Bertumbuhnya ketertarikan orang untuk memelihara anjing, tentu adalah hal yang patut kita apresiasi. Bagi saya sendiri, memelihara anjing adalah hal yang serius sekaligus kontemplatif.
Serius. Ini karena dengan memelihara anjing, berarti kita mau untuk menjadikan anjing tersebut sebagai anggota keluarga. Anggota keluarga yang disayangi bukan hanya waktu dia imut, lucu, nggemesin, tapi juga saat dia sakit, semakin menua, dan tidak selucu dulu lagi.
Kontemplatif, karena dengan memelihara anjing, itu berarti kita siap menyayangi, sekaligus siap untuk merelakan jika anjing itu pergi (meninggal). Waktu masih SMP, saya pernah memelihara anjing kampung, namanya Pedro. Saya memeliharanya sejak masih kecil dan imut. Seiring berjalannya waktu, ikatan batin kami makin kuat. Tau sendiri, anjing dikenal sebagai hewan yang setia dan mengenal (dalam arti memahami) siapa dan bagaimana tuannya.
Hingga di satu hari, akibat salah makan, Pedro menghembuskan nafas terakhirnya. Pengalaman kehilangan itu menjadi salah satu momen terberat dalam hidup saya waktu SMP. Kamu ingin belajar tentang kehilangan dan melepas kepergian sang terkasih? Belajarlah dengan memelihara anjing.
Pengalaman dengan anjing peliharaan juga saya alami saat pacaran dengan perempuan yang menjadi istri saya. Keluarganya memelihara anjing jenis golden retriever, Doggy namanya. Sampai tua, anjing itu tetap setia mendampingi keluarga istri saya. Kepergiannya pun menimbulkan kesedihan yang cukup mendalam.
Seperti yang saya sampaikan di awal, saat ini, semakin banyak orang yang berminat memelihara anjing. Baik itu dengan cara membeli di toko dan penjual anjing peliharaan, maupun dengan cara mengadopsi di shelter-shelter yang tersebar di mana-mana.
Beragamnya jenis (ras) anjing, beserta perbedaan sifat, kebiasaan, kecenderungan dari anjing tersebut, perlu dijadikan sebagai pertimbangan sebelum memilih jenis anjing apa yang akan kita pelihara. Seperti yang banyak dibagikan di YouTube, tiap anjing membutuhkan latihan. Mau jenis anjing apa pun, kalau tidak dilatih, akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Sebaliknya pun demikian, tidak ada anjing yang tidak dapat dilatih. Hanya saja, ada yang membutuhkan perhatian dan latihan ekstra.
Akun Twitter @ZOO_FESS pernah menanyakan, “Kalau dikasih kesempatan memelihara anjing, milih yang mana?” Pilihannya terdiri dari alaskan malamute, golden retriever, siberian husky, samoyed, beagle, thai dog, shiba inu, dan corgi.
Siberian husky dan samoyed, biasanya menjadi favorit bagi para calon pemelihara anjing. Tampang siberian husky tampak sangar dengan mata tajam, tapi di sisi lain imut dan tingkah lucu bahkan kadang konyol. Inilah yang bikin banyak orang kesengsem dengan anjing siberian satu ini. Kelihatan sangar, tapi kok ya imut?
Demikian juga dengan samoyed. Ekspresi wajah menggemaskan, serta bulunya yang lembut, menjadi daya tarik tersendiri.
Namun demikian, bagi saya pribadi, kalau nantinya saya berkesempatan untuk memelihara anjing ras, saya lebih memilih golden retriever. Anjing ini dikenal sebagai anjing yang cocok dipelihara oleh keluarga, bukan hanya individu. Mulai dari opa oma, sampai anak kecil, cocok dengan anjing ini.
Bukan tanpa alasan pula, bila golden retriever sering muncul di film-film Hollywod. Ia juga anjing yang cerdas, serta tidak membutuhkan perawatan yang berlebihan. Ada yang berpendapat, golden retriever lebih mudah dilatih, dibanding dengan anjing jenis lain, termasuk siberian dan samoyed.
Meski tampangnya tak sesangar pitbull atau rottweiler, anjing golden retriever juga bisa diandalkan untuk menjaga rumah, bila tuan rumah sedang pergi. Wong waktu apel ke tempat istri, saya pernah hampir dikejar oleh anjing peliharaan mereka. Jadi, meski friendly, anjing ini juga berani.
Ya, pertimbangan dan pilihan kita tentang anjing mana yang cocok untuk dipelihara, tentunya bisa berbeda-beda. Meski demikian, satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh pemelihara anjing adalah komitmen untuk bersetia. Kesetiaan anjing mah sudah tidak perlu diragukan. Justru manusialah yang perlu belajar bersetia pada peliharaannya, bukan hanya saat senang, tapi juga saat susah, dan sampai akhir hayat. Duh, kok malah kayak janji nikah.
Sumber Gambar: Unsplash