Betapa Sulitnya Untuk Memulai Sesuatu

memulai

memulai

“Saya akan memulai sesuatu, tapi jika sudah begini atau jika sudah begitu.”

Pernah mendengar seseorang merapalkan mantra seperti ini? Atau justru pernah mengucapkan kata-kata keramat itu. Kalau saya sih pernah, sering malahan.

Banyak orang (khususnya saya sendiri) sering terjebak dalam kubangan dilematika ‘memulai’. Memulai sesuatu itu rasanya kok berat banget. Mau bilang lebih berat dari rindunya Dilan, tapi udah basi. Jadi, tiap mau memulai suatu hal, kayak ada yang nahan dan membisiki saya, supaya nanti saja mulai ngerjainnya.

Misal nih ya, saya mau hidup sehat dan memulai untuk rajin berolahraga. Tapi tiap kali mau memulai olahgara, saya bakalan bilang. Kalau saya sudah beli sepatu merk Adidas atau sepatu merk Nike di Sport Station pasti nanti bakalan rajin olahraga. Atau, kayaknya kalau lari pagi pakai hoodie Uniqlo warna abu-abu pasti bakalan semangat nih lari 120 km/jam. Heleh, padahal kaum misqueen pun~

Namun, setelah sepatu terbeli, aplikasi Runtastic Running & Fitness Tracker sudah di-download, bahkan sampai khatam membaca buku memoar Haruki Murakami yang berjudul What I Talk About When I Talk About Running, tetap saja saya tak mulai-mulai buat berolahraga.

Kalau sudah begini, maka tiap kali ditanya kapan mau olahraga, pasti dengan cekatan, otak saya bakalan kembali menyiapkan alasan klasik yang lainnya lagi. Huh, dasar aku!

Padahal olahraga yah olahraga aja ya, olahraga yang gratis tanpa modal pun banyak. Misal, jalan kaki. Itu kan cuma modal niat sama kaki doang ya. Gak perlu sepatu mahal, mau nyeker pun jadi kalau memang niat. Atau bisa juga berolahraga dengan senam kegel misalnya.

Membuat kue pun juga demikian kisah dramanya. Saya selalu menemukan banyak alasan untuk memulai membuat kue. Tiap mau bikin kue, saya bakalan bilang, coba kalau ada oven listriknya saya pasti bakal lihai bikin kue kayak Farah Quinn nih. Coba kalau ada mixernya saya pasti rajin mengadon kue. Coba kalau beli loyang bentuk bulet, saya pasti bakalan tambah pinter belajar bikin kue.

Tapi setelah semua alat terbeli. Setelah ribuan resep kue di Google saya baca. Setelah ratusan video cara membuat kue di YouTube saya tonton. Eh, lah kok tiap lebaran akhirnya saya order kue kering di toko online.

Padahal di luar sana, banyak orang sukses membuat kue meski tanpa alat-alat yang mumpuni. Kadang saya suka lihat, di postingan teman yang mengunggah hasil kue buatannya meski tanpa oven listrik maupun oven. Mereka yang memulai untuk mencoba dulu, meski dengan alat seadanya. Sedangkan ada orang, yang jika melakukan sesuatu menunggu sampai semuanya lengkap dan sempurna.

Hasilnya, saat orang lain sudah berhasil membuat kue, bisa menikmati dan memakannya. Sedangkan dia tetap dengan sempurna memelihara ide dan teorinya, tapi tetap tak kunjung memulai untuk praktik.

Terakhir, dalam hal tulis menulis pun sama. Banyak orang yang ingin menjadi penulis hebat seperti Eka Kurniawan. Ingin punya buku best seller seperti Tere Liye. Ingin menjadi penulis populer seperti Fiersa Besari. Ingin menjadi penulis romantis semacam Eyang Sapardi. Atau ingin menjadi penulis yang melegenda seperti Pram.

Tapi sekalinya disuruh nulis, ada saja serentetan alasan yang sudah mengantri. Dari mulai, nanti bakalan nulis kalau ada laptop, nanti bakalan nulis kalau lagi libur atau pas gak sibuk, nanti bakalan nulis kalau sudah menumukan ide yang hebat. Pokoknya gitu terus sampai akhirnya Boy Candra, sang presiden jomlo kaula muda itu, memutuskan menikah dengan pacarnya. Hmmm..

Sedangkan buku impian itu, jangankan terbit ataupun selesai. Ditulis saja belum sama sekali. Kan ngenes ya.

Tak bisa dipungkiri, memulai sesuatu itu bukan perkara yang mudah. Butuh niat dan tekad yang kuat. Kita kerap kali terjebak dalam perkara menunda-nunda. Padahal untuk menciptakan atau membuat sebuah gebrakan baru, itu harus diawali dengan “memulai”.

Sepuluh tahun lalu, saya pernah membaca sebuah artikel pendek di sebuah surat kabar. Entah surat kabar apa saya lupa. Yang pasti artikel tersebut berjudul ‘Mau Hebat? Mulailah!’. Artikel tersebut cuma berisikan tiga paragraf saja, namun isinya lumayan menyadarkan saya yang sangat amat suka bermalas ria ini.

Saya masih ingat sekali kalimat terakhir artikel tersebut yang berisikan petikan dari kata-kata Zig Ziglar yang merupakan seorang penulis, salesman, dan pembicara motivasi asal Amerika.

“Anda tak harus jadi hebat untuk memulai sesuatu, tapi anda harus memulai sesuatu untuk jadi hebat.”

Baiklah, besok saya akan mulai lari pagi kalau begitu. Eh, gak jadi ding, NANTI saja kalau sudah gak puasa. Hehe

Exit mobile version