Bioinformatician, Pekerjaan Menantang yang Bikin Kamu Jadi Avatar

bioinformatician mojok

bioinformatician mojok

Spektrum pekerjaan yang semakin luas pada saat ini membuat terbukanya banyak bidang baru yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Tidak sampai 20 tahun yang lalu, tidak ada namanya selebgram atau selebtwit yang ternyata bisa menjadi pekerjaan yang menggiurkan dan cukup untuk hidup b̶e̶r̶m̶e̶w̶a̶h̶-̶m̶e̶w̶a̶h̶a̶n̶. Jika kita dahulu mengenal A anak jenderal, atau B anak menteri, sekarang sepertinya lebih mudah diketahui jika si C adalah anak dari selebgram X bukan?

Bidang pekerjaan lain seperti ahli digital marketing, search engine optimization (SEO) analyst, hingga data scientist menjadi pekerjaan baru yang diidamkan banyak orang. Katanya sih, pekerjaan-pekerjaan tersebut menjanjikan gaji yang cukup, meski tidak sampai di level selebgram. Bidang sains pun tidak mau kalah, dengan munculnya pekerjaan seperti metabolic engineer, synthetic biologist hingga bioinformatician.

Lantas, apa itu bioinformatician?

Secara simpel, bioinformatician adalah seseorang yang punya kemampuan biologi dan memahami pengolahan data biologi tersebut, atau dikenal juga dengan bioinformatika. Bisa disebut juga bioinformatician ini adalah seorang yang punya kemampuan data science dan pemrograman, namun punya penguasaan ilmu di biologi yang cukup mendalam. Wajar, karena analisis yang dilakukan biasanya meliputi ribuan data untuk menarik satu atau dua kesimpulan saja, sehingga dibutuhkan kemampuan dan pengetahuan biologi yang cukup untuk melihat fenomena berdasarkan data tersebut.

Meski demikian, namanya pekerjaan, pasti ada saja tantangannya. Namun, buat saya tantangan ini malah jadi kenikmatan kok. Berikut kenikmatan yang kamu peroleh saat kamu menjadi bioinformatician:

Bioinformatician harus selalu update ilmu baru

Kayaknya sih ini sudah jadi kewajiban di bidang apapun, harus selalu belajar di bidangnya masing-masing. Namun, kenikmatan tantangan di bioinformatika ini adalah kita harus terus update di bidang pemrograman, data science, statistik, dan tentu saja biologinya. Hampir tidak mungkin kita fokus ke satu poin saja, karena semuanya memengaruhi analisis data kita yang bisa berefek juga ke penarikan kesimpulan.

Ini masih ditambah dengan update di bidang instrumentasi dan pengukuran sampel-sampel kita yang pastinya berkembang terus. Seperti misalnya alat untuk mengetahui urutan DNA atau disebut juga sequencer, yang saat ini jadi akrab karena digunakan untuk deteksi varian L̶o̶k̶i̶ COVID-19. Sequencer ini pada dasarnya alat yang harus diakrabi banget sama bioinformatician, karena data yang kita olah ya seringnya berasal dari sini. Namun yang seru, alat ini dikembangkan oleh beberapa perusahaan yang semuanya punya protokol masing-masing yang harus kita pahami semuanya.

Memang menjadi bioinformatician harus siap menjadi Avatar.

Skill komunikasi di atas rata-rata

Saat kuliah, salah satu kekurangan saya itu ada di cara komunikasi dengan orang. Latar belakang saya yang dari teknik membuat saya sangat bersemangat saat menjelaskan metode, algoritma, dan lain sebagainya yang menurut saya mah seru banget, tapi tentu buat kebanyakan orang malah bikin pusing.

Menjadi bioinformatician artinya kamu juga mengembangkan kemampuan komunikasi yang efektif dan efisien. Mengingat kamu biasanya satu divisi bersama teman-teman dari tim eksperimen yang latar belakangnya kebanyakan biologi murni, kamu harus mampu menyederhanakan permasalahan dan solusi secara tepat tanpa mengurangi makna dari ragam algoritma yang sudah dibuat. Komunikasi ini juga dibutuhkan untuk memahami kebutuhan dari tim eksperimen, terutama menyangkut otomasi proses data.

Banyak cara melatihnya ya, menulis blog seperti ini juga bisa dijadikan media latihan kok, selain banyak ngobrol tentunya.

Eksplorasi dunia yang belum terjamah

Paling gampang menggambarkan hal ini seperti layaknya bermain game RPG online seperti Ragnarok. Mungkin kita (merasa) sudah tahu banyak, tapi keilmuan bioinformatika baru seumur jagung. Masih terdapat banyak kemungkinan untuk berkembang, yang bisa berasal dari perkembangan ilmu biologi ataupun ilmu informatikanya seperti kecerdasan buatan. Sangat menyenangkan menjadi sekumpulan orang yang memahami lebih dulu mengenai aplikasi informatika dalam bidang biologi, alias bioinformatika sekaligus menjadi pelaku yaitu bioinformatician.

Sebagai contoh, melalui pendekatan bioinformatika, sekarang kita sudah mampu untuk melakukan simulasi metabolisme dalam tubuh makhluk hidup, dan beragam skenario penggunaannya. Misal mau kita mematikan gen tertentu, atau ingin melihat pertumbuhan maksimalnya. Atau, memprediksi bentuk protein dengan kecerdasan buatan, yang memakan waktu hingga ratusan tahun kerja jika dikerjakan secara eksperimen.

Mengutip kata Steve Jobs, salah satu kemajuan paling penting abad 21 ialah bersatunya biologi dan teknologi, yang salah satunya terwujud melalui bioinformatika ini, yang juga tidak lepas dari pelakunya alias bioinformatician, sang avatar yang menguasai biologi, pemrograman, sains data juga statistik. Kenikmatan yang tiada tara saat kita bisa menyatukan semuanya, kemudian menerapkannya demi pemahaman akan biologi yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Jadi, siapkah kamu menjadi Avatar?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version