Cinta Pertama, Kedua & Ketiga: Keluarga Itu Memang Harus Saling Merepotkan

Cinta Pertama, Kedua & Ketiga: Keluarga Itu Memang Harus Saling Merepotkan terminal mojok.co

Cinta Pertama, Kedua & Ketiga: Keluarga Itu Memang Harus Saling Merepotkan (Akun Instagram Cinta123film)

Putri Marino sedang jadi buah bibir belakangan ini terkait kepopuleran serial Layangan Putus yang dibintanginya. Kini namanya semakin dikenal banyak orang. Sebagai orang yang terkagum padanya saat menonton film debutnya sebagai tokoh utama di Posesif, saya senang melihatnya konsisten menjadi buah bibir banyak orang berkat kepiawaiannya berakting.

Akhir 2021, Putri Marino semakin bersinar dengan penampilannya di Losmen Bu Broto, One Night Stand, dan Layangan Putus. Tidak berhenti disitu, awal 2022 ini dia kembali menunjukan kemampuannya di film terbarunya, Cinta Pertama, Kedua & Ketiga.

Kali ini, Putri Marino tak memukau penonton sendirian. Kehadiran Angga Yunanda, Slamet Raharjo, dan Ira Wibowo, semakin membuat Cinta Pertama, Kedua & Ketiga betah untuk ditonton karena kualitas akting para aktornya. Mereka berusaha membantu mewujudkan visi film kedua Gina S Noer, sutradara yang juga membuat Dua Garis Biru.

Cinta Pertama, Kedua & Ketiga bercerita mengenai drama keluarga antara keluarga Raja (Angga Yunanda) dan Asia (Putri Marino) yang punya tanggung jawab untuk mengurus kedua orang tua tunggal mereka masing-masing. Hingga akhirnya, kedua orang tua mereka jatuh cinta. Namun, Raja dan Asia juga ternyata saling jatuh cinta bersamaan dengan kedekatan orang tua mereka.

Sejatinya, Cinta Pertama, Kedua & Ketiga lebih menarik di aspek drama keluarganya. Sebab, menyoroti kehidupan manula adalah suatu sudut pandang yang jarang diulas. 

Bapaknya Raja, Dewa (Slamet Raharjo), sudah mencapai umur yang tidak bisa mengurus semuanya sendiri lagi. Ia sudah harus rajin ke dokter, mengalami beberapa masalah kesehatan, dan banyak masalah yang biasa dihinggapi manula pada umumnya. Dalam kondisi itu, Raja sebagai anak bungsu, mendapat tugas untuk mengawasi dan merawat bapaknya.

Sebagai anak muda yang masih mencari jalan hidupnya, tentu emosi dan batin Raja naik turun dalam mengurus bapaknya. Kisah bapak anak ini merupakan kisah yang sungguh menarik sekaligus akan mudah relate bagi banyak penonton Indonesia, terlebih yang memiliki kondisi serupa.

Suatu waktu, Dewa dan Raja bertemu dengan Linda (Ira Wibowo) dan Asia. Hingga akhirnya, pertemuan mereka berujung pada menyatunya kedua keluarga ini. Kondisi ini membuat banyak hal baru terjadi. Ada tatanan baru dalam keluarga mereka yang membuat mereka makin memaknai pentingnya arti keluarga.

Salah satu nilai yang mencolok dari film ini adalah menyoal perasaan rumit anggota keluarga, yaitu kekhawatiran untuk merepotkan. Bagi manula yang menyayangi keluarga dan anak-anaknya seperti Pak Dewa, perasaan takut merepotkan adalah perasaan rumit yang menakutkan. Apalagi kekhawatirannya pada Raja yang masih muda, tapi harus mengurus dirinya yang sudah mulai sakit-sakitan. Ia takut kehidupan masa muda anaknya terenggut hanya karena mengurus dirinya.

Di sisi lain, perjalanan Raja juga menarik. Melihat konflik batinnya dalam mengurus bapaknya adalah sesuatu yang menarik, tapi wajar. Tidak sedikit dia mengeluh dengan keras kepala bapaknya, perasaan tidak terima dipersalahkan oleh kakak-kakaknya karena dianggap tidak becus, hingga sambat akan ketidakmampuannya mengurus hidupnya sendiri.

Namun, dengan pernikahan Dewa dan Linda, Raja pun perlahan melalui banyak hal yang membuatnya paham betapa penting makna keluarga. Terkadang, Raja jadi agak terbantu dengan kehadiran Linda yang bisa selalu menemani bapaknya. Kehadiran Asia, kakak tirinya, juga semakin membantu menjadi sarana berkeluh kesah dan support system.

Hal ini juga berlaku sebaliknya bagi Asia ke Raja. Pasalnya, ia memiliki masalah serupa dalam menanggung tanggung jawab merawat ibunya. Hingga akhirnya, rasa nyaman itu perlahan mengubah perasaan Raja dan Asia menjadi rasa cinta.

Salah satu hal baru yang terjadi adalah cabang plot yang mengangkat kisah romansa tabu antara Raja dan Asia. Bagi sebagian orang, cabang plot ini mungkin terasa bikin cerita terasa over complicated. Meskipun terlepas dari itu, kisah mereka memang membawa elemen yang menarik.

Kisah Raja dan Asia terkadang membuat perasaan tidak nyaman, mengingat status mereka dalam keluarga. Di sisi lain, chemistry yang dibawa Putri Marino dan Angga Yunanda juga berhasil memikat hati. Tapi yang jelas, kisah mereka bagi saya bukan cuma pemanis dengan dasar sok ngide hanya dengan kepentingan membuat menarik (memperumit) dengan ngasih intrik masalah. Melalui hubungan tersebut, mereka membagikan kerumitan perasaan mereka dalam menjaga orang tua dan memaknai arti keluarga ke penonton. 

Sayangnya, harus diakui, Cinta Pertama, Kedua & Ketiga memiliki masalah dalam hal fokus cerita. Ada banyak yang ingin disampaikan. Dari yang sudah saya tulis, kita melihat ada konflik asmara antara Asia dan Raja, sementara Raja memiliki perjalanan karakternya sendiri. Begitu pula Pak Dewa dalam menghadapi Raja dan Bu Linda. Tidak berhenti di situ, kehadiran Asia dan Bu Linda juga bukan cuma pemanis karena memiliki kisahnya sendiri-sendiri.

Saya paham, tidak mudah mengeliminasi cerita yang Anda suka. Itulah yang tampaknya terjadi bagi Gina dan tim penulis. Meski filmnya memiliki banyak sekali cabang masalah atau cerita, tidak bisa dimungkiri bahwa cerita-cerita tersebut adalah cerita yang menarik dan layak diceritakan.

Bagi Gina, mungkin cerita-cerita ini terasa penting. Cerita-cerita tersebut semakin membuat layer karakter menjadi dalam dan membuatnya jadi lebih manusiawi. Namun, harga yang perlu dibayar adalah arah cerita yang terasa ke mana-mana, tidak fokus. Untungnya, Gina adalah sutradara yang memiliki sensitivitas baik. Sehingga dengan kerumitan plotnya, film ini masih menawarkan rasa, terlebih ketika cerita berfokus pada drama keluarga.

Semua cerita dan konflik itu pada akhirnya akan bermuara pada pesan rumitnya berkeluarga. Cinta Pertama, Kedua & Ketiga berhasil membuat saya berkaca bahwa memelihara hubungan dengan keluarga memang rumit.

Orang tua semakin menua dan tentunya akan membutuhkan pertolongan anak-anaknya. Perasaan saling merepotkan tentu tidak bisa dihindarkan. Dan itu akan menciptakan perasaan yang rumit dan tidak nyaman. Namun, film ini menyampaikan betapa keluarga memang harus saling merepotkan. Toh, semua ini landasannya rasa cinta dan sayang. Saling merepotkan dan bergantung adalah salah satu perwujudan perasaan indah itu.

Penulis: Muhammad Sabilurrosyad
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version