Bagaimana Pernikahan Nam Do San dan Seo Dal Mi kalau Mereka Orang Indonesia

Bagaimana Pernikahan Nam Do San dan Seo Dal Mi kalau Mereka Orang Indonesia terminal mojok.co

Bagaimana Pernikahan Nam Do San dan Seo Dal Mi kalau Mereka Orang Indonesia terminal mojok.co

Drama Korea fenomenal yang memecah belah persaudaraan kini tamat sudah. Start up adalah drama penutup akhir tahun yang berkesan manis bagi banyak penontonnya. Pasalnya, drama berisi 16 episode ini memiliki alur cerita yang menarik dan bikin penontonnya nggak sabar menanti kehadiran episode berikutnya. Konon, pesona second lead yang nggak kalah kharismatik dari pemeran utama drama ini bikin suara penonton terbagi menjadi dua, tim Nam Do San dan tim Han Ji Pyeong. Kehebohan dua tim yang tercatat di trending Twitter ini kompak mengalahkan perdebatan bubur diaduk atau nggak diaduk.

Namun, sekeras apa pun tim Ji Pyeong meminta, Dal Mi tetap bersikukuh memilih Do San, pemeran utama yang ditakdirkan oleh penulis untuk menikahinya di akhir episode. Dalam episode terakhir drama anyar tersebut, diperlihatkan deretan foto-foto Dal Mi sejak kecil hingga pernikahannya dengan Do San.

Pada foto yang terpampang, pernikahan CEO dan CTO itu cukup sederhana, Dal Mi yang cantik semakin memesona menggunakan gaun putih polos yang membentuk lekuk tubuhnya, bersanding dengan Do San yang semakin tampan dengan jas putih yang senada. Mengintip drama Korea lainnya, pernikahan yang ditampilkan pada umumnya memanglah scene acara sakral yang dirayakan oleh keluarga dan segelintir rekan terdekat. Mungkin sedikit berbeda jika dibandingkan dengan pernikahan budaya lokal, gimana ya pernikahan Do San dan Dal Mi kalau mereka orang Indonesia yang tinggal di Ibukota?

#1 Menilik orang tua Do San yang gengsi

Kemunculan orang tua Do San cukup nyentrik dalam setiap episode. Menampakkan sepasang ibu dan ayah yang ambisius dan penyayang, menaruh harapan besar pada anak satu-satunya yang sedari kecil mereka banggakan. Pintar, penurut, menang olimpiade, lolos akselerasi, dan banyak lagi keunggulan-keunggulan Do San yang selalu mereka pamerkan pada kerabatnya. Namun, kecenderungan mereka untuk memamerkan bakat si anak sedikit banyak berbuah menjadi persoalan.

Sikap dominan kedua orang tua Do San cukup menjadikan mereka orang tua yang penuntut dalam beberapa hal. Sebut saja, saat Do San belum menjadi apa-apa di usianya yang sudah kepala tiga. Meskipun hal ini lumrah dilakukan oleh orang tua di Asia, tapi sikap orang tua Do San cukup mendesak dan membebani si anak untuk segera menjadi ‘orang’. Ibarat kata, kalau Do San anak Jakarta pasti sudah dipepet habis-habisan oleh orang tuanya untuk jadi PNS saja.

“Ngapain sih itu startap startap, wis mending ikut CPNS,” kata Ayah Do San yang terinspirasi dari cerita sukses anak tetangga di grup bapak-bapak.”

Dominasi orang tuanya juga terlihat saat kemenangan tim Samsan Tech dalam kompetisinya di San Francisco. Orang tua Do San rela mengundang keluarga besarnya untuk menyaksikan video kemenangan si anak walau hanya tersiar sekian menit di layar kaca ruang tamunya. Sedangkan si anak, jangankan memamerkan kemenangannya pada publik, update status WhatsApp saja tidak.

Jika dalam prestasi anak saja bisa seriuh itu, sudah pasti mereka ikut andil dalam perencanaan pernikahan Do San kalau mereka beridentitas akamsi, alias anak kampung sini. Jiwa-jiwa kompetitif yang bergejolak di relung hati orang tua Do San akan memaksa pesta pernikahan si anak dirayakan besar-besaran. Kemungkinan mereka akan secara impulsif menyewa ballroom hotel di pusat kota Jakarta, memperlihatkan kemampuan putranya yang sanggup secara finansial untuk menyajikan pesta megah yang memukau mata.

“Nanti harus ada zuppa soup ya…” kata Ibu Do San yang memegang prinsip bahwa zuppa soup merepresentasikan jajanan standar dalam prasmanan mahal.

Tak lupa mereka akan mendominasi daftar undangan dengan nama-nama kerabat mereka baik yang jauh maupun dekat. Semua semata-mata untuk memperlihatkan bagaimana kesuksesan anaknya yang tiga tahun bekerja di Amerika dan pulang dengan jabatan keren setara bos besar.

#2 Pihak Ibu Dal Mi yang sempat jadi OKB

Sosok Ibu Dal Mi yang diceritakan bercerai dengan ayahnya, sempat menikah dengan konglomerat antagonis yang memanjakannya dengan kekayaan. Namun, akhirnya sang ibu tak tahan juga dengan sikap suaminya yang acap kali merendahkan. Semua harta yang ia miliki untuk berbelanja barang nggak penting dan tinggal berbulan-bulan di hotel mewah mendadak hilang tak bersisa.

Kurva naik turun yang ia rasakan akhirnya menjadikan Ah-hyun, ibu dari Dal Mi lebih nerimo dan legowo. Mungkin hati kecilnya masih menginginkan putrinya mendapatkan pesta terbaik sekali seumur hidupnya. Alih-alih mendorong Dal Mi untuk membuat pesta neko-neko yang menghabiskan setengah tabungan, sepertinya Ah-hyun akan mendukung apa pun yang direncanakan Dal Mi. Terlebih Ah-hyun juga sadar diri dengan kesalahannya meninggalkan Dal Mi di masa lalu.

“Sekarang nggak mau macam-macam deh, asal anak bahagia,” tutur Ah-hyun, seorang ibu yang sempat tidur di warnet saat kartu kreditnya dibekukan.

#3 Keinginan Dal Mi dan Do San sebagai Jakselian yang nggak mau repot

Pribadi Dal Mi dan Do San cukup membumi dan nggak banyak keinginan. Ini terlihat dari bagaimana mereka mendatangi acara relasi pada pertemuan pertamanya. Gaya pakaian dan riasan yang dikenakan baik Dal Mi dan Do San sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan para artis Ibukota saat menghadiri acara penghargaan. Semua tampak sederhana, tapi tetap menawan dan jadi sorotan.

Mungkin pesona hangat dalam balutan kesederhanaan ini hanya berlaku pada Dal Mi dan Do San yang memang sudah good looking dari sananya. Pakai thrift shop uwel-uwel dari Pasar Senen pun, akan tampak Balenciaga di tubuh mereka. Kesederhanaan dalam selera mereka terlihat selaras tak berganti saat mereka sudah mencapai tahta tertinggi dalam sebuah perusahaan.

Jabatan CEO dan CTO tak mengubah mereka menjadi glamor dan berfesyen meriah. Hal ini juga terlihat dari gaun dan jas yang dikenakan mereka di hari pernikahan. Saya rasa pesona kesederhanaan yang bersahaja itu akan tetap terbawa sekali pun mereka menjadi umat Jakselian.

Kalau mereka anak Jaksel, mungkin mereka akan membuat intimate dinner atau pesta kebun yang mengundang keluarga dan teman terdekat yang mengiringi perjalanan Samsan Tech saja. Mungkin diadakan di pelataran atau resto-resto hidden gems di Jakarta. Menggunakan gaun dan jas yang serupa, Dal Mi akan berganti sneakers saat kakinya dilanda pegal tak berdaya.

Bagaimana menurut Sobat Mojokiyah, apakah cocok jika Dal Mi dan Do San menjadi sobat Jaksel C-level perusahaan unicorn yang tinggal di Jakarta? Kayaknya, mereka bakal jadi pasangan paling keren yang jadi idaman sekaligus motivasi para kaum UMR, ya. Xixixi.

BACA JUGA Urutan Karakter Utama yang Punya Sifat Paling Realistis dalam Drama Korea Start-Up

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version