Bisnis Coffee Shop Itu Mahal, Nggak Ngotak, dan (Hampir) Pasti Bangkrut!

Influencer Mahal Nggak Akan Bikin Bisnis Coffee Shop Ramai, kalau Emang Ampas ya Siap-siap Bangkrut

Influencer Mahal Nggak Akan Bikin Coffee Shop Ramai, kalau Emang Ampas ya Siap-siap Bangkrut (Pixabay.com)

Banyak orang yang nggak tahu kalau bisnis coffee shop adalah bisnis yang (hampir) pasti bangkrut.

Dari statement itu, muncullah beberapa pertanyaan. Kenapa ada yang mau buka coffee shop? Bukankah ini adalah bisnis yang sangat rawan bangkrut jika nggak kuat modal? Punya modal berlebih pun apabila nggak tau cara mengelolanya, bukankah bakal bangkrut juga pada akhirnya?

Secara hitung-hitungan, emang nyari untung dari bisnis coffee shop itu rasanya hampir mustahil. Bukti nyatanya apa? Lihat saja ada berapa banyak kedai yang buka tiap bulan, dan ada berapa juga yang tutup di bulan itu.

Terlalu banyak coffee shop yang tutup di kota

Hampir di sepenjuru kota ada coffee shop. Atau senggaknya pernah ada. Jogja bahkan punya 3000 kedai kopi. Gila. Belok dikit, nongol satu. Belok lagi, nongol yang lainnya. Jumlahnya terlalu masif dan rata-rata gitu-gitu aja. Nggak ada menariknya sama sekali. Ya ngapain harus ngopi di kedai itu kalo ada tempat lain yang sama aja konsepnya?

Ngapain buka coffee shop kalau cuma copy paste dari tempat yang lain? Yang kayak gitu berharap dapet pelanggan banyak dan untung? Mana bisa! Wajar lah kalau banyak yang tumbang hanya dalam beberapa bulan sejak grand opening.

Coffee shop itu nggak hanya soal kopi yang enak. Nggak hanya soal tempat yang enak. Nggak hanya soal baristanya cakep-cakep. Tapi juga harus memperhatikan posisi coffee shop itu sebagai apa! Apakah sebagai coffee shop dengan harga paling murah? Apakah sebagai coffee shop dengan menu terbanyak? Atau jadi tempat ngumpulnya sebuah komunitas? Atau sebagai apa?

Kalo bilang kopinya enak, ya semua coffee shop kopinya emang wajib enak. Kalo cuma enak, di tempat lain juga pasti ada yang enak. Atau bahkan ada yang lebih enak.

Ada terlalu banyak coffee shop di kota. Pelanggan punya pilihan makin banyak. Kalau cuma menang kopinya enak, kayaknya masuk ke coffee shop secara random juga dapet kopi enak. Ada terlalu banyak coffee shop, terus apa alasan harus mampir ke tempatmu daripada tempat lain? Kalo nggak bisa menjawab pertanyaan ini, ya wajar kalo nggak ada yang dateng dan endingnya bangkrut. Celakanya, meski didatengi banyak pelanggan, belum tentu untung juga. Alasannya simpel. Modal awal bikin coffee shop itu nggak ngotak!

Bisnis yang mahal

Bisnis coffee shop itu sangat mahal. Sewa kios berapa sekarang? Empat puluhan juta per tahun kan? Ya kali mau sewa cuma setahun. Kepotong renovasi enam bulan, running enam bulan, udah keburu habis kontrak. Mana bisa untung? Kios aja sudah puluhan juta. Idealnya kalau mau napasnya panjang dan berpotensi cuan, harus sewa tiga bahkan lima tahun. Hitung saja sendiri berapa duit yang harus dikeluarkan hanya untuk sewa kios.

Mau nyari kios yang lebih murah ya silakan. Palingan nggak ada lahan parkir, lokasinya ada di pelosok, atau malah angker! Intinya kios harus proper dulu kalau mau ada pelanggan yang datang ke coffee shop itu.

Baru kios saja sudah ratusan juta. Belum mesin espresso! Yakinlah nggak ada mesin espresso yang layak untuk coffee shop yang harganya di bawah dua puluh juta. Banyak yang ngeyel dengan hal ini dan bilang banyak mesin di bawah dua puluhan juta yang oke. Iya bener oke. Soalnya nggak pernah kepake. Alias nggak ada pelanggan yang datang ke tempatmu itu kan? Atau meski ada, kepakenya jarang-jarang soalnya yang paling laris es leci tea, kan?

Mesin espresso udah puluhan juta sendiri. Belum grinder, belum alat manual brew. Belum lagi barista minta kettle brewista biar seduhannya enak. Duh, masih butuh chiller, freezer, AC, sofa-sofa lucu. Dipikir semua itu murah? Semua itu bisa tembus ratusan juta juga! Itu baru isiannya. Belum renovasinya. Belum bayar konsultan buat set up bar dan bikin menunya! Satu miliar bisa habis hanya untuk persiapan coffee shop. Running? Butuh duit lagi!

Pengeluaran bisnis coffee shop nggak cuman alat

Jangan dipikir pengeluarannya sampai sana aja. Duit marketing gimana? Ngendorse selebgram hitsnya butuh jutaan loh. Ngasih promo besar-besaran juga mangkas duit loh. Promote akun IG duitnya juga nggak sedikit loh. Belum lagi, urusan sama keamanan setempat juga keluar duit lagi loh! Belum lagi tagihan listrik yang membengkak tiap bulan. Ini belum ngitung gaji karyawan.

Dan yang paling luput diperhatikan itu listrik! Percayalah, pengeluaran terbesar kedua dari bisnis coffee shop itu ada pada listrik! Sekali nyalain mesin espresso, tiga ribu watt sudah kena. Belum AC yang harus nyala terus. Belum alat elektronik lainnya. Masih ada colokan yang digangbang pelanggan buat ngecas HP, Tablet, laptop, sepeda motor listrik, di waktu yang bersamaan. Gimana nggak bengkak itu tagihan listrik?

Break event point di coffee shop itu lama

Lucunya, kalau dilihat dari margin HPP jualan kopi, itu harusnya bisa untung banyak di setiap cangkir kopi yang terjual. Jualan kopi itu memang menguntungkan. Kalau hanya jualan kopi. Lah sekarang kan jualan tempat dan wifi. Kopi itu hanya kayak gimmicknya aja biar kelihatan kayak bisnis kopi. Toh orang yang dateng lebih sering pesen noncoffee.

Aneh emang, salah satu benda yang bikin buka coffee shop itu mahal, yakni mesin espresso, malah kayak nggak berguna dan hanya jadi pajangan. Tapi ya kenyataannya emang kayak gitu. Coffee Shop nggak jualan kopi, tapi jualan tempat.

Dengan fakta itu, otomatis agar duit ratusan juta atau bahkan miliaran yang udah dikeluarkan demi bikin coffee shop, baliknya bakal makin lama, kan?

Saya pernah ngobrol dengan owner coffee shop, dan ketika saya bilang bahwa bisnis ini tuh sangat mahal, dia mengakuinya. Dia memiliki target agar kedai miliknya bisa BEP dalam dua tahun. Sebisa mungkin harus dua tahun, karena sewa tempatnya hanya boleh dua tahun. Celakanya, sudah hampir dua tahun berjalan, bisnis miliknya belum juga BEP. Artinya, kemungkinan besar dia harus nombok dalam jumlah yang banyak di tahun ketiga karena harus memperpanjang biaya sewa yang sudah pasti bakal naik.

Operasional bisnis coffee shop tercukupi dari pemasukan sehari-hari, tapi…

Untungnya, teman saya ini mengklaim bahwa meski belum untung, namun biaya operasional sudah mulai tercukupi dari pemasukan sehari-hari. Artinya untuk setiap bulannya, teman saya ini tidak mengeluarkan uang lagi untuk menambal kekurangan pengeluaran. Di bulan-bulan pertama, menurut teman saya ini, owner harus siap melakukan back up pengeluaran operasional.

Wajarnya, selama enam bulan pertama, duit untuk pengeluaran operasional itu harus dibackup jika ingin coffee shop itu bertahan lama. Meski begitu, teman saya berkata bahwa di bulan keempat, dia sudah tidak perlu mengeluarkan uang lagi karena omset sudah cukup meng-cover pengeluaran.

Bayangkan saja jika harus mengcover pengeluaran selama enam bulan. Artinya puluhan juta harus direlakan setiap bulannya. Artinya BEP akan makin lama, dan harus mendatangkan pelanggan lebih banyak lagi.

Musuh dari coffee shop adalah tenggat waktu sewa tempat. Kalau belum BEP saat sewa tempat habis, maka siap-siap saja keluar budget lagi, yang artinya BEP akan makin lama. Oleh karena itu, mereka yang buka bisnis kopi di tempatnya sendiri alias nggak nyewa, nyawanya bakal jauh lebih panjang dan berpotensi untung.

Bisa bikin kopi belum tentu bisa ngelola bisnis kopi

Bukan bermaksud mematahkan semangat para barista yang punya mimpi punya kedai sendiri, tetapi ketahuilah bahwa kalau hanya dari gajimu sebagai barista, rasanya membuka coffee shop sendiri itu susah banget. Kemungkinan kejadiannya tuh lebih mendekati mitos daripada kenyataan.

Katakanlah bisa nabung sampai ratusan juta. Emang siap terima risikonya? Sudah siap sewa kios lebih dari satu tahun? Sudah siap memback up pengeluaran selama setidaknya enam bulan? Budget marketing gimana? Kuatkah kejar-kejaran waktu untuk BEP?

Kalo belum siap dengan semua itu, mending jangan buka dulu deh. Jadi barista aja, soalnya meski mendadak dapet duit banyak, belum tentu juga bisa ngelola, kan? Bikin kopi itu satu hal, sedangkan mengelola bisnis kopi itu adalah hal lain. Daripada ratusan juta melayang sia-sia, mending pikir-pikir dulu. Atau kalau mau berbisnis, mending bisnis yang lain aja. Nggak harus coffee shop. Starling malah lebih cuan banyak kayaknya!

Bisnis orang-orang yang sudah kaya

Saya bisa bilang bahwa bisnis coffee shop itu adalah mainannya orang yang memang sudah punya duit dari sononya, bukan mainannya orang yang mau nyari duit. Coffee Ssop itu semacam bisnis untuk memuaskan idealisme. Maka tidak jarang orang-orang yang punya coffee shop mentereng dan super oke itu pasti punya bisnis lain. Nah, bisnis kopi ini biasanya bisnis kedua atau ketiga.

Saat bisnis pertama dan keduanya sudah mendatangkan cuan banyak, barulah bisnis berikutnya adalah coffee shop. Ya itu tadi, untuk memuaskan idealisme. Atau jahat-jahatnya lagi, bisnis kopi itu ya… untuk money laundry. Makanya nggak untung nggak masalah. Toh pemasukan utama bukan dari situ.

Tapi, ingat, nggak semua coffee shop itu money laundry ya. Nggak semua kedai yang sepi tapi masih bertahan itu money laundry. Tapi biasanya sih gitu.

Akan tetapi pasti selalu ada pengecualian. Nggak sedikit juga yang buka coffee shop dan bisa untung. Banyak contoh orang yang bisa untung banyak dari bisnis ini. Harus saya bilang kalau memang bisa untung, dan memang ada peluang bisnis kopi itu sukses besar.

Memang ada orang yang bisa kaya dari bisnis coffee shop. Tapi orang itu bukan kamu! Hahahahahahahahahahahahaha!

Penulis: Riyanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Barista Jogja: Antara Seksi, Romantis, dan Upah Kelewat Rendah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version