Sebelum membuka rekening di bank BNI, saya sempat meminta saran seorang teman. Saya merasa dirinya cakap dan berpengalaman soal bank. Dia menyarankan saya untuk mengambil BNI saja, daripada bank yang lain.
Entah apa alasannya, saya tidak bertanya lebih jauh. Namanya saja awam dan saya percaya teman saya lebih kompeten. Yah, saya memang goblok dalam hal ini.
Namun, sayangnya, antara bayangan teman saya dan realita ternyata tidak cocok. Saya mengalami beberapa hal yang menyebalkan selama menjadi nasabah bank BNI. Padahal, menurut rating Forbes, bank pemerintah ini menduduki peringkat 6 dari ukuran kinerjanya.
Berikut 3 hal menyebalkan yang saya rasakan selama menjadi nasabah bank BNI. Apakah kamu pernah merasakannya juga?
Daftar Isi
#1 Pin ATM bank BNI saya tiba-tiba eror
Awal menjadi nasabah bank BNI, rasanya aman-aman saja, damai, dan tentram. Tak ada masalah serius, kecuali hanya ketidaktahuan saya mengenai hal-hal teknisnya. Tinggal Googling saja, semua bakal dikasih tahu semuanya, kan.
Namun, beberapa bulan setelah itu, masalah mulai muncul. Jadi, PIN ATM saya tiba-tiba eror saat mau mengambil uang. Kalimat yang tertera di layar ATM terbaca bahwa nomor pin yang saya masukkan salah.
Saya berusaha mengingat dan memasukkan PIN lagi secara hati-hati. Jangan-jangan memang saya lupa atau salah pencet. Beberapa kali saya coba dan hasilnya nihil. Jelas, saya bingung karena saya harus mengambil uang kiriman orang tua untuk biaya hidup di perantauan.
Bermacam pertanyaan berdatangan di kepala. Bagaimana jika uangnya hilang? Bagaimana kalau ini kena bobol?
Untuk menghilangkan rasa was-sas itu, saya mencoba tetap tenang. Saya lantas mencoba mengambil uang di ATM lain. Namun, hasilnya sama saja.
Setelah itu, saya mencoba mengadu ke bank BNI cabang Prenduan, Sumenep. Ini adalah tempat yang sama saya membuka rekening.
Yang membuat kekesalan bertambah adalah ternyata tak ada masalah dengan nomor pin ATM saya. Jadi, apa dan siapa yang salah? Petugas yang melayani juga tidak bisa memberi solusi. Jadi, ketimbang lama, saya mengajukan pengubahan nomor PIN.
#2 Nggak bisa tarik tunai non-kartu
Setelah derita nomor PIN tiba-tiba eror, masalah datang lagi. Lagi-lagi kartu ATM bank BNI saya bermasalah. Dan kini saya sudah malas mengadu ke kantor cabang. Makanya, saya memutuskan untuk beralih ke layanan tarik tunai non-kartu.
Satu, dua, tiga kali tarik uang, semuanya berjalan lancar. Kartu ATM saya simpan karena merasa nggak butuh lagi. Hingga tiba-tiba masalah lain menghampiri. Saya nggak bisa tarik tunai non-kartu karena notofikasi kode OTP yang biasanya langsung muncul lewat SMS, kali ini tak kunjung muncul.
Berkali-kali saya mencoba dan mengeluh, tetapi tidak kunjung menemui titik terang. Bahkan sampai detik ini. Betapa menderitanya saya, saat mau ngambil uang harus transfer dulu ke teman, untuk kemudian menariknya lewat ATM milik dirinya. Sangat merepotkan.
#3 Teror mbak-mbak customer service
Terakhir, masalah ini tidak berhubungan dengan tarik-menarik saldo, melainkan telepon asing yang begitu gencar meneror. Hal ini berlangsung sekitar 2 bulan terakhir. Sudah saya blok, tapi nomor-nomor horor baru tetap saja berdatangan.
Suara di balik telepon asing itu adalah pasti seorang cewek. Dengan intonasi suara yang mungkin sudah dilatih agar persis seperti pramugari atau penyiar radio atau admin call center, mbak-mbak itu mengaku sebagai costumer service dari pihak kantor cabang Daerah Istimewa Yogyakarta.
Saya termasuk orang yang gampang curiga terhadap nomor-nomor baru yang masuk. Apalagi mengaku dari pihak bank BNI. Pikiran saya pasti tertuju pada satu kata, “penipu”.
Dugaan saya bisa salah, bisa benar. Akan tetapi, dari pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, cewek di seberang telepon itu nggak bisa menjawab. Meski nomor itu berbeda-beda, tapi tujuannya tetap sama, yaitu menawarkan program baru entah apa.
Setelah menjelaskan panjang lebar, dia meminta saya menyebutkan tanggal lahir. Saya bertanya, “Kenapa harus tanya tanggal lahir, bukannya pihak bank BNI sudah punya semua data diri saya?” Dia meyakinkan dengan mengatakan bahwa hal itu untuk memastikan bahwa dia berbicara dengan nasabah yang benar, yaitu saya.
Pertanyaan itu saya ulang berapa kali hingga membuat mbaknya sebal. Lalu saya lanjut dengan pertanyaan selanjutnya, “Harusnya jika ada program baru, pihak pusat juga memberikan informasi. Apakah cabang punya otonomi sendiri dan punya hak independen untuk membuat program baru tanpa sepengetahuan pusat?”
Dia jadi sebal dan langsung mematikan panggilan.
Begitulah kira-kira pengalaman buruk selama saya menjadi nasabah bank BNI dan cukup menderita olehnya. Jika ada pegawai BNI yang membaca tulisan ini, tolong sampaikan ke atasan Anda. Sekian!
Penulis: Abd. Muhaimin
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Bank Mandiri dan BNI, Bank Terbaik di Indonesia yang Peduli Kaum Pas-pasan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.