sedikit nih, ya, karena saya ingin kalian yang membaca tulisan ini jadi korban selanjutnya dari film Clouds.

Clouds adalah sebuah film drama musikal yang terinspirasi dari kisah nyata. Sebelumnya kisah tersebut tertuang dalam sebuah buku berjudul Fly a Little Higher: How God Answered a Mom’s Small Prayed in a Big Way, buah karya dari Laura Sobiech. Laura Sobiech adalah ibu dari Zach Sobiech yang merupakan tokoh utama dari film ini.

Zach Sobiech, seorang remaja yang harus tetap bertahan walaupun tubuhnya tengah digerogoti oleh kanker tulang. Semangat hidupnya yang tinggi membuat Zach dikelilingi oleh orang-orang yang nantinya akan mengantarkannya mewujudkan impian. Zach memiliki seorang sahabat perempuan bernama Sammy yang diperankan oleh Sabrina Carpenter. Mereka berdua sering menghabiskan waktu untuk menulis lagu dan menyanyikannya bersama.

Semangat hidup Zach tetap membara walaupun dokter mendiagnosis kankernya sudah memasuki stadium akhir. Di mana waktu hidupnya hanya tinggal beberapa bulan lagi. Namun, hal itu justru membuat Zach semakin terpacu untuk tetap berkarya melalui musik. Tepatnya menjadi seorang musikus.

Pada scene tersebut benar-benar menampar diri saya, bagaimana saya yang memiliki kesehatan dan tubuh normal masih sering mengeluh tentang hidup ini yang tidak adil. Zach yang hidupnya tidak lama lagi, tapi tetap semangat untuk berkarya dan menikmati hidup sebelum semuanya berakhir. Saya benar-benar malu dengan diri ini!

Perjuangan Zach untuk bisa menjadi seorang musisi tidak lepas dari peran orang tua, sahabat, guru, bahkan pacarnya. Ya, Zach memiliki seseorang yang mencintainya tanpa memandang penyakit yang dia idap. Bahkan ada dua wanita yang mencintainya, yaitu Amy dan Sammy. Namun, sayangnya Zach lebih mencintai Amy, sedangkan Sammy tetap menerima hal itu dengan lapang dada. Salut buat mbak Sammy, aku siap kok kalau dibutuhin. Hehehe.

Di film ini memperlihatkan apa arti cinta yang sesungguhnya. Cinta yang benar-benar tidak memandang fisik dan tumbuh dari sebuah kekaguman akan perjuangan. Kembali menampar saya yang hanya bisa mengirim pesan saat pdkt, “Udah makan belum?” atau “makan dulu dong, nanti kalau nggak makan sakit.” Basi, cuk! Cewek itu butuh pembuktian, bukan omong tok. Lanjuttt.

Impian Zach mulai menampakkan wujudnya saat video musik yang dia buat bersama Sammy ramai ditonton di YouTube. Mulai dari sana dirinya banyak disorot media dan keberuntungan-keberuntungan lain berdatangan. Beberapa scene terakhir di film ini adalah saat di mana tekad saya untuk tidak menangis karena film hancur. Tangis saya benar-benar pecah saat itu. Mungkin spoiler di film Clouds ini akan saya akhiri, agar nantinya kalian bisa nonton dan merasakan atmosfernya.

Oh, ya. saya sudah berjanji untuk memberitahukan lagu-lagu yang menjadi bagian dari film Clouds. Pertama ada lagu berjudul “Clouds”. lagu ini ditulis sendiri oleh Zach Sobiech dan menjadi cikal-bakal judul film, yang kedua ada Fix Me Up—lagu ini dinyanyikan oleh Fin Argus yang berperan sebagai Zach Sobiech, dan duet bersama Sabrina Carpenter. Lalu ada lagu yang berjudul “How to Go to Confession” dan “Blueberries”. Itu empat lagu yang sampai sekarang terus berputar di otak saya secara otomatis. Jika ditanya lagu favorit di film ini, saya akan menjawab “Clouds”dan “How to Go to Confession”.

Banyak pembelajaran yang bisa saya ambil dari film ini, tentang bagaimana seharusnya kita menghargai hidup, menghargai umur yang diberikan oleh Tuhan, dan menghargai setiap perhatian yang orang lain berikan. Memperjuangkan hidup itu perlu, tapi kalau hidupnya seperti para maling duit rakyat, mending segera telpon malaikat maut aja, sih.

Sumber gambar: YouTube Animation Mania

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version