Berhenti Memandang Wanita Berkumis dan Berbulu Tebal Itu Identik dengan Gairah Seksual yang Tinggi

wanita berkumis berbulu lebat bullying gairah seksual mojok (1)

wanita berkumis berbulu lebat bullying gairah seksual mojok (1)

Hirsutisme atau kelebihan bulu pada wanita kerap membuat resah sebagian besar penderita. Stigma mengenai wanita berkumis dan berbulu lebat punya gairah seksual yang tinggi menyebabkan banyak wanita berusaha mati-matian menjaga diri dari bullying yang meskipun bernada candaan tetap saja jika ditanggapi dengan serius sebenarnya adalah bentuk pelecehan seksual secara verbal. Demi tidak dicap sebagai wanita bernafsu tinggi, teman saya mengaku rajin cukuran kumis dan waxing.

Saya jadi ingat dengan drama korea berjudul Waikiki, drakor bergenre komedi itu selain sukses membuat saya ketawa guling-guling, sesungguhnya juga memberi pesan tersembunyi bahwa ada wanita yang memang dilahirkan dalam kondisi demikian. Dalam drama tersebut, ada pemeran wanita berkumis. Kebiasaannya melihat ayah dan kakak laki-lakinya yang rajin cukuran setiap hari, bikin dia penasaran mencoba sampai terlanjur menjadi kebiasaan setiap hari. Hal itu dilakukan karena bulunya mudah lebat..

Hendaknya kita semua memahami bahwa bulu yang tumbuh berlebih pada wanita tersebut semata-mata adalah kondisi ketidakstabilan hormon,pengaruh genetik, atau bisa jadi adalah tanda penyakit PCOS (Polycystic Ovary Syndrome). Berdasarkan dari Halodoc, penyakit ini disinyalir dapat mengganggu kesuburan pada wanita. Memang, kebiasaan mencukur bulu kumis memicu bulu tersebut tumbuh semakin lebat. Namun, melakukan pembiaran kumis tumbuh alami pada wanita, tampaknya juga pilihan sulit, mengingat tidak semua wanita memiliki mental kuat menghadapi stigma yang sudah terlanjur melekat erat pada masyarakat.

Iis dahlia, salah satu artis berkumis tipis yang manis dan sedap dipandang, dari salah satu wawancara yang sempat saya lihat di infotainment, blio mengatakan jika sebenernya sempat rutin mencukur kumis, namun akhirnya berhenti karena kulitnya mengalami iritasi dan gatal setiap habis cukuran sehingga memutuskan untuk berhenti cukuran. Saya bisa memahami, sebagai figur publik tentu keputusan itu juga tidak luput dari segala cuitan netijen yang warna-warni. Yang paling gampang ditemukan tentu saja ujaran wanita yang seksi dan bergairah tinggi.

Sebagai wanita normal dalam kelas masyarakat umum, tentu embel-embel seperti itu bukannya membuat bangga, malah menimbulkan malu dan insecure menghadapi pandangan yang seringkali niatnya hanya menggoda sebagai bahan candaan, namun berujung mengakibatkan seorang wanita merasa rendah diri dan terhina.

Memang tidak mudah menghapus stigma yang sudah turun-temurun, apalagi labelling wanita berkumis dan berbulu lebat tersebut sudah terlanjur melekat sebagai bahan candaan yang dianggap wajar. Jadi jika kita sudah paham bagaimana mitos dan dampak tersebut bagi wanita, alangkah baiknya jika kita juga sadar diri dan berperilaku bijak dengan memandang maklum wanita dengan hirsutisme.

Beruntungnya, standar kecantikan kini sudah mulai bergeser dengan banyaknya beauty vlogger yang semakin beragam. Pesan positifnya, cantik kini bukan lagi mengenai warna kulit yang putih, mulus dengan hidung mancung, mata berkelopak, senyum presisi, tinggi semampai dengan biola body goal. Saya menemukan banyak beauty vlogger dengan kulit sawo matang, gigi kelinci, alis tebal tanpa jeda, dan wajah berjerawat. Ukuran tubuh pun sudah melewati zamannya harus langsing dan tanpa lemak. Sebab, setiap metabolisme tubuh manusia berbeda, dan faktor genetik juga turut mempengaruhi. Maka seharusnya setiap wanita juga berhak bahagia dan merdeka memilih ingin cukuran atau tidak.

Jika kalian masih bersikeras menganggap tak ada yang salah dari menganggap wanita berkumis itu punya libido tinggi meski sekadar untuk candaan, ada yang salah dengan otak kalian.

BACA JUGA Mengupas Jawaban Terserah Perempuan hingga Tujuan Komunikasi Mereka atau tulisan Nila Kartika Sari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version