Beragam Cara Kreatif Menikmati Kretek

kretek

kretek

Rata-rata teman saya yang perokok aktif  pernah bilang bahwa merokok itu memiliki kenikmatan tersendiri yang tak ada duanya dan tak akan tergantikan. Ada sesuatu yang kurang jika sehabis makan tidak ngudud, mulut terasa ambyar dan sepoh, pokoknya sebelum makan, kretek harus ada dulu.

Bagaimanapun caranya, entah beli eceran, slopan, minta teman, hasil ngamen, nemu dijalan, saling bergantian, pokok semua jalan ditempuh agar supaya bisa ngudud sembari ngenjreng gitar, dan menyanyikan lagu celengan rindunya mang Fiersa. Apalagi ditemani kopi hitam, ahh.. sudahlahh, maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?!.

Dalam hal menikmati kretek, saya punya pengalaman dalam berinteraksi dengan kawan-kawan saya yang memperlakukan kretek dengan cukup kreatif, sehingga kita bisa menikmatinya dengan penuh suka cita.

Pengalaman Pertama

Kali pertama saya ngopi dengan kakak senior yang kemana-mana selalu membawa kretek. Ketika kami ngopi dan berbincang tentang banyak hal, ia pasti langsung menyalakan kreteknya. Dan tak lupa kopi pahit yang harus ada selama ngopi. Ditengah-tengah kami asyik mengobrol, senior ini melakukan hal yang saya anggap absurd.

Ia mengambil satu gelas kosong bekas pengunjung meminum kopi hitam yang menyisakan ampasnya. Mengetahui hal itu, saya hanya mengamatinya dengan terus berbicara. Ditengah-tengah obrolan, atensi saya tertuju padanya. Setelah mengamatinya, waktu itu saya baru ngeh ternyata ampas kopi itu bisa dimanfaatkan sebagai olesan pada kretek. Biasanya dioles menyerupai spiral, atau dua garis biru lurus. Lalu apa manfaatnya?, agar kretek yang dihisapnya memiliki aroma kopi. Jadi, dalam hal menikmati kretek, ada kolaborasi epic antara kopi, ampasnya, dan kretek itu sendiri. Ah, jika saya seorang perokok, mungkin sudah ku ujicoba dari dulu.

Ia juga bilang bahwa ngudud bisa menunda lapar bahkan bisa kenyang, saya tak percaya, iya kaali asap bisa berubah menjadi butir-butir nasi padang?. Sebab, yang saya tahu selama ini, hanya energen dan okky jelly drink saja yang sanggup menunda lapar. Oh iya sama satu lagi, indomie pakai irisan cabe, sawi, dan telor.

Pengalaman Kedua

Beda orang tentu berbeda pula pengalaman yang dialami, cerita ini datang dari seorang teman lama semasa SMA. Dalam satu pertemuan di kampus, ia penah bertutur ketika ia sedang pub, tak jarang ia ngudud dengan merek kretek tertentu. Demi mendengar hal absurd itu pertama kali, saya langsung, mak njegagik, “Hah, opo jaremu mau?, sing ngenah koen cuk?!”. Dalam penjelasannya ia bilang ada sensasi yang berbeda jika pub sembari ngudud.

Dadi pas awak dewe ngudud sembari pub, kuwi antara tarikan nafas (menghisap rokok) untuk kemudian ngeden bengedang gorengiso metu, tekan ‘lubang buaya’, lalu mengeluarkan asap. Nah, dalam prosesnya, kuwi musti beriringan dan tempone kudu pas, gak asal-asalan. Kuwi enek ilmune, biasane teko kunu awak dewe iso oleh ide brilian sing awak dewe arepke.”

Mendengar ceramahnya yang tidak benar-benar berfaedah bagi saya, dengan mimik muka macam salesman yang sedang melancarkan tugasnya menawarkan barang, teguh meyakinkan, saya mangut-mangut dan auto mbatin, “Jane awakmu ki kentir, ra waras, po piye?!”.

Pengalaman Ketiga

Kebiasaan ini datang dari tetangga saya yang sudah sepuh. Setiap senja, si mbah ini pasti menunggu adzan maghrib di teras rumah. Sementara menunggu adzan maghrib, si mbah ngudud ditemani secangkir kopi pahit. Tapi kali itu ada yang aneh, si mbah membalik bagian kretek yang mestinya dibakar.

Saya kepo dan memberi tahu bahwa ujung yang dibakar salah. Tapi belio hanya nyengir dan memberi tahu, “Bahwa disinilah letak keistimewaan kretek non filter. Biarpun yang dibakar bagian pangkal atau sebaliknya, kretek ini tetap bisa dinikmati. Dan biasanya orang yang sering melakukan ini adalah orang yang senang berpikir out of the box atau pandangan-pandangan konvensional”.  Seketika saya tercerahkan. Impresiff!

Dalam hal ngudud, saya punya pengalaman. Pada saat itu usia saya sekira 9 tahun, di bawah pohon rindang usai sekolah, saya disuguhi sebatang kretek oleh kakak kelas–tanpa adanya paksaan–saya pun penasaran dan mencobanya. Pada hisapan pertama, dada saya langsung terasa sesak dan batuk-batuk disertai asap yang keluar, saya langsung memberikan kretek itu lalu bergegas pulang untuk minum air putih. Lantas memaki dalam hati, “Duobol, rasane gak penak blass!!”. Dan dari situlah, jika saya disuguhi kretek, saya menolaknya dengan alasan klasik, saya tidak merokok.

Walaupun saya tidak merokok sejak dalam pikiran dan perbuatan kecil, tapi Tuhan sayang sama saya dan mungkin bilang, “Sakno arek iki, wis gerang tapi durung tau njajal kretek, kanca-kancane do rokokan, tapi dekne dewe sing ra rokokan. Yowis, mengko bengi tak wei mimpi kuwi, ben ngerti rasane ngudud”. Maka diberilah saya mimpi tentang nikmatnya ngudud sembari ngofey. Entah sudah berapa kali saya mimpi ngudud. Dalam mimpi itu, saya kok ya bisa kebal-kebul, menikmati rasa tembakau, cengkeh, dan setiap hisapannya.

Dan dari mimpi itulah saya dapat merasakan betapa saya bisa dan setara degan kawan-kawan saya yang perokok, dimana mereka memiliki ide-ide liar dan imajinatif, bukan hanya itu, rata-rata mereka juga “nakal” dan berani ambil keputusan, serta gentleman kek di iklan-iklan tipi. Yaa.. tentu itu semua dibarengi dengan membaca, menulis, dan diskusi.

Oh iya Hampir lupa, perihal merokok, tentu tak terlepas dari pro-kontra. Di terminal mojok sudah banyak yang mengulas panjang lebar tentang itu. Yang pada intinya, yang kontra mengatakan bahwa rokok itu tidak baik dan sebaiknya dihindari, karena merokok dapat merusak sistem pernafasan, memperpendek usia, kanker, bla..bla..bla..

Yang pro bilang, ngapapa merokok asal tahu diri, maksudnya jika ada ibu-ibu mengandung, perempuan, laki, anak-anak atau balita, pokoknya di tempat umumlah, hambok ya menjauh dari sana, cari smoking area, atau tahan dululah sejenak, jika nga tahan, ngemut permen aja dulu. Gitu aja kok ruwet, lurr… (*)

BACA JUGA Sebulan Tak Melihat Story Medsos: Ini yang Kurasakan! atau tulisan R Fauzi Fuadi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version