Belajar Mental Pengusaha dari Ismail bin Mail, Anak TK yang Punya Banyak Ide Bisnis

mental pengusaha usaha panduan memulai bisnis baru mojok.co

mental pengusaha usaha panduan memulai bisnis baru mojok.co Belajar Mental Pengusaha dari Ismail bin Mail, Anak TK Tapi Punya Banyak Ide Bisnis

Setiap pagi saya punya rutinitas menemani anak saya sarapan sambil menonton serial kartun di salah satu stasiun televisi. Di antara film yang biasa kami tonton adalah serial Upin dan Ipin. Seperti kata pepatah jawa, Trisno jalaran songko kulino, mungkin itulah yang menggambarkan keadaan saya yang semakin suka dengan film kartun Upin dan Ipin ini.

Pada serial Upin dan Ipin, saya terkesima dengan salah satu tokoh sahabat Upin dan Ipin yang saya nilai karakternya begitu kuat. Dialah Ismail bin Mail, atau biasa dipanggil oleh teman-temannya, Mail.

Alasan kekaguman saya pada sosok Mail ini sebab kematangan mentalnya dalam berbisnis. Saya menggambarkannya sebagai teladan bagi anak-anak—bahkan orang dewasa yang ingin punya mental pengusaha. Sekarang mari kita bahas apa saja mental pengusaha yang dimiliki dalam serial Upin dan Ipin ini.

Membantu Ibunya Berdagang di Pasar

Mail punya agenda rutin ikut berdagang bersama ibunya di pasar tradisional saat liburan sekolah. Di pasar, kita acap kali melihatnya mempromosikan dagangannya dengan ngomong, “dua singgit, dua singgit, dua singgit.” yang bikin banyak pengunjung menoleh dan membeli dagangannya.

Keberanian Mail menawarkan dagangannya para pengunjung pasar bukan skill yang bisa diperoleh secara instan. Awalnya ia juga merasa Malu untuk menawarkan dagangannya, sehingga dia hanya bisa berbicara dengan suara yang nyaris tak terdengar. Namun berkat arahan dari ibunya, akhirnya ia pun memberanikan diri untuk melantangkan suaranya sehingga menarik perhatian pengunjung pasar untuk menghampirinya.

Kebiasaan Mail yang seringkali mengantuk ketika berada di kelas membuat saya curiga padanya, jangan-jangan ia sebenarnya tidak hanya membantu ibunya berdagang di pasar saat liburan saja, namun juga pada saat hari-hari masuk sekolah. Seperti halnya budaya di masyarakat kita, kita mendapati pasar tradisional di beberapa daerah telah buka sejak sebelum fajar tiba. Mungkin juga inilah yang dilakukan oleh Mail, membantu ibunya berjualan di pasar.

Berjualan saat Nobar Piala Dunia

Mail merupakan teman Upin dan Ipin yang kuat begadang sambil berjualan. Suatu ketika ia pernah kepergok Upin, Ipin, dan Atok Dalang sedang menjajakan ayam goreng pada malam hari saat momen perhelatan piala dunia. Berkat kepiawaiannya dalam menangkap peluang usaha, ia pun membuka stand penjualan di samping gerai paman Muthu yang tengah menggelar acara nonton bareng (nobar) piala dunia. Meski langkah Mail ini bisa saja memicu persaingan bisnis dengan paman Muthu, tapi setidaknya kejeliannya melihat potensi usaha patut diapresiasi.

Tribute untuk Mail juga semakin patut ia sandang manakala ia berkenan mentraktir Upin dan Ipin ayam goreng dagangannya saat ia sudah untung berjualan. Ini seakan sedikit menepis julukannya sebagai anak pelit. Sebab di antara teman-temannya banyak yang belum menyadari bahwa dalam dunia bisnis memang banyak yang harus diperhitungkan, terutama berkaitan dengan untung rugi.

Menjadi Pemandu Wisata

Saat liburan sekolah tiba, Mail punya inisiatif untuk menjadi guide para turis yang sedang berlibur di Kampung Durian Runtuh. Sambil mamandu para pelancong, ia pun terlihat lihai mengambil combo keuntungan dengan berjualan buah kelapa muda yang ia hargai per buahnya dua ringgit, kebalikan dari strategi yang umumnya ia pakai, ‘dua singgit’. Kalau kita konversi ke kurs rupiah mungkin harganya sekitar Rp8.000-an per buah. Aktivitas Mail sebagai pemandu wisata ini menjadikan Atok Dalang, Upin, dan Ipin terperangah melihat betapa produktifnya ia saat mengisi hari-hari liburan, sementara mereka hanya dapat mengisinya dengan bermain-main saja di kebun kelapa.

Menjadi Bos Upin dan Ipin

Ketika Upin dan Ipin butuh uang karena tergugah kesadarannya untuk menabung, hal ini dimanfaatkan betul oleh Mail dengan cara menjadikan mereka sebagai pegawainya berjualan di pasar. Meski Upin dan Ipin tampak letih minta ampun saat bekerja dengan Mail dan upahnya tergolong kecil, mereka tetap merasa puas sebab mendapatkan imbalan dari Mail yang nantinya bisa mereka tabung.

Menjual Jajanan di Sekolah

Mail pernah suatu ketika mendapatkan ide berjualan manakala bermain di lapangan bersama dengan para teman-temannya. Di tengah keasyikannya bermain, ia mendapati Mei Mei dan Susanti sedang menikmati makanan buah cermai. Buah yang menurut sebagian orang berasa masam ini, ia inisiasi menjadi manisan yang akan diolah ibunya.

Manisan cermai buatan ibu Mail memang terasa sangat sedap, sehingga Mail pun berencana untuk memasarkannya di sekolah meski mendapat teguran dari Ibu Guru Melati dengan alasan dapat mengganggu konsentrasinya saat belajar. Untuk mengambil hati Ibu Guru Melati, Mail pun tidak kurang akal. Ia memberikan seikat dagangan manisan buah cermainya agar beliau mendukung apa yang ia lakukan. Kalau yang ini sih tidak perlu ditiru, sebab tidak lain adalah rasuah!

Kegemaran Mail berjualan di sekolah semakin terbukti manakala diminta gurunya untuk mengerjakan tugas menggambar dengan tema ‘kerinduan saat liburan sekolah’. Mail mengaku, pada saat liburan tiba, ia begitu rindu dengan sekolah sebab ingin kembali berjualan jajanan di sana. Sehingga dari hasil jualan ini, ia bisa mendapatkan uang. Ia menggambarkan seakan-akan sekolah merupakan tempatnya mencari uang. Ini juga tidak patut ditiru jika sampai mengganggu konsentrasi belajar!

Ide Menjual Senter saat Pemadaman Listrik

Mail mungkin di antara warga Kampung Durian Runtuh yang tidak panik bahkan semakin merasa senang ketika terjadi pemadaman listrik. Dalam satu kisah Upin dan Ipin terdapat adegan ia telah mempersiapkan lusinan senter yang ia tunjukkan pada ibunya ketika listrik padam. Rencananya senter-senter ini akan ia jual pada orang-orang yang membutuhkan penerangan. Ini kian menunjukkan bahwa Mail memang pandai memanfaatkan peluang di tengah situasi pemadaman listrik yang mungkin masih sering terjadi di kampungnya.

Menjadi Konseptor Wisata Lima Musim di Kampung Durian Runtuh

Saat Kak Ros berkeinginan pergi ke Jepang karena ingin menyaksikan pergantian empat musim, Mail mengiming-iminginya konsep wisata yang lebih menarik, yakni berwisata lima musim (cukup) di kampung Durian Runtuh. Ia telah membuktikan pada Kak Ros, Upin, Ipin, Ihsan, dan sahabat lainnya kekayaan Kampung Runtuh dengan 5 musimnya. Dengan gaya khas Mail, tentunya wisata ini harus dengan biaya yang diserahkan padanya.

Mail mengenalkan para sahabatnya lima musim yang dapat ditemui di kampungnya, antara lain musim panas, musim hujan, musim semi, musim buah, dan musim salju (dengan buatannya sendiri). Meski Mail terkesan memaksanakan musim yang terakhir, setidaknya ia membuka kesadaran pada teman-temannya bahwa kampung mereka tidak kalah kaya dengan negara empat musim lainnya. Dan terbukti saat ini pun telah banyak objek wisata di berbagai negara yang mengikuti idenya, memfasilitasi wahana permainan salju, meski mereka berada di daerah tropis. Ide ini benar-benar menunjukan Mail punya mental pengusaha yang super bagus.

Merengek pada Paman Ah Tong Supaya Diajak Menangkap Kalong

Saat Kampung Durian Runtuh sedang ramai akibat serangan hewan kalong (kelelawar besar), mereka menyebutnya keluang yang memakan buah-buahan, sehingga banyak merugikan masyarakat petani. Paman Ah Tong hadir untuk mengambil celah bisnis dengan menangkapi hewan parasit itu. Tujuan Paman Ah Tong menangkapi hewan ini adalah untuk dijual. Jika kita googling, harga per ekor kalong saat ini bisa mencapai Rp250.000 lantaran biasa digunakan untuk obat penyakit asma.

Mail yang mengetahui potensi bisnis penangkapan kalong ketika mendengar percakapan Paman Ah Tong dengan Atok Dalang, melakukan gerak cepat. Ia merayu paman Ah Tong supaya diajak menangkap hewan itu pada saat malam hari, tak peduli seberapa besar pun bahayanya. Sebab dalam benak Mail, tidak ada yang lebih berbahaya daripada kehilangan peluang bisnis, yang berarti juga kehilangan uang.

Paman Ah Tong yang memiliki banyak lini usaha mungkin saja menjadi inspirasi tersendiri bagi Mail. Di Kampung Durian Runtuh ia dikenal sebagai juragan karet, pengusaha minyak, dan pengepul barang bekas. Kejelian Paman Ah Tong dalam menangkap peluang usaha inilah yang hendak ditiru oleh Mail dengan cara sering bergaul dengannya. Mungkin karena Mail berguru padanya menjadikan naluri bisnisnya menjadi begitu peka.

Mail yang menjadi sosok pengusha kecil adalah berkat didikan ibunya yang ulet berdagang di pasar dan kehadiran sosok yang menginspirasinya, Paman Ah Tong. Kita bisa saja membandingkan semangat dagang Mail dengan Upin dan Ipin yang juga membantu neneknya mengantarkan barang ke Kedai Uncle Muthu. Namun tentunya mereka jelas tidak sebanding dengan mental pengusaha dan etos kerja yang dimiliki Mail yang seakan tiada habisnya itu.

Figur Mail adalah sosok langka yang sulit ditemui pada realitas masyarakat kita saat ini. Namun kehadirannya seakan menjadikan kita belajar tentang mental pengusaha yang berani memulai bisnis dari hal yang terkecil dan mudah, memiliki kejelian dalam menangkap peluang, serta pentingnya mengenalkan bisnis pada anak kita sedari dini. Jika mental pengusaha ini telah mereka miliki sedari kecil, besar kemungkinan ketika dewasa mereka akan menjadi sosok pengusaha kreatif dan sukses sehingga mampu menggerakkan perekonomian masyarakat.

BACA JUGA Menghitung Kekayaan Patrick Star, Warga Bikini Bottom yang Selalu Feeling Good atau tulisan Muhammad Adib Mawardi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version