Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Biaya Hidup di Kalimantan Timur Begitu Mahal bagi Perantau Jawa

Fiahsani Taqwim oleh Fiahsani Taqwim
2 Desember 2023
A A
Biaya Hidup di Kalimantan Timur Begitu Mahal bagi Perantau Jawa

Biaya Hidup di Kalimantan Timur Begitu Mahal bagi Perantau Jawa (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai orang Jawa yang baru-baru ini pindah ke Samarinda, Kalimantan Timur, saya harus mengakui bahwa biaya hidup di sini sangat mencekik. Saya harus mengeluarkan uang Rp1,3 juta untuk sewa kamar kos per bulan dan minimal Rp50 ribu untuk makan sehari. Sebuah angka yang cukup fantastis jika dikomparasikan dengan biaya hidup di Surabaya, apalagi Jogja dan kota-kota lainnya di Pulau Jawa.

Belum lagi saya masih harus mengeluarkan uang untuk keperluan menghibur diri seperti beli baju, nongkrong di kafe, atau nonton konser. Anggaran beli baju di Kalimantan Timur ini jelas lebih besar. Bukan karena harga bajunya yang selangit, melainkan ongkos kirimnya yang bikin geleng-geleng kepala. Untuk baju yang dikirim dari Pulau Jawa, ongkos kirimnya sudah pasti di atas Rp30 ribu. Sementara untuk baju yang dikirim dari sesama kota besar di Pulau Kalimantan seperti Balikpapan atau Banjarmasin, pembeli tidak bisa mengharapkan gratis ongkir.

Begitu pula soal biaya nongkrong di Samarinda atau Balikpapan yang juga cenderung tinggi. Rata-rata harga kopi kekinian yang dijual di kafe berkisar Rp28 ribu sampai Rp40 ribu per cangkir. Kalau mau ngemil cireng atau kentang goreng, saya harus mengeluarkan uang lagi minimal Rp30 ribu.

Terus, gimana dengan harga tiket konser? Apa iya harga tiket konser di Kalimantan Timur dan wilayah lainnya berbeda juga? Oh, jelas! Pernah ada konser Dewa 19 di Balikpapan, tahu harga tiketnya berapa? Harga tiket termurah dibanderol 2 kali lipat dari harga tiket yang dijual di Kota Medan.

Tak ada banyak pilihan transportasi umum

Sebagai warga pendatang yang tidak memiliki kendaraan pribadi, beratnya biaya hidup di Kalimantan Timur makin terasa lantaran di sini tidak banyak fasilitas transportasi umum yang bisa digunakan. Bicara konteks transportasi umum di dua kota besar di provinsi ini saja, yaitu Samarinda dan Balikpapan, pilihan angkotnya sangat minim. Jangan harap bus macam Transjakarta atau Transjogja ada di sini, jelas tidak ada.

Mau tak mau saya harus mengandalkan ojek online atau ojek konvensional yang masih ada di beberapa titik sebagai satu-satunya transportasi alternatif. Lagi-lagi tak usah berharap dapat promo atau diskonan, ya. Tidak semudah itu untuk mendapatkan promo jasa antar-jemput di Kalimantan Timur ini.

Ongkos bepergian begitu menguras kantong

Perjalanan antarkota atau kabupaten tidak kalah menantangnya. Di sini kita tidak bisa menjumpai bus lintas kota seperti Sumber Kencono atau Damri. Saat ingin pergi dari Samarinda ke kabupaten lain saja misalnya, saya cuma bisa berharap pada mobil travel konvensional yang bahkan saya sendiri tidak paham apakah sopirnya punya SIM A atau tidak.

Ongkos travel di Kalimantan Timur ini pun cukup menguras dompet. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, ongkos rata-rata yang harus saya keluarkan Rp250 ribu sekali jalan. Pulang pergi sudah setengah juta sendiri. Padahal itu hanya perjalanan Samarinda-Tenggarong yang jaraknya tak lebih dari 30 km atau Samarinda-Balikpapan yang jaraknya sekitar 90 km. Harga yang cukup fantastis bagi saya yang saat di Jawa dulu terbiasa ke mana-mana naik kereta lokalan dengan tarif tidak lebih dari Rp50 ribu PP.

Baca Juga:

7 Sisi Terang Jakarta yang Jarang Dibahas, tapi Nyata Adanya: Bikin Saya Betah dan Nggak Jadi Pulang Kampung

Derita Pejalan Kaki di Surabaya: Sudah Dipanggang Matahari, Masih Tak Punya Ruang untuk Menapak Kaki

Beberapa kali saya ngobrol dengan orang-orang yang sudah ber-KTP Kalimantan Timur, ternyata mereka merasakan hal sama. Minimnya akses transportasi umum membuat mereka tak bisa mengeksplor banyak tempat di provinsi ini. Perihal mahalnya biaya bepergian ini membuat mereka kerap terkungkung di satu kota saja, tanpa bisa memperoleh banyak kesempatan untuk jalan-jalan ke tempat lain. Kalau kata Sal Priadi, mereka jadi tidak berdaya untuk menyaksikan penampilan hujan di tempat lain, pemandangan bagus di tempat yang jauh, bukan yang di dekat rumah saja.

Kalimantan Timur memang luas, tapi minim variasi

Tuntutan pekerjaan membuat saya berkesempatan untuk mengunjungi beberapa lokasi di Kalimantan Timur. Dari blusukan-blusukan itulah saya jadi punya gambaran tentang kondisi geografis provinsi ini. Hutan, perkebunan sawit, dan tambang di mana-mana.

Konon, sawit dan tambang adalah ladang uang dan sumber rezeki pokok bagi penduduk sekitar. Salah seorang teman sekantor saya bahkan pernah berkata, “Orang Kaltim tidak akan risau dengan kenaikan harga barang, mereka baru risau kalau harga batu bara turun.”

Selain punya hutan, sawit, dan batu bara, provinsi ini juga memiliki sungai yang gagah membelah satu kota ke kota lainnya, Sungai Mahakam namanya. Di atas sungai itulah jalur transportasi dan aktivitas ekonomi air berjaya.

Harga pangan dan hiburan jadi mahal

Kegagahan Mahakam, hutan, sawit, hingga tambang begitu dominan di provinsi yang luas wilayahnya hampir 130.000 km2 itu. Sayangnya, dominasi tersebut justru menimbulkan persoalan mahalnya akses pangan hingga hiburan di Kalimantan Timur.

Saya belum pernah sekali pun melihat sawah apalagi kebun teh atau kebun apel di Kalimantan Timur. Kurangnya lahan untuk bercocok tanam di sini membuat saya berpikir bahwa Jawa dan pulau lainnya masih menjadi supplier utama beras, sayur, dan buah-buahan untuk provinsi ini. Dampaknya, harga buah dan sayur di tempat ini cenderung lebih tinggi.

Saya pernah dibuat kaget saat membeli buah sawo sekilo seharga Rp35 ribu di sebuah pasar di Samarinda. Padahal, kalau di rumah orang tua saya di Jawa sana, buah sawo adalah buah murahan yang kadang bisa didapatkan cuma-cuma dari pohon tetangga.

Mirip dengan cerita sawo, salah seorang tante saya yang bermukim di Kota Balikpapan juga mengeluhkan mahalnya harga bumbu dapur seperti kunyit, jahe, lengkuas, dan sebagainya. Tante saya itu sampai kepikiran menanam sendiri tanaman bumbu dapur di pekarangan rumahnya yang seciut liang lahat.

Tambang, sawit, hutan, dan Mahakam tampaknya juga membuat akses hiburan di sini cenderung sulit. Ya buat apa membangun tempat hiburan semacam Dufan, Trans Studio, atau Kolam Renang Ciputra kalau mayoritas pekerja tambang dan sawit lebih suka memakai uang mereka untuk berlibur ke daerah luar Kalimantan Timur sekalian mudik? Terus, buat apa membangun tempat hiburan mewah di tengah kota kalau nantinya tidak banyak pengunjung akibat kendala mobilisasi?

Orang Kalimantan Timur punya standar ekonomi yang tinggi

Saya pernah secara random menemukan video di TikTok soal memegang uang Rp100 ribu di Kalimantan bagaikan memegang uang Rp10 ribu. Artinya, orang-orang Kalimantan memang punya standar ekonomi yang tinggi. Salah satu teman kos saya, seorang gadis keturunan Dayak yang berasal dari Kutai Timur, dengan santainya bercerita bahwa bapaknya baru saja membeli motor trail Kawasaki seharga Rp40 juta, yang padahal harga jualnya kalau di Jawa kisaran Rp34 juta saja.

“Ya memang lebih mahal. Tapi kan kami butuh, jadi ya tetap saja diambil,” tandasnya.

Seorang kenalan saya lainnya yang berprofesi sebagai pengusaha di bidang makanan berkisah bahwa berbagai masakan, camilan, maupun dessert bikinannya selalu laku meski dijual dengan harga yang selangit. Saya hanya bisa melongo saat melihat daftar harga yang dia sodorkan: sebungkus pepes hati ayam dijualnya seharga Rp25 ribu, seporsi kecil semur jengkol dijualnya seharga Rp75 ribu, dan chocolate cake ukuran sedang dijualnya seharga Rp650 ribu. Ingin rasanya saya berkata, “Itu semur jengkol bisa awet sampai tiga hari tiga malam apa? Kok harganya mahal betul.”

Tidak seperti saya yang masih belum berdamai dan jetlag berkepanjangan dengan biaya hidup di Kalimantan Timur, agaknya orang-orang Samarinda dan sekitarnya sudah biasa dengan situasi tersebut. Kembali lagi pada apa kata teman sekantor saya, barang mahal tidak bakal menjadi sumber kerisauan warga Kalimantan Timur, tapi kalau harga jual batu bara turun, barulah satu provinsi akan gempar.

Jadi, bagaimana? Masih berminat untuk hijrah ke Kalimantan Timur?

Penulis: Fiahsani Taqwim
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Bontang Kalimantan Timur, Kota Kaya Raya yang Miskin Hiburan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Desember 2023 oleh

Tags: balikpapanbiaya hidupkalimantan timurmahalperantauPulau Kalimantansamarindatransportasi umum
Fiahsani Taqwim

Fiahsani Taqwim

Lahir di Sidoarjo. Pencinta dessert dan warna pink.

ArtikelTerkait

Inilah Rute Transportasi Umum kalau Kalian Mau Pergi dari Malang ke Batu, Lengkap dengan Jenis Transportasi dan Harganya  

Inilah Rute Transportasi Umum kalau Kalian Mau Pergi dari Malang ke Batu, Lengkap dengan Jenis Transportasi dan Harganya  

31 Agustus 2025
Makanan Malang Banyak Kurangnya di Lidah Orang Depok dan Bandung

Makanan Malang Banyak Kurangnya di Lidah Orang Depok dan Bandung

10 Januari 2024
Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh Menang Cepat daripada Shinkansen Jepang, tapi Kalah Telak dalam Menjawab Kebutuhan Warga

Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh Menang Cepat dari Shinkansen Jepang, tapi Kalah Telak Soal Menjawab Kebutuhan Warga

17 Maret 2024
Biaya Hidup di Solo Memang Rendah, kok, tapi Syarat dan Ketentuan Berlaku

Biaya Hidup di Solo Memang Rendah, tapi Syarat dan Ketentuan Berlaku

29 November 2023
Turunan Muara Rapak, Jalur Pencabut Nyawa di Balikpapan, Hilang Fokus Sebentar, Nyawa Taruhannya!

Turunan Muara Rapak, Jalur Pencabut Nyawa di Balikpapan, Hilang Fokus Sebentar, Nyawa Taruhannya!

3 Agustus 2024
Semarang Mungkin Kota yang Menyebalkan, tapi Meninggalkannya Tidak Pernah Mudah Mojok.co sambiroto

Semarang Mungkin Kota yang Menyebalkan, tapi Meninggalkannya Tidak Pernah Mudah 

24 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.