Tulisan ini terinspirasi dari tulisan Mas Fajri Bagus Ramadhan, ia mengeluhkan kemacetan yang terjadi di Kota Depok, terutama di Jalan Raya Muchtar. Berangkat dari tulisan Mas Fajri tersebut, saya memiliki cerita serupa, yang pasti dialami oleh jutaan warga Kota Bandung maupun warga luar Bandung yang berkunjung ke Kota Bandung dalam urusan pekerjaan dan urusan liburan yang tidak kalah serunya dengan Jalan Raya Muchtar Depok. Nama tempat tersebut adalah Perempatan Jalan Soekarno-Hatta-Kiaracondong.
Perempatan Jalan Soekarno-Hatta-Kiaracondong atau biasa disebut stopan samsat atau stopan Carrefour Kiaracondong. Lantaran di perempatan tersebut berdiri dua bangunan besar yang mencolok, yakni Samsat Kota Bandung (Bapenda Jawa Barat) dan Carrefour. Ada banyak meme dan lelucon yang disematkan pada traffic light ini, seperti “Simulasi Neraka Jahannam”, saking panasnya perempatan ini pada siang hari karena minimnya pepohonan dan banyaknya volume kendaraan yang akan melintasi perempatan ini setiap harinya
Jalan Soekarno Hatta ini merupakan jalan nasional yang membentang sejauh 18 kilometer dari Jalan Rajawali sampai Bundaran Cibiru. Jalan tersebut menghubungkan Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Bandung. Jadi, tidak heran beberapa perempatan tersebut memiliki traffic light terlama, seperti Perempatan Jalan Soekarno Hatta-Kiaracondong.
Durasi lampu merah di perempatan ini sekitar lima menit. Jadi untuk melewati perempatan ini, setiap pengguna jalan harus menunggu kendaraan dari tiga arah yang berbeda untuk melintas terlebih dahulu sehingga waktu rata-rata untuk melewati perempatan ini adalah 15 menit untuk satu siklus lampu merah. Yang jadi masalah, kadang-kadang kita harus melewati dua atau tiga siklus lampu merah, terutama jika kita menggunakan kendaraan roda empat. Kendaraan roda dua biasanya hanya melewati maksimal dua siklus saja. Jika beruntung, bisa satu siklus lampu merah saja.
Volume kendaraan akan bertambah banyak ketika memasuki waktu berangkat kerja atau waktu berangkat sekolah, maupun waktu pulang kerja dan waktu pulang sekolah. Oleh karena itu, pengguna jalan biasanya menghabiskan satu siklus lampu merah lebih lama dari biasanya di jam-jam tersebut. Jangan khawatir, itu belum seberapa karena pada akhir pekan atau liburan panjang seperti libur Idulfitri, libur Natal, dan libur Tahun Baru, volume kendaraan yang mengantre di perempatan ini akan jauh lebih banyak sehingga pengguna jalan harus menghabiskan dua siklus lampu merah lebih lama dari biasanya di jam-jam tersebut.
Saking lamanya, perempatan ini selalu membuat pengendaranya kesal. Bagi pengendara mobil, mungkin bisa meredam kekesalannya dengan sejuknya AC dan bisa menyetel musik kesukaan. Namun, bagi pengendara sepeda motor, mereka sama sekali tidak memiliki pilihan lain karena panas akan kepanasan, dan hujan akan kehujanan. Perempatan ini bahkan akan semakin padat jika hujan besar karena kawasan Gedebage di Bandung Timur kerap kali banjir sehingga memperlambat arus kendaraan yang sudah melewati perempatan ini ke arah timur.
Saking lamanya perempatan ini, dimanfaatkan oleh pedagang asongan yang menjual koran, rokok, kopi seduh, hingga Pop Mie. Pasalnya, kita betul-betul bakalan sempat untuk membaca satu eksemplar koran, merokok satu batang, menyeruput satu cangkir kopi, hingga menghabiskan satu cup Pop Mie. Malah, saya pernah menghabiskan dua episode anime Hunter X Hunter yang berdurasi 20 menit per episode. Namun, saya belum juga melewati perempatan ini saking lamanya lampu merah dan volume kendaraan yang ada di sini. Saat itu, saya harus melewati tiga siklus lampu merah. Atau ini sekitar 45 menit hanya untuk melewati perempatan ini. Perempatan ini betul-betul menghabiskan umur warga Kota Bandung karena setelah melewati perempatan ini, biasanya lalu lintasnya betul-betul lancar!
Jadi kalau warga Kota Depok menghabiskan umurnya dengan terjebak di Jalan Raya Muchtar, warga Kota Bandung menghabiskan umurnya dengan terjebak di perempatan Perempatan Jalan Soekarno-Hatta-Kiaracondong. Sama-sama nggak enak. Kalau menghabiskan umur bersamamu, sih, nggak apa-apa, ya.
BACA JUGA Terjebak di Jalan Raya Muchtar, Cara Terburuk Menghabiskan Waktu di Kota Depok dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.