Apakah merantau ke luar Pulau Jawa masih seksi dan menjanjikan? Jawabnya sih, iya, pake banget
Dibanding pulau lain yang ada di Indonesia, Pulau Jawa memang memiliki segudang potensi. Pulau Jawa memiliki infrastruktur yang memadai, cukup pasokan listrik dan air, ongkos kirim belanja di market place murah dan tanahnya pun subur. Saya curiga kalau lagu “Kolam Susu”-nya Koes Plus itu sebenarnya terinspirasi dari Pulau Jawa.
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman~
Nah, dengan segala potensi yang dimiliki Pulau Jawa, seharusnya semua orang yang lahir dan tinggal di Jawa hidupnya sejahtera. Seharusnya pula, orang Jawa hidupnya dilimpahi kebahagiaan tanpa perlu khawatir dengan apa pun. Namun, siapa sangka? Ternyata, banyak penduduk di Pulau Jawa yang memutuskan untuk merantau. Bahkan, pulau terpadat di Indonesia ini tercatat sebagai penyumbang perantau terbanyak setiap tahunnya.
Daftar Isi
Punya alasan yang berbeda, tapi malaikat juga tahu alasan utamanya
Kesimpulan bahwa Pulau Jawa menjadi provinsi penyumbang perantau terbanyak berasal dari hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) yang menyebutkan bahwa Pulau Jawa masih menjadi sentra utama tujuan pergerakan masa di setiap momen mudik lebaran. Tercatat, Provinsi Jawa Tengah menjadi tujuan terbesar para pemudik yang mencapai 31,81 persen. Selanjutnya, disusul Jawa Timur sebesar 19,44 persen, Jawa Barat 16,59 persen, dan Daerah Istimewa Yogyakarta sekitar 6 persen.
Orang-orang yang pada akhirnya memutuskan untuk merantau, pasti memiliki alasan yang beragam. Ada yang merantau dengan alasan pendidikan, cari pengalaman, ikut daerah asal pasangan, hingga faktor ekonomi. Meskipun demikian, malaikat juga tahu alasan terbesar seseorang memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya adalah karena alasan ekonomi.
Soal meninggalkan kampung halaman ini, sebetulnya dilematis juga, ya. Dibilang cinta, ya, pasti cinta dengan tanah kelahiran. Tapi kalau sudah soal perut, cinta saja tak akan cukup. Sehingga, dibuatlah keputusan tersebut: merantau.
Pertanyaannya adalah, apakah merantau ke luar Jawa masih menjanjikan?
Pengalaman merantau ke luar Pulau Jawa
Sebelum pertanyaan tersebut dijawab, saya ingin membagikan pengalaman salah seorang saudara saya yang pernah merantau ke Banjarmasin. Jadi, saudara saya ini dari lahir sampai punya dua anak tidak pernah keluar dari Pulau Jawa. Boro-boro keluar Pulau Jawa, geser dari Tegal saja bisa dihitung dengan jari, kok. Namun, apalah daya. Kebutuhan yang semakin banyak, sementara cari kerja di Tegal susah, membuat saudara saya tergiur melamar kerja, meski tertulis akan ditempatkan di Banjarmasin.
Siapa sangka, itu adalah keputusan terbaik yang dia buat. Tak berapa lama setelah diterima bekerja di Banjarmasin, dia bisa menutup satu demi satu hutangnya yang tercecer di sana-sini akibat penghasilan saat di Tegal yang tak sebanding dengan besarnya kebutuhan. Bonusnya, dia bisa beli motor dan merenovasi dapur rumah orangtuanya. Semua, dia lakukan dalam kurun waktu 1 tahun saja.
Setali tiga uang, ada pula saudara saya yang merantau ke Kalimantan. Sudah puluhan tahun dia merantau sebagai pedagang pupuk di sana. Keuletannya dalam bekerja membuat dia bisa menghasilkan banyak rupiah. Uang itu kemudian dia gunakan untuk menguliahkan adiknya, membeli lahan sawit di Kalimantan, membeli sawah di kampung halaman dan merenovasi rumah orang tuanya.
Merantau ke luar Pulau Jawa tantangannya berat, tapi harus kuat
Kisah sukses di tanah rantau tersebut tentu bikin iri. Tapi, perlu diingat juga bahwa setiap cerita selalu memiliki luka, begitupun merantau. Di laman Terminal Mojok banyak tulisan yang menggambarkan dukanya orang Jawa saat merantau ke luar Jawa. Ada tulisnn tentang culture shock saat orang Jawa merantau ke Bali, orang Jawa ke Kalimantan Selatan, orang Jawa ke Sulawesi, dll. Intinya, merantau itu berat, tapi tetap harus kuat.
Oleh karena itu, merantau butuh persiapan yang matang. Please, cubit aja ginjal orang yang bilang, “Udah, yang penting merantau dulu aja. Urusan yang lain nanti belakangan.”
Mbahmu!
Sebelum pergi merantau, pastikan terlebih dahulu kita tau apa yang akan kita lakukan di sana. Kalau mau bekerja, bekerja di mana? Kalau mau berwiraswasta, berwiraswasta apa? Pergi merantau hanya bermodal nekat, tanpa skill, tanpa jaminan pekerjaan, sama saja seperti menyerahkan hidupmu secara gratis. Besar kemungkinan, kamu hanya akan berakhir sebagai bagian dari isu sosial di kota tersebut.
Jadi…
Kembali ke pertanyaan awal. Merantau ke luar Jawa masih seksi nggak, sih? Kalau menurut saya masih. Ibarat kue, Pulau Jawa ini seperti donat yang sudah dikerubuti banyak semut saking manisnya. Maka, pilihannya hanya ada dua: tetap bertahan dengan risiko dapat bagian yang kecil, atau pergi cari ‘donat’ yang lain.
Kalau merantau ke luar Jawa itu sudah tidak menghasilkan lagi, tentu saudara-saudara saya yang di perantauan lebih memilih untuk pulang. Buktinya, mereka lebih memilih untuk bertahan daripada pulang ke kampung halaman. Yang sebelumnya pulang pun merasa menyesal dan ingin kembali merantau. Kenapa? Karena tinggal di Jawa sudah sesesak itu, sesusah itu untuk mencari ceruk penghidupan yang layak.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Hal yang Perlu Kalian Tahu sebelum Merantau ke Kalimantan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.