Bagaimana Mau Mengatasi Stunting Jika Harga Ayam Potong Terus Naik?

Bagaimana Mau Mengatasi Stunting Jika Harga Ayam Potong Terus Naik?

Bagaimana Mau Mengatasi Stunting Jika Harga Ayam Potong Terus Naik? (Pixabay.com)

Tolong beri tahu saya bagaimana cara mengatasi stunting kalau harga ayam potong terus naik?

Belakangan ini, angka stunting di Indonesia tengah menjadi sorotan. Pasalnya, beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo kesal dengan alokasi dana stunting yang tidak tepat sasaran. Di suatu daerah, sebesar 6 milyar dari 10 milyar yang dianggarkan, habis untuk rapat dan perjalanan dinas. Kalau presiden saja kesal, apalagi rakyat jelata yang hidup susah?

Ironisnya, di waktu yang bersamaan, harga daging ayam potong di pasar juga sedang naik terus menerus sejak lebaran Idulfitri hingga menjelang Iduladha ini. Sebagai contoh saja, harga daging ayam potong di Solo saat ini berkisar 42 ribu rupiah per kilogram. Sebelum Idulfitri, harga daging ayam potong stabil pada harga 35 ribu rupiah per kilogram. Terpantau saat lebaran Idulfitri, harga ayam potong masih berada di posisi 38 ribu rupiah per kilogram. Usai lebaran Idulfitri, harga ayam potong belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan. Itu di Solo, apalagi di luar Jawa?

Memang, faktor penyebab stunting di negara ini lumayan kompleks. Salah satunya, kurangnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi gizi seimbang. Setiap orang tua seharusnya sadar akan komposisi pangan yang dikonsumsinya setiap hari, terutama bagi ibu hamil dan MPASI bayi. Setidaknya mereka harus mengonsumsi protein hewani seperti daging ayam yang mudah dijangkau.

Pentingnya daging ayam

Sesuai anjuran Kemenkes, protein hewani merupakan instrumen gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil guna mencegah stunting pada anak, karena bahan pangan hewani mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein hewani dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan.

Ayam potong adalah sumber protein hewani yang mudah dijangkau oleh ibu-ibu. Banyak variasi olahan makanan juga bisa dibuat dengan ayam potong. Mulai dari sop ayam, ayam goreng, risol hingga nugget. Menurut ahli gizi, Leona Victoria, B.Sc MND, tekstur ayam potong bagus sebagai alternatif MPASI bagi bayi karena teksturnya yang lembut sesuai dengan kemampuan mengunyah bayi, mudah didapatkan dan terjangkau.

Namun, bagaimana bila kenyataan yang ditemui di pasar, harga ayam potong terus naik? Bisa saja keinginan ibu untuk membeli protein hewani ini batal dan lebih memilih sumber makanan lain yang lebih melimpah ruah dan mengenyangkan. Meskipun belum tentu membantu tumbuh kembang.

Harga ayam potong mengkhawatirkan, komentar pejabat lebih mengkhawatirkan

Menteri Perdagangan, memberikan janji solusi berupa subsidi transportasi dari Biaya Tak Terduga (BTT) agar harga pangan bisa kembali terkendali. Langkah ini diharapkan dapat memangkas biaya distribusi sehingga membuat harga daging ayam dan telur menjadi stabil kembali.

Namun, kenaikan harga ayam ini ditengarai penyebab utamanya adalah kenaikan harga pakan seperti jagung. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (BPP GPPU) menyatakan jika ingin menurunkan harga daging ayam, harga pakan harus diturunkan.

Entah apa pun solusinya dari pemerintah, yang jelas rakyat jelata menunggu agar harga ayam potong bisa segera turun dan stabil secepatnya. Jika anggaran stunting di pemerintahan yang tidak tepat sasaran saja begitu dikhawatirkan, apalagi harga bahan pangan protein hewani pencegah stunting yang terus mengalami kenaikan? Apakah wajar dibiarkan begitu saja?

Dua bulan sudah, harga ayam terus meroket tanpa ada tren penurunan sama sekali. Sementara itu, menilik komentar beberapa pejabat di negeri ini, “hal seperti ini adalah hal yang biasa” atau “naiknya masih wajar, dalam batas toleransi”. Sungguh, respons dan komentar seperti inilah yang lebih mengkhawatirkan.

Penulis: Diki Marlina
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kenaikan Harga Telur Memang Harus Kita Ributkan, kalau Perlu Baku Hantam

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version