Hal yang Bikin Saya Jengkel Saat Beli Makan di Warteg: Lauknya Basi, tapi Nggak Segera Diganti dan Kebersihan Lauk yang Nggak Diperhatikan

5 Rekomendasi Menu Warteg Populer buat Vegetarian Terminal Mojok

5 Rekomendasi Menu Warteg Populer buat Vegetarian (Ezagren via Wikimedia Commons)

Ketika pertama kali merantau ke kota Malang, jujur, saya baru pertama kalinya melihat warteg, dan lebih kaget saat melihat jumlah warteg yang menjejali kota ini. Berbeda ketika saya masih tinggal di daerah Ciamis Jawa Barat, kiranya belum pernah sama sekali saya melihat warteg. Meskipun ada, jumlahnya pastilah sedikit. Tapi akhirnya, warung makan yang cukup menjamur di Indonesia ini, menjadi tempat pilihan saya di saat bingung mau makan apa dan di mana.

Sedikit sejarah tentang warteg. Warteg pertama kali berdiri sekitar 1950-an di Jakarta, yang dipelopori dan dikelola oleh tiga warga desa dari Kabupaten Tegal. Kebetulan, pada saat itu banyak pembangunan proyek besar di Jakarta, sehingga dibukanya warteg ini otomatis mendapatkan peluang yang menguntungkan.

Meskipun zaman terus berkembang, saya yakin warteg akan selalu ada di tengah-tengah kita. Maka nggak heran, jika warteg menjadi salah satu bisnis kuliner lokal yang cukup diminati oleh banyak kalangan. Katanya, saat ini sudah ada sekitar 34.000-an warteg yang ada di sekitaran Jabodetabek. Belum lagi di daerah-daerah lainnya. Bahkan, ada juga brand warteg yang sudah membuka sistem franchise seperti halnya McD atau Mixue yang sekarang sedang viral ini. Yaaa meski pamornya sudah tak segede awal keluar, tapi franchise ini setidaknya memudahkan kita kalau mau cari warteg.

Lauk pauk yang ada warteg pun sangat beragam. Mulai dari yang berkuah hingga keringan. Bahkan, dari segi harganya juga saya kira cukup dan sesuai dengan standar pasar. Apalagi saat ini, beberapa warteg sudah menyediakan pembayaran melalui QRIS, yang otomatis bisa memudahkan kita yang tidak mempunyai uang cash.

Akan tetapi, di bawah ini akan saya paparkan hal-hal yang mungkin pada kenyataannya perlu dibenahi dan diperbaiki kembali untuk kemajuan warteg.

Kelayakan lauk pauk di warteg kurang diperhatikan

Lauk pauk yang tersedia di sana, pada dasarnya tidak akan selalu dalam keadaan hangat atau fresh. Jika Anda ingin mendapatkan lauk yang hangat, biasanya tersedia pada pagi hari, sore hari, atau bahkan malam harinya. Artinya, setiap warteg itu memiliki waktu yang berbeda-beda dari segi penyajian lauk pauknya. Tapi yang pasti, pada pagi hari biasanya akan selalu segar.

Belum lama ini, di suatu malam, saya membeli nasi ke warteg terdekat. Saya membungkus satu porsi nasi, sayur capcay, juga bakwan. Ketika saya makan, ternyata sayurnya basi. Lanjut lagi, pernah juga saya membeli telur mi (tebal seperti martabak), yang juga ternyata sudah basi. Padahal itu masih sore, kok, bisa-bisanya sudah basi.

Pertanyaannya, apakah memang pelayan warteg itu tidak memperhatikan kelayakan lauk pauk yang ada? Seharusnya, kan, mereka itu sudah bisa memastikan makanan mana saja yang kiranya akan basi, dan lebih baiknya langsung disingkirkan saja dari meja makan. Atau, kalau memang ada makanan yang nggak bisa bertahan lama, saran saya jangan langsung dimasak dengan jumlah banyak. Takutnya nggak habis dan malah basi, kan mubazir, ya?

Baca halaman selanjutnya

Pelayanan yang kurang ramah…

Pelayanan yang kurang ramah

Dalam dunia bisnis, keramahan adalah kunci. Bahkan, menjadi sikap fundamental yang kiranya harus dimiliki oleh semua orang. Ketika Anda bersikap ramah, secara otomatis akan memiliki daya magnet tersendiri yang bisa menciptakan aura positif di mata orang lain.

Nah, masalahnya, kadang saya nemu warteg yang pelayanannya kurang ramah. Terkadang, dalam melayani, pegawainya nggak senyum sama sekali, raut wajah yang sedikit cemberut, bahkan bicara pun kerap kali terdengar nggak santai. Mungkin saya datang pas mereka lagi capek atau gimana. Tapi, menjaga keramahan saya pikir nggak ada salahnya juga.

Sebuah tips dan trik

Sebagaimana yang telah saya sampaikan di atas, bahwa nggak setiap waktu makanan di warteg itu akan selalu fresh. Terkadang, makanan dibiarkan seharian penuh, tanpa dihangatkan kembali. Alhasil, makanan akan menjadi basi.

Nah, kalau mau beli, khususnya makanan yang berkuah, ada baiknya Anda bertanya terlebih dahulu terkait kelayakan makanan tersebut. Nggak usah canggung, hal ini untuk mengantisipasi agar makanan yang Anda pilih tidak basi.

Pernah saya bertanya saat akan membeli sayur jamur, apakah masih bagus atau tidaknya. Eh, si pelayan warteg malah menjawab dengan sinis, “Ya, baguslah, mas!”. Untung saya masih sabar, kalau tidak mungkin saya akan langsung pergi. Sambil nangis.

Namun demikian, warteg juga banyak, kok, yang memiliki pelayanan baik. Nggak bisa juga dipukul rata. Hanya saja, ada beberapa hal yang kiranya harus diperbaiki, agar warteg di Indonesia terus berkembang dengan baik. Sehingga akan menciptakan citra positif di mata masyarakat. Ya, minimal hal-hal kecil haruslah diperhatikan dan tidak dianggap remeh. Masa ngambil makanan saja masih pakai tangan, kan, nggak higienis, ya?

Penulis: Muhammad Riyadi Nugraha
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Saat Warung Nasi Padang Makin Murah, Kenapa Warteg Tambah Mahal?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version