Masalah Banjir Rob di Morodemak Tak Akan Selesai Jika Sumur Bor Tetap Lestari

Masalah Banjir Rob di Morodemak Tak Akan Selesai Jika Sumur Bor Tetap Lestari

Masalah Banjir Rob di Morodemak Tak Akan Selesai Jika Sumur Bor Tetap Lestari (Pixabay.com)

Rob di Morodemak tak akan selesai jika sumur bor masih begitu lestari

“Mas, motorku habis sejuta lima ratus,” begitu bunyi WhatsApp masuk dari istri saya yang berada di bengkel.

Pagi itu istri yang kebetulan ngajarnya libur, waktunya dibuat ke bengkel buat jenguk motornya yang sudah mondok seharian. Motornya bermasalah. Ternyata ia mengirimkan juga foto nota total biaya perbaikan motornya. Banyak kerusakan yang harus diganti. Dari tiga baris yang tertulis di kertas nota, yang bikin bengkak totalan adalah ganti spul motor. Itulah pemicu utama yang menyebabkan motor mogok, begitulah kata bapak bengkelnya.

Malangnya, kerusakan itu beruntun seminggu setelah tragedi rangka bagian depan motor istri patah. Tentu, ini disebabkan kondisi pada rangka motor yang sudah mengalami pengkaratan. Dibawalah motor ke bengkel las untuk mendapatkan penanganan cepat.

Setahun terakhir, motor istri memang sering masuk bengkel. Tapi baru kali ini saya mengalami kerusakan spul motor. Biasanya paling cuma ganti koil, laker, atau masalah bannya seret. Sementara, biayanya tidak nyampe sejuta. Begitupun dengan motor saya sendiri. Bagi kami, yang hidup di daerah yang tiap harinya terkepung rob, motor sering berkunjung ke bengkel memaksa kami untuk menerima kenyataan dengan tabah. Namun, sekali lagi, baru kali ini kerusakan motor yang membuat saya mbatin, sekarang kok sering nggilani begini, ya.

Sejak hari itu, saya sering sambat saat pulang kerja yang disambut dengan air rob lumayan tinggi. Duh, kondisi kok begini terus, masak rob terus, di mana tangan pemerintah untuk membantu memberikan solusi? Tentu saja sambatan itu tidak keluar suara. Cuma dibatin saja.

Masalah rob di Jawa Tengah

Di Jawa Tengah, soal rob memang bukan hanya terjadi di Desa yang kami tempati saja. Di Kabupaten Demak, selain Morodemak ada Desa di wilayah Kecamatan Sayung yang mengalami hal serupa. Semarang dan Pekalongan pun sama. Namun, pemberitaan media dan tangan pemerintah jarang menjangkau fenomena rob di Kecamatan Bonang.

Bagi saya, orang yang tidak mempunyai akses komunikasi dengan orang yang duduk di kursi pemerintahan, memberitakan fenomena rob di Kecamatan Bonang adalah suatu hal yang penting. Ya, siapa tahu bernasib seperti di Lampung pada beberapa bulan lalu, ditinjau Presiden lalu ada upaya penanganan tindaklanjut.

Kita tahu memang rob merupakan salah satu risiko bagi warga yang bermukim di pesisir. Ketika melihat keluhan korban rob, mereka yang tidak merasakan rob akan berkomentar “kalau nggak mau rob, ya pindah saja!”, “rumahnya dipindah gunung saja” atau komentar lain yang sejenis. Bagi saya sah-sah saja berkomentar begitu. Sebab, komentar-komentar itu hanya dilontarkan oleh mereka yang nirempati tak tahu situasi.

Padahal, warga sudah berkali-kali iuran untuk meninggikan jalan dalam upaya menghindarkan kampungnya dari jangkauan rob. Begitupun dengan pemerintah, yang akan merealisasikan pengerukan sungai dan pembangunan jalan yang rusak akibat genangan rob saban hari.

Saya tahu, bahwa masalah ini bukan masalah sepele. Perlu mitigasi serius. Memang, dengan meninggikan jalan dan pengerukan sungai adalah bagian dari upaya menanggulangi rob. Namun, tidak cukup hanya dengan hal semacam itu. Masalah rob tidak cukup dengan solusi peninggian jalan saja. Sebab, tiap tahun kondisi tanah akan mengalami penurunan 1-5 sentimeter, bahkan sampai 18 sentimeter seperti yang dialami di wilayah Jakarta.

Misalnya, tahun ini dilakukan pembangunan jalan, dua tahun kedepan tergenang rob lagi. Lalu dilakukan peninggian jalan lagi, terkena rob lagi. Dibangun lagi, kena rob lagi. Mosok ya gitu terus?

Morodemak perlu menghentikan penggunaan sumur bor

Kita tahu memang tiap tahun kondisi tanah yang kita pijak ini mengalami penurunan. Sementara, faktor penurunan tanah yang signifikan salah satunya disebabkan banyaknya eksploitasi air tanah secara berlebihan, seperti maraknya penggunaan sumur bor. Di Kecamatan Bonang sendiri, khususnya di desa-desa yang terdampak rob, hampir seluruh warga disana yang mengandalkan sumur bor untuk kebutuhan air.

Memang sih sumur bor cukup membantu untuk kebutuhan air dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, juga perlu diperhatikan bersama untuk kondisi lingkungan, khususnya kondisi tanah. Sumur bor akan membuat adanya rongga di bawah tanah yang disebabkan adanya eksploitasi air dengan skala besar.

Nah, dari situ kondisi tanah akan mengalami pergeseran, penurunan amblas. Dengan demikian, peralihan dari penggunaan sumur bor adalah keputusan yang tepat. Sehingga kondisi tanah di wilayah yang terdampak rob, seperti di Desa Morodemak tidak terus mengalami penurunan. Apalagi struktur sedimen Desa Morodemak berkriteria lumpur dan liat.

Dengan cara berhenti dari penggunaan sumur bor merupakan bagian dari upaya menjaga agar tanah tidak mengalami kemerosotan yang signifikan, yang nantinya akan menyebabkan parahnya rob. Begitupun di Morodemak, jika semakin melestarikan sumur bor, maka sama halnya membiarkan rob mengancam.

Penulis: Muhammad Azam Multazam
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Tanggul di Pesisir Pekalongan: Bukti Mitigasi Bencana yang Ngaco

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version