‘Bintang di Surga’ Milik Peterpan Adalah Album Indonesia Paling Fenomenal dan Sulit Dilupakan

'Bintang di Surga' Milik Peterpan Adalah Album Indonesia Paling Fenomenal dan Sulit Dilupakan terminal mojok.co

'Bintang di Surga' Milik Peterpan Adalah Album Indonesia Paling Fenomenal dan Sulit Dilupakan terminal mojok.co

Kita perlu sepakat bahwa industri musik Indonesia sedang lesu. Ketika kaset dan CD masih berjaya dan ketika Spotify dan musik digital belum ada, musik Indonesia justru saat itu sedang berkibar. Saat itu adalah masa keemasan band Indonesia mulai dari Sheila On 7, Dewa 19, hingga Padi. Tapi, ada satu hal yang harusnya tidak boleh dilupakan oleh pencinta musik tanah air, yaitu Peterpan yang pernah mengguncang Indonesia lewat album fenomenalnya, Bintang di Surga.

Ya, album Bintang di Surga adalah album Indonesia terlaris sepanjang masa yang penjualannya mencapai lebih dari tiga juta salinan dan sampai sekarang belum ada yang mampu mengalahkannya.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa era awal 2000-an merupakan puncak kejayaan musik band Indonesia. Peterpan sendiri dibentuk pada 1 September 2000. Tentu saja lebih junior jika dibandingkan dengan Padi, Slank, dan lainnya.

Sebelum Bintang di Surga, Peterpan memang sudah terkenal duluan lewat album pertamanya, Taman Langit. Dengan hits andalan “Mimpi yang Sempurna”. Akan tetapi, melalui album keduanya, Ariel dkk benar-benar seolah terbang ke langit.

Bintang di Surga dirilis pada tanggal 26 Juni 2004 dan seketika langsung meledak di pasaran. Single pertamanya, “Ada Apa Denganmu”, menjadi awal dari keajaiban lagu ini.

Album ini berisikan 10 lagu yang semuanya berhasil menjadi hits. Membuat nama Peterpan semakin bersinar dan mengukuhkan Ariel sebagai salah satu musisi papan atas Indonesia.

Selain “Ada Apa Denganmu”, lagu lainnya yang terkenal adalah “Di Atas Normal”, “Ku Katakan dengan Indah”, “Khayalan Tingkat Tinggi”, “Di Belakangku”. Lagu “Bintang di Surga” dengan instrumental magisnya merupakan lagu paling saya sukai di album ini. Oh iya, jangan lupakan lagu “Mungkin Nanti” yang beberapa waktu lalu sempat kembali populer karena dialih bahasa ke dalam bahasa Jepang.

Saya masih ingat, ketika itu saya baru saja lulus SD ketika album ini meledak. Saya juga masih ingat lagu-lagu ini sering diputar oleh banyak orang, termasuk oleh saya sendiri. Kala itu sekitar akhir 2004 setiap kali saya hendak berangkat sekolah, saya selalu memutar album ini di tape milik kakak saya.

Dalam perjalanan ke sekolah dengan jalan kaki, entah berapa rumah dan pertokoan yang memutar album ini. Ketika sampai sekolah banyak teman-teman saya menyanyikan lagu-lagu di album ini. Begitulah seterusnya, bahkan saat saya pulang sekolah, saya memutar kembali lagu-lagu tersebut di tape milik kakak pada sore hari.

Masa-masa itu memang menarik, ketika pembajakan terhadap CD dan kaset sedang tinggi, justru kesadaran masyarakat untuk membeli yang original juga tinggi dan terbukti dengan penjualan album Bintang di Surga yang memecahkan rekor nasional.

Album ini menjadi titik terpenting dalam perjalanan karier Peterpan yang sekarang sudah jadi Noah. Terutama bagi seorang Ariel. Bisa dibilang, sama pentingnya dengan album Bintang Lima milik Dewa 19.

Untuk album-album yang selanjutnya, Peterpan memang tetap menuai kesuksesan, termasuk ketika sudah menjadi Noah. Namun, harus diakui bahwa Bintang di Surga adalah yang terbaik. Banyak orang yang ketika mendengar judul lagu-lagu di album ini masih terngiang dan refleks menyanyikannya kembali. Kejayaan lagu pop ketika itu tidak mati begitu saja, menimbulkan bekas di benak pencinta musik.

Peterpan memang magis. Tidak ada lagi lagu andalan suatu band yang selalu dimainkan untuk check sound selain Peterpan.

Kini 16 tahun berlalu, album ini masih tetap menjadi album Indonesia terlaris sepanjang masa. Jelas saja demikian karena album fisik kini semakin terkikis oleh platform digital. Mungkin hitung-hitungannya bergeser menjadi seberapa banyaknya penonton di Youtube ataupun seberapa banyak yang mendengarkan melalui Spotify atau Apple Music. Ditambah lagi dengan keadaan musik Indonesia saat ini, para musisi lebih senang merilis single daripada album. Jadilah album Bintang di Surga nyaris mustahil untuk bisa dikalahkan rekornya.

Sumber gambar: YouTube Noah Official

BACA JUGA Politik Dinasti pada Pemilihan Hokage di Konoha, Bahaya Kalau Ditiru di Dunia Nyata dan artikel Hilman Azis lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version