Biaya Bangun Rumah dari Nol Terlihat Nggak Gede-gede Amat? Tunggu Sampai Situ Ngitung Biaya Bayar Kuli Bangunan

Biaya Bangun Rumah dari Nol Terlihat Nggak Gede-gede Amat? Tunggu Sampai Situ Ngitung Biaya Bayar Kuli Bangunan

Biaya Bangun Rumah dari Nol Terlihat Nggak Gede-gede Amat? Tunggu Sampai Situ Ngitung Biaya Bayar Kuli Bangunan (Pixabay.com)

Memiliki rumah sendiri adalah mimpi semua orang. Untuk mengejar mimpi itu (mempunyai rumah idaman) banyak orang kerap memilih membangun rumah dari nol karena dianggap lebih murah daripada membeli rumah jadi. Secara margin, memang tidak amat signifikan, tapi tetap saja lebih murah.

Ada beberapa alasan membangun rumah dari nol dinilai lebih ekonomis. Pertama, karena kita dapat mendesain sesuka hati rumah yang akan ditinggali. Kedua, kita dapat menentukan sendiri budget pembangunan rumah dan pastinya tidak repot dengan manajemen ruang perumahan yang diset minimalis maksimal itu.

Terakhir, dengan ikut langsung meninjau pembangunan rumah, kita dapat menekan biaya bangun rumah dengan meluangkan sedikit tenaga. Toh, apa salahnya, yang dibangun adalah rumah yang akan kita tempati.

Tapi, banyak yang tidak sadar, biaya tukang merupakan salah satu komponen yang paling banyak memakan biaya dalam proses pembangunan rumah. Sialnya lagi, jika tidak diatur dan dibrief dengan jelas, pembangunan rumah dapat terlambat dan tentunya memakan ongkos tukang yang lebih banyak lagi.

Agar lebih jelas, berikut saya cerita dan jelaskan pengalaman membangun rumah dari nol. Semoga bermanfaat dan bikin kalian dapat pandangan mengatur biaya bangun rumah.

Kuli, komponen yang bikin biaya bangun rumah membengkak

Membangun rumah baru dari proses penggalian pondasi hingga finishing memakan waktu rata-rata 1-2 bulan. Proses finishing adalah fase paling lama dengan rata-rata waktu sekitar 1-3 minggu, tergantung detail dan finishing rumah yang kita harapkan.

Oh iya, data di atas merupakan hasil tanya-tanya ke beberapa tukang yang bekerja membangun rumah saya beberapa bulan lalu. Sebuah rumah kecil dengan 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi dan ruang tamu.

Sebagai catatan, rata-rata waktu pembangunan rumah itu dapat tercapai dengan tenaga dari 6-8 orang tukang. Setiap tukang (di Situbondo) biaya per harinya adalah Rp 100 ribu dan dibayarkan seminggu sekali.

Dengan mengetahui kebutuhan tukang dan waktu estimasi pembangunan, kita dapat membuat hitungan kasar biaya tukang yang dibutuhkan untuk membangun rumah dari nol.

Mari berasumsi kita butuh 8 orang tukang dengan estimasi pengerjaan selama 2 bulan. Dalam satu minggu, terdapat cuti satu hari yang artinya 8 orang tukang bekerja 6/7 hari.

Hitungannya jadi begini, 8 orang x 100.000 x 6 hari kerja = Rp4.800.000. Ini baru seminggu ya, kalau 2 bulan artinya terdapat 8 minggu.

Hitungannya jadi begini, 4.800.000 x 8 Minggu = Rp38.400.000. Ingat, ini baru hitungan kasar saja, bisa ada penambahan dan pembengkakan selama proses pembangunan. Dalam kasus saya, proses finishing mengalami sedikit pembengkakan karena memakan waktu lebih lama dari estimasi. Ya, permintaan saya juga sih kebanyakan untuk detail dan finishingnya. ~hehe

Nah, dengan gambaran di atas kita dapat menyimpulkan bahwa, untuk membangun rumah dari nol kita memerlukan setidaknya Rp19.200.000 untuk sebulan proses pembangunan rumah. Pegawai bergaji UMR langsung menangis sih. Oh iya, itu belum biaya material bangunan ya. Makin nangis bolo!

Biaya tukang itu 25 persen dari total biaya pembangunan

Mari bahas tentang kebutuhan material pembangunan setelah mengetahui kebutuhan tukang. Menurut beberapa tukang yang pernah saya tanyakan, biaya material bangunan setidaknya berkisar tiga kali lipat biaya tukang. Namun, biaya itu belum termasuk beli tanah ya gais. Bersyukurlah kalian yang punya tanah warisan, tinggal bangun rumah tanpa perlu beli tanah.

Sistem borongan lebih murah

Jika memakai hitungan yang saya paparkan, itu digunakan jika kalian membangun rumah secara kontrak dan bukan borongan. Dengan sistem borongan, biaya bangun rumah dapat ditekan hingga 10 persen lebih murah dari perhitungan yang saya buat.

Lalu, kenapa nggak pakai borongan waktu bangun rumah kemarin? Karena saya ingin membangun rumah sesuai keinginan dan preferensi serta memperoleh hasil semaksimal mungkin. Kebetulan juga lagi ada rezeki.

Meski lebih murah, sistem borongan itu ada nggak enaknya juga. Karena pembayaran telah ditentukan di awal dengan tenggat waktu disetujui, maka segenap tukang akan berusaha semaksimal mungkin mengejar target. Hal itu, kerap membuat kualitas bangunan menurun karena tukang lebih fokus mengejar target kontrak borongan daripada menjaga kualitas. Ada harga, ada kualitas lah ya.

Biaya bangun rumah memang besar, itu yang harus dipahami terlebih dahulu. Nah, komponen yang saya paparkan ini biar kalian bisa lebih mudah untuk merencanakan. Saya tahu, duit kalian belum ada, tapi, bersiap-siap jauh lebih baik daripada nggak ada bayangan sama sekali bukan?

Penulis: Agus Miftahorrahman
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Sebelum Membangun Rumah dari Awal, Perhatikan Beberapa Hal Berikut Ini

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version