Sayang jika mubazir
Meskipun pembangunan Bandara Dhoho Kediri didanai oleh pihak swasta, sangat disayangkan apabila bandara ini berakhir mangkrak. Sudah berhektare-hektare sawah harus tergusur akibat proyek ini. Bandara Dhoho memiliki luas lebih dari 300 hektare, dengan runway yang mampu didarati pesawat berbadan besar seperti Airbus A330, dan telah menelan investasi triliunan rupiah.
Sebagai warga Kediri, saya berharap pemerintah turut campur tangan dalam mendukung operasional Bandara Dhoho, tidak membiarkannya berjuang sendiri. Misalnya dengan mendorong lebih banyak maskapai untuk masuk, menambah rute-rute potensial seperti Balikpapan atau Denpasar, memberikan subsidi harga tiket, atau mempromosikan bandara ini secara lebih luas.
Bandara Dhoho, simbol pemerataan pembangunan
Bandara Dhoho bukan sekadar akses transportasi, melainkan simbol pemerataan pembangunan. Selama ini, wilayah Mataraman seperti Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek, dan sekitarnya kerap merasa dianaktirikan dalam pembangunan infrastruktur. Kehadiran bandara ini membuka peluang besar bagi investasi, pariwisata, dan ekspor produk lokal. Namun, semua itu hanya bisa terwujud jika didukung oleh kebijakan yang serius dan berkelanjutan.
Saya yakin Bandara Dhoho Kediri belum terlambat untuk bangkit. Selama masih ada kebutuhan dari masyarakat, harapan itu tetap terbuka. Di kolom komentar akun Instagram resminya, terlihat banyak masyarakat yang masih menaruh harapan besar, meminta agar bandara ini melayani lebih banyak rute dengan harga yang kompetitif dibanding Juanda.
Kini tinggal pemerintah dan pengelola yang menentukan: apakah mereka serius memaksimalkan potensi Bandara Dhoho, atau justru membiarkannya bernasib sama seperti Bandara Kertajati?
Penulis: Nurhadi Mubarok
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 8 Dampak Positif Pembangunan Bandara Dhoho Kediri yang Akan Segera Dirasakan Masyarakat
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















