Bite Sisters, Web Drama Korea yang Klise tapi Melampaui Ekspektasi

Bite Sisters, Web Drama Korea yang Klise tapi Melampaui Ekspektasi terminal mojok

Bagi penikmat drama Korea, serial yang ditonton nggak terbatas pada drama yang tayang di televisi maupun serial original di layanan video-on-demand saja. Kami pun kadang kala nonton serial web drama. Web drama dengan drama ini memiliki perbedaan utama dalam hal durasi, platform tayang, sampai biaya produksi. Jika lazimnya drama Korea berdurasi kurang lebih satu jam, web drama ini rata-rata memiliki total durasi seperempatnya saja. Buat kamu yang lagi sibuk dan pengin menjajal sensasi nonton drama berdurasi singkat, kamu bisa ngepoin web drama yang biasanya diunggah di YouTube atau Naver Vlive.

Beberapa waktu lalu, saya memperoleh informasi bahwa Kang Hanna, aktris cantik yang sebelumnya memerankan Won In Jae, kakak Seo Dal Mi di drakor Start-Up, bakal hadir kembali dalam sebuah web drama. Web drama yang dibintangi oleh Kang Hanna ini bertajuk Bite Sisters.

Pada saat itu, jagat penggemar per-drakor-an terperanjat karena penampilan Kang Hanna yang bikin pangling. Blio tampil dengan gaya rambut baru, berponi rata, yang beda banget dari style blio di drama-drama sebelumnya.

Saya sebenarnya nggak berharap banyak dari Bite Sisters. Kalau boleh jujur, tema yang diangkat dalam web drama ini sungguh klise. Persoalan mengenai vampir yang hidup imortal selama ratusan tahun ini sudah banyak diangkat dalam drama, film, bahkan sinetron Indonesia sekalipun. Di drama Korea sendiri pernah ada Orange Marmalade yang menampilkan Yeo Jin Goo dan Kim Seol Hyun. Sementara itu, di web drama ini Kang Hanna berperan sebagai Han Ina, seorang vampir yang sudah hidup selama 821 tahun. Wuih, apa nggak bosen tuh hidup di dunia?

Selain karena premis cerita yang nggak begitu impresif, saya cukup sering dikecewakan oleh web drama. Umumnya web drama memiliki kualitas yang nggak sebaik drama Korea yang tayang di televisi. Saya acap menemukan web drama yang alur ceritanya sudah bagus, pelakonnya apik, tapi camera works-nya bikin pusing. Banyak pula web drama yang terkesan seperti project tugas anak sekolah yang low budget, kualitas akting aktornya di bawah standar, bahkan nggak modal pula untuk sekadar ngasih subtitle.

Tapi sejak episode pertama, rasa skeptis saya soal web drama Bite Sisters ini melebur. Di awal episode pertama, Bite Sisters ini mengambil setting di masa pendudukan Jepang di Korea yang tentunya memerlukan sebuah set untuk menggambarkan kondisi di masa itu. Kita akan menyaksikan sebuah set yang mirip dengan drakor mega hit, Mr. Sunshine atau film Love, Lies yang saya rasa memerlukan budget besar. Pun dengan setting selanjutnya di masa modern yang memperlihatkan usaha butik milik Han Ina yang nggak terkesan seadanya banget.

Detail lain dari web drama ini yang berhasil bikin saya terpukau adalah alur ceritanya yang ternyata nggak seburuk itu. Bite Sisters nggak sekadar mengisahkan vampir yang sudah hidup ratusan tahun tanpa mengalami penuaan, terjebak cinta dengan makhluk mortal dan pada akhirnya bertemu lagi dengan pacarnya yang bereinkarnasi, dst.

Bite Sisters mengangkat kisah sekaligus mengomentari kondisi masyarakat posmodern yang “diperbudak” oleh teknologi. Seorang vampir pun mau nggak mau harus beradaptasi dengan masa disrupsi teknologi. Ada satu scene di mana seorang selebgram, yang sebelumnya iri dengan kecantikan Han Ina, “membohongi” khalayak dengan mengedit wajahnya sedemikian rupa dengan Photoshop biar terlihat cantik di Instagram. Dia terbuai dengan popularitas dan pujian dari orang-orang sehingga dia rela untuk kehilangan identitasnya sendiri. Hingga akhirnya seorang teman mengkhianati dan mengumbar foto aslinya, membuatnya ditinggalkan oleh para pengikutnya.

Pada akhirnya, Han Ina—dengan gaya bicara yang cenderung galak—membantu si selebgram untuk lebih mengenal potensi dalam dirinya. Rupanya selebgram tersebut punya hobi dan keahlian di bidang nail art. Jadi, kira-kira begini pesan moralnya: ketahui dan berdayakan bakat dalam dirimu alih-alih mencoba menjadi figur yang bahkan bukan dirimu sendiri. Adegan ini juga cukup merepresentasikan sebagian besar masyarakat Korea Selatan yang cenderung lebih mengagung-agungkan visual semata. Nemu yang bening dikit langsung dipuja-puja, sementara mereka yang nggak memenuhi standar kecantikan auto dihina.

Bite Sisters ini kayaknya bakal jadi sebuah karya yang membuat saya tersadar bahwa masih ada berlian yang bisa ditemukan di antara judul-judul web drama. Makanya saya sempet agak terkejut ketika Kang Hanna, yang mana merupakan salah satu aktris yang cukup terpandang di Korea Sekatan karena pernah membintangi drakor legend 60 Days Designated Survivor dan Start-Up, diberitakan “turun gunung” main di web drama yang platform tayangnya hanya di YouTube. Rupanya memang web drama ini semantul itu, Bro. Belum lagi, Bite Sisters yang bisa kita saksikan di channel Put Your Handsome ini nggak ada iklannya sama sekali. Gilsss.

Meski begitu, ada sebuah keunikan kecil dari web drama ini yang bikin saya bertanya-tanya. Bagaimana bisa Han Ina nggak terbakar ketika berada di bawah sinar matahari sementara “adik”nya, Lee Ji Yeon phobia matahari? Dan, kok bisa Han Ina dan Lee Ji Yeon punya nama yang cukup modern untuk ukuran vampir berusia 800 tahunan, sementara “kakak”nya, Kim Mi Sook, punya nama yang khas dengan nama ahjumma paruh baya? Tolong misteri ini dijawab di episode selanjutnya, wahai tim produksi.

Sumber Gambar: YouTube tvN D Studio

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version