Bahkan Deddy Corbuzier dan Romi Rafael pun Skeptis dengan Hal Gaib

Bahkan Deddy Corbuzier dan Romi Rafael pun Skeptis dengan Hal Gaib tidak percaya santet hipnotis gendam hantu penampakan horor terminal mojok.co

Bahkan Deddy Corbuzier dan Romi Rafael pun Skeptis dengan Hal Gaib tidak percaya santet hipnotis gendam hantu penampakan horor terminal mojok.co

Belakangan bersikap skeptis atau tidak percaya terhadap hal-hal berbau gaib, semakin terdengar wajar. Semakin majunya pengetahuan, maka keterlibatan makhluk-makhluk gaib dalam berbagai peristiwa pun menurun. Mungkin jin dan setan jadi banyak yang menganggur. Berbagai kejadian semakin bisa dijelaskan secara ilmiah dan logis, meskipun tidak (atau lebih tepatnya belum) semuanya.

Lucunya, orang seperti Deddy Corbuzier dan Romy Rafael pun ternyata termasuk orang-orang skeptis. Mereka tidak percaya pada hal gaib seperti santet, tuyul, dst. Meskipun pernah atau masih malang melintang di dunia sulap, ilusi dan hipnotis, nyatanya mereka berdua menganggap kalau itu hanya sebuah seni. Perpaduan dari kreativitas, kerjasama, kecepatan hingga eksekusi yang presisi dan elegan. Tidak lebih. Mereka bukan penyihir, dukun, atau paranormal. Deddy tetap harus membakar obat nyamuk saat ada banyak nyamuk, dan Romy tetap tidak bisa menebak empat hari kedepan cuaca akan cerah atau hujan.

Bahkan jika anda bertanya pada Deddy Corbuzier, “Apakah yang Anda lakukan itu asli? Apakah Anda melibatkan makhluk astral dalam pertunjukan Anda?”

Pertanyaan ini malah akan dijawab dengan hardikan, “Kamu itu tolol”, dengan mimik bibir yang dibuat bulat maksimal. (Silahkan coba dipraktikkan).

Untuk kasus hipnotis secara lebih khusus, Romy mengatakan bahwa kemampuan hipnotis yg sensasional seperti digembar-gemborkan itu tidak ada. Kasus-kasus kriminal yang melibatkan hipnotis, sebenarnya punya banyak variabel dan kemungkinan untuk dijelaskan secara lebih logis, namun seringkali kita terburu-buru mencari jalan yang simpel dan instan kalau itu adalah praktik hipnotis, melibatkan hal gaib, dan spekulasi konyol lain.

Contoh variabel penjelas misalnya, ada nenek-nenek yg tertipu membeli sebuah jam palsu dengan harga mahal, ia sebenarnya hanya sedang tertipu dan dipermainkan oleh pedagang jam. Namun, untuk menutup malu, si nenek kemudian berdalih kalau ia dihipnotis. Keluarga si nenek pun dengan mudahnya percaya. Saya sendiri beberapa kali menemukan korban penipuan yang mengaku dihipnotis, mentransfer uang tanpa sadar. Padahal, saya lebih yakin kalau ia murni tertipu karena bodoh.

Romy Rafael lalu menambahkan, seandainya memang kemampuan hipnotis itu nyata, kita tidak mungkin bisa dijajah oleh Belanda dulunya. Mereka tinggal ditepuk-tepuk pundaknya, lalu diberikan sugesti semau kita.

Satu-satunya hal yang nyata dari dunia hipnotis itu menurut Romy, hanya sebatas hipnoterapi, atau sugesti-sugesti ke dalam jiwa. Hipnoterapi bisa dilakukan pada orang lain, misalnya orang yang sedang menjalani program diet disugesti untuk tidak terlalu berselera makan.

Hipnoterapi juga lebih efektif dijalankan pada diri sendiri (self therapy) misalnya untuk tetap tenang saat sedang kesakitan parah. Praktik semacam ini tidak jauh-jauh dari kerjanya psikiater. Ia tetap bisa dipelajari dengan cara normal, tanpa harus bersemedi, puasa atau menyembelih seekor ayam berkepala hijau.

Perbincangan menarik antara Deddy Corbuzier dengan Romy Rafael ini, bisa ditonton dalam acara podcast Deddy Corbuzier. Cukup menonton lima menit pertama, kita bisa langsung mengerti betapa skeptis mereka berdua.

Semua praktik gaib-gaib itu memang semakin sulit dipercaya. Hal ini selalu terjadi pada level-level yang remeh. Tuyul misalnya, hanya diceritakan mencuri uang-uang receh dari kantong orang tidak terlalu kaya, tetapi kita tidak pernah mendengar ada kasus mesin ATM dibobol tuyul. Padahal, nominal uang di dalamnya jauh lebih banyak dan menggiurkan.

Praktik hipnotis misalnya, ia selalu menyasar kalangan masyarakat menengah ke bawah. Ibu-ibu yang sedang berbelanja, pria lajang yang yang bekerja serabutan hingga siswa sekolah dengan jajan yang sedikit. Kita tidak pernah mendengar tukang hipnotis yang menyasar para pengusaha dan miliarder. Padahal mereka jauh lebih menguntungkan untuk ditepuk pundaknya.

Kehebatan ilmu kebal senjata juga hanya berakhir menjadi atraksi pasar malam di panggung reot, kehebatan sespektakuler itu tidak pernah terlihat dalam peperangan, masa lalu negeri ini tetap diwarnai penjajahan yang begitu memilukan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Bukankah kita berhak skeptis?

Kasus santet selalu terjadi dalam kisah-kisah percintaan yang tidak penting, atau konflik antara dua orang tetangga. Ia tidak pernah menyasar para pemimpin dunia, atau dipakai untuk memuluskan sebuah kudeta politik. Begitu pula cerita perdukunan dalam dunia sepakbola, ia selalu terjadi di turnamen-turnamen sepakbola tarkam, dan tidak sama sekali dipakai sebuah negara untuk menjuarai piala dunia.

Bagaimana dengan kasus kesurupan? Ia juga tidak berbeda jauh dari itu. Peristiwa kesurupan acap kali menimpa para buruh pabrik atau siswa sekolah dan pesantren. Dunia-dunia dan lingkungan dengan tingkat stress yang sangat tinggi. Kesurupan sederhananya hanya sikap dan gerak tubuh di luar kendali dan kesadaran. Hal ini bisa terjadi tanpa harus melibatkan jin atau setan.

Perkembangan ilmu psikologi mengantarkan kita pada cakrawala baru, ternyata jiwa dan otak manusia jauh lebih kompleks dan rumit dari yang kita kira. Berbagai gejolak dan lonjakan kejiwaan, memang cukup besar untuk membuat seseorang bertindak di luar kewajaran. Hal ini bisa terjadi secara permanen, misalnya pada orang dengan gangguan kejiwaan, atau terjadi pada momen tertentu, pada orang dengan tingkat stres dan beban pikiran yang kelewat tinggi, di atas kesanggupan jiwanya (yang kemudian secara sederhana kita pahami sebagai kesurupan jin Tomang).

Lebih lanjut lagi, semua pengakuan tentang penampakan hantu dan kejadian gaib lainnya, selalu disampaikan oleh sumber-sumber yang berlapis. Ia misalnya diawali dengan kalimat, “Saudaranya tetangga saya pernah melihat begini…”, “Orang sekampungnya teman kosan saya pernah disantet begini…” Atau sumber cerita berlapis lainnya. Yang jelas, ia jarang sekali disampaikan oleh pelaku aslinya.

Saya sendiri tidak berani menyebut diri sebagai orang skeptis, karena saya juga masih takut pada hantu jika berjalan kaki melewati kompleks pemakaman di malam hari. Saya juga tidak berani menantang seorang dukun untuk menyantet saya. Tetapi yang jelas, bersikap skeptis dalam masalah ini tetap semakin terdengar wajar.

BACA JUGA Kejadian dan Pengalaman Mistis Menjadikan Saya Percaya Bahwa Hal Gaib Itu Ada dan artikel Terminal Mojok lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version