Cepu Blora saat saya masih SD tidak seramai sekarang. Suasananya tenang, cenderung sepi malah. Tidak banyak kendaraan di jalan utama. Tidak banyak hiburan maupun pusat perbelanjaan di sisi timur Blora ini. Pokoknya semua serba bisa dihitung jari.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mamak saya biasanya pergi pasar tradisional terdekat. Di pasar dia akan mampir ke berapa warung atau penjual yang sekiranya menyediakan barang yang diperlukan. Intinya, mamak harus berkali-kali keluar-masuk warung, berkali-kali bertanya pada penjual.
Akan tetapi, kebiasaan belanja semacam ini berubah pada 2010. Bravo Supermarket hadir di Cepu Blora. Untuk pertama kalinya daerah ini punya supermarket. Kehadirannya seperti angin segar bagi warga sisi timur Blora. Bukan sekadar tempat belanja, Bravo Supermarket juga jadi ruang nyaman bagi siapa saja untuk melepas penat sesaat tanpa harus ke Bojonegoro atau Kabupaten Blora.
Bravo Supermarket hadir saat warga Blora Timur tak punya banyak pilihan untuk belanja
Bravo Supermarket bak ingin membuktikan kalau Cepu Blora bukan daerah yang bisa terus menerus diabaikan. Saat banyak perusahaan masih enggan berinvestasi di Cepu, Bravo Supermarket terlebih dahulu melihat potensi itu.
Perlahan tapi pasti, Bravo menjadi titik pertemuan masyarakat. Aktivitas ekonomi dan sosial berjalan berdampingan di sana. Tidak heran kalau dari pagi hingga malam tempat belanja ini selalu ramai oleh pengunjung. Suasana yang tercipta membuat Bravo lebih dari sekadar tempat belanja. Ia menjadi bagian dari kehidupan warga.
Keberadaan Bravo juga memunculkan standar baru bagi pengalaman berbelanja. Lingkungan bersih, penataan produk yang rapi, serta kenyamanan bebas dari debu dan panas. Jelas tempat belanja seperti ini menjadi alternatif selain belanja di pasar tradisional. Alternatif bukan berarti serta merta menggeser pasar tradisional ya. Pada akhirnya, dua tempat belanja ini tetap punya pangsa pasar dan momentum masing-masing.
Pernah terbakar, tapi masih mampu bertahan
Pada 2015 Bravo Supermarket terbakar. Tahun ini menjadi momentum yang berat, tapi kejadian itu tidak membuat supermarket ini berhenti melayani warga. Walau bangunannya hangus, pelayanannya masih berlanjut hingga detik ini.
Setelah perbaikan selesai, Bravo Supermarket kembali beroperasi dengan fasilitas yang lebih baik. Kehadiran supermarket ini sangat berarti bagi warga sisi timur Blora yang dulu harus menempuh perjalanan jauh untuk mencapai pusat kabupaten.
Dengan menyediakan akses mudah untuk kebutuhan sehari-hari, Bravo Supermarket membantu meringankan kereptoan warga dari Cepu hingga Sambong, Kedungtuban, bahkan Randublatung.
Semua kenangan masa kecil masih terekam jelas saat berkunjung
Kini, setiap kali saya menapakkan kaki di Bravo Supermarket, kenangan masa kecil seolah kembali hidup. Dari sudut-sudut rak yang penuh barang hingga lorong-lorong yang tertata rapi, semua mengingatkan saya pada saat-saat ikut mamak kulakan mingguan. Dari yang awalnya merintis toko kelontong kecil dengan barang dagangan seadanya, hingga kini memiliki akses ke produk yang lengkap, pengalaman itu tak pernah lepas dari ingatan saya.
Bagi saya pribadi Bravo Supermarket lebih dari sekadar tempat belanja, tapi juga menjadi pendukung usaha kecil di desa-desa pelosok Blora. Harga yang relatif lebih terjangkau dibanding toko lain membuat banyak pedagang lokal termasuk mamak saya bisa tetap eksis dan berkembang usahanya. Sehingga kehadirannya bukan hanya memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menjadi bagian dari perjalanan ekonomi dan sosial warga sisi timur Blora yang amat layak mendapat apresiasi.
Penulis: Dimas Junian Fadillah
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Cepu, Kecamatan di Blora yang Paling Pantas Dikasihani.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
