Kampanye Cintai Produk Dalam Negeri Bakal Berhasil Jika Kualitasnya Nggak Lagi Ampas

Kampanye Cintai Produk Dalam Negeri Bakal Berhasil Jika Kualitasnya Nggak Lagi Ampas

Kampanye Cintai Produk Dalam Negeri Bakal Berhasil Jika Kualitasnya Nggak Lagi Ampas (Pixabay.com)

Cintai produk dalam negeri bukan lagi sebatas slogan dalam iklan salah satu brand elektronik dalam negeri. Sejak tahun lalu, Pak Presiden intens menyerukan kementerian, lembaga dan pemerintah daerah untuk belanja produk dalam negeri. Pasalnya, ternyata masih banyak instansi pemerintahan yang belanja barang buatan luar negeri. Khususnya kementerian yang memiliki anggaran besar.

Bahkan, Presiden sampai menegur beberapa kementerian yang masih “asyik” belanja produk luar negeri di tahun lalu. Dilansir dari detik.com, ada beberapa kementerian yang disinggung beliau perihal pengadaan barang non buatan dalam negeri. Seperti Kementerian Kesehatan, Kemendikbud, dan Kementerian Pertanian.

Efek positif menggunakan produk dalam negeri

Terus terang, menurut saya, tindakan Pak Jokowi ini sudah sangat tepat. Kalau bukan Presiden langsung yang menegur kementerian yang masih banyak belanja produk luar negeri, siapa lagi yang mampu menegur mereka? Soalnya, jika yang ngasih tau adalah orang biasa macam saya, mana mungkin didengarkan? betul apa betul, gaes?

Bayangkan bila setengah dari APBN dan APBD digunakan untuk belanja produk dalam negeri, pasti banyak perusahaan di Indonesia yang terbantu setelah habis dihantam pandemi. Mungkin hampir semua sektor industri akan tertolong. Mengingat belanja kebutuhan instansi pemerintah itu beragam. Mulai dari baju dinas, laptop/PC, sampai kendaraan dinas.

Andai perusahaan di Indonesia mulai berkembang gara-gara belanja pemerintah yang melimpah, otomatis pabrik membutuhkan tambahan tenaga kerja untuk produksi. Sehingga mendorong perusahaan membuka lowongan kerja, yang mampu membuka kesempatan kerja yang lebih luas bagi anak bangsa.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dicita-citakan pemerintah bisa tergapai. Seperti yang kita ketahui, target pertumbuhan ekonomi Indonesia belum mencapai angka yang dijanjikan Pak Presiden waktu kampanye.

Kriteria barang yang dianjurkan untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah

Berdasarkan PP 29 Tahun 2018 Tentang Pemberdayaan Industri menyatakan bahwa Kementerian, Lembaga Negara dan Pemerintah Daerah wajib menggunakan produk dalam negeri. Dengan kriteria Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 25 persen dan memiliki nilai TKDN + nilai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) minimum 40 persen.

Buat yang belum tau, TKDN adalah besaran kandungan dalam negeri yang ada dalam sebuah barang atau jasa. Misalnya, dalam dunia perponselan, hape yang dinyatakan memiliki TKDN berarti memiliki part-part produk asli buatan dalam negeri. Entah itu layarnya, rangka, kamera, atau baterainya.

Sedangkan, BMP adalah nilai penghargaan bagi perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di dalam negeri. Perhitungan TKDN dan BMP telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian. Jadi, instansi pemerintah lain cukup mengecek TKDN dan BMP suatu barang yang ingin dibelanjakan pada situs tkdn.kemenperin.go.id.

FYI, tak semua barang buatan perusahaan Indonesia pasti ber-TKDN ya. Tak sedikit perusahaan Indonesia yang bahan baku produksinya buatan luar negeri. Begitu pula dengan perusahaan asing, belum tentu barang buatan mereka itu pasti produk luar negeri. Pasalnya, banyak perusahaan asing yang membangun pabrik di Indonesia dan memakai bahan baku asli produksi dalam negeri. Contohnya Samsung, perusahaan asal Korea Selatan itu membangun pabrik di Cikarang untuk memenuhi permintaan pasar smartphone nasional.

Duka ASN yang menggunakan laptop dalam negeri

Nah, tapi inilah masalahnya. Produk dalam negeri, masih diragukan kualitasnya karena melihat rekam jejaknya, banyak yang menemui masalah lumayan fatal pada produk-produk dalam negeri.

Sebagai buruh negara, sejak awal saya tidak pernah berekspektasi apa-apa terhadap produk buatan dalam negeri yang dibeli kantor. Khususnya, laptop dan komputer. Yang terpenting bisa dipakai dengan lancar dan awet. Itu sudah lebih dari cukup buat saya pribadi. Jadi masalah-masalah yang ada sebelumnya tidak begitu saya pikirkan.

Namun, berdasarkan pengalaman rekan sejawat, laptop buatan dalam negeri sangat-sangat mengecewakan. Saya pun jadi saksinya. Laptopnya hanya dipakai kerja office seperti excel, word dan power point, belum sampai setahun dipakai sudah mengalami eror-eror. Padahal, sepenglihatan saya, rekan saya ini selalu memakai peralatan kantor dengan hati-hati.

Bukan hanya itu. Ada dua pegawai dari instansi pusat yang mengaku laptop buatan dalam negerinya rusak, meskipun masih termasuk baru. Pegawai pertama mengatakan laptopnya terasa sangat panas ketika dia pakai bekerja, kemudian tiba-tiba muncul asap dari dalam laptop.

Pegawai kedua lebih gigih dalam mencintai produk dalam negeri. Sekali pun laptopnya telah mengalami kerusakan, dia masih mencoba memperbaikinya. Apesnya, setelah diperbaiki, laptop tersebut hanya mampu bertahan 4 bulan doang. Pada akhirnya, dia terpaksa memakai laptop pribadi guna mengakomodir kebutuhan kantor.

Harapan terhadap perusahaan produk dalam negeri

Saya yakin betul ada perusahaan produk dalam negeri yang saat ini kegirangan dengan permintaan barang yang meningkat. Tapi, saya minta tolong banget, tingkatkan kualitas produk Anda. Ingat, QC itu penting. Sebab itulah yang bikin pabrikan besar jadi terkenal dan dianggap reliable, yaitu perkara QC yang ketat.

Percayalah, kalau QC-nya bagus, nggak perlu nunggu instruksi dari pemerintah, pasti laku kok itu barang.

Pokoknya ya, tolong banget lah, kalau dapat amanat, jangan dikhianati.  

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Ini 3 Kementerian dengan Belanja Produk Lokal Paling Banyak

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version