Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Apa Motivator Pernah Muak dengan Kata-katanya Sendiri?

Muhammad Daffa Ardhan Syauqi oleh Muhammad Daffa Ardhan Syauqi
11 Januari 2022
A A
Apa Motivator Pernah Muak dengan Kata-katanya Sendiri?

Apa Motivator Pernah Muak dengan Kata-katanya Sendiri? (pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya mengikuti akun-akun motivasi, terutama akun motivator yang namanya sudah kondang. Di saat saya down, motivasi setidaknya bisa jadi obat, meski tidak menyembuhkan seratus persen.

Menemukan kata motivasi yang sesuai dengan perasaan itu seakan jadi pembenaran atas kegalauan saya. Namun, di saat saya sedang bahagia, kata motivasi terasa seperti kalimat yang tidak ada isinya.

Kadang saya berpikir, kata-kata motivator itu hanya bualan. Mereka tak ada bedanya dengan pembuat ramalan zodiak yang dikejar deadline. Mereka membuat kata-kata, tapi mereka sendiri tak pernah tahu kebenarannya.

Nah, yang jadi pertanyaan, apa motivator itu tidak muak dengan motivasi yang mereka buat sendiri?

Kalimat-kalimat bijak itu biasanya datang dari pengalaman hidup yang berharga, dan pengalaman hidup itu tidak datang setiap waktu. Pengalaman hidup datang sesekali, dalam bentuk masalah, stres, tuntutan pekerjaan, lingkungan, dan seterusnya. Jika seseorang dituntut untuk membuat kata motivasi setiap hari, dari mana ia bisa mendapatkan pengalaman hidup yang berharga itu terus menerus?

Ibarat sebuah padi. Tidak mungkin kita memanennya setiap hari. Kita bisa memanennya satu atau dua kali dalam setahun. Bagaimana motivator bisa “memanen” kata motivasi setiap hari, sedangkan pengalaman hidup yang akan dijadikan kalimat motivasi itu mungkin hanya terjadi 1-2 kali dalam setahun?

Baiklah, kita bisa belajar dari kesalahan orang lain. Namun, apakah kesalahan orang lain dan solusinya akan berlaku dengan orang lain? Apakah tiap motivasi yang muncul itu beneran bisa diaplikasikan dalam realitas?

Selain itu, saya menemukan hal lain tiap melihat mereka-mereka ini menyampaikan motivasi mereka.

Baca Juga:

4 Dosa Besar yang Sering Dilakukan oleh Motivator

Setiap kali menonton video motivator membuat kata-kata bijaknya, perhatian saya selalu terfokus pada ekspresi wajah mereka. Ekspresinya seperti sudah di-setting sedemikian rupa sesuai dengan kontennya.

Kalau motivasinya mengajak orang untuk semangat, bangkit dari keterpurukan, maka matanya akan terbuka lebar, bibirnya akan tersenyum sekian sentimeter. Tangannya akan mengepal dan meninju ke atas seperti seseorang yang mengajak berperang.

Kalau motivasinya tentang kegalauan, ekspresinya akan dimulai dengan mimik sedih. Sorot matanya sendu. Ketika kata-kata bijaknya masuk ke ending, raut wajahnya berubah sedikit ceria seperti gerombolan sapi bertemu padang rumput.

Satu ekspresi untuk jenis konten yang berbeda. Kira-kira begitu. Maksud saya, ekspresi motivator itu seperti ada template-nya. Mereka punya beragam ekspresi yang sudah di setting sedemikian rupa untuk menyampaikan pesan yang sudah disiapkan.

Mungkin ketika syuting, mereka menghadap kamera, menghafal kalimat motivasinya, entah dalam tulisan atau isi kepala, lalu mengucapkannya sesuai jobdesc.

Saya membayangkan, ketika syuting selesai, ekspresi template-nya dilepas, lalu mereka memasang kembali wajah “asli” mereka. Di balik kamera, mereka pulang ke rumah dalam keadaan lelah, lesu, stres. Sangat jauh dengan kata-kata penyemangatnya selama ini.

Saya pikir, banyak motivator membuat kalimat bijak, tapi di saat yang sama, mereka pun sedang bermasalah dengan hidupnya. Di saat mereka membuat kalimat “ayo semangat, jangan menyerah”, mereka sedang punya masalah keluarga, bertengkar dengan pasangan, pusing dengan tagihan paylater yang belum dibayar, atau memusingkan masalah tentang apakah harus keluar dari grup alumni atau tidak.

Dan rasanya, omongan mereka makin berjarak dengan realitas.

Motivator juga manusia. Ucapan mereka terkadang hanya indah dalam teori, tapi untuk praktik susahnya setengah mati. Saya yakin, sebagian motivator sebetulnya tidak suka dengan kalimat motivasi yang mereka buat sendiri.

Mereka—setidaknya menurut saya—tahu bahwa motivasi, terkadang tak berguna ketika tak sesuai dengan masalah manusia pada umumnya. Bicara memantaskan diri, tapi nyatanya memang standar yang ditentukan kelewat tinggi. Bicara optimisme untuk keluar dari kemiskinan, padahal masalahnya struktural. Bicara mental, padahal yang terjadi di lapangan jauh lebih rumit.

Maka dari itu, saya punya pertanyaan apakah mereka ini (kadang) muak dengan kata-kata mereka sendiri. Sebab, hidup itu tak hitam putih. Area abu-abu selalu ada, dan area itulah yang sering ditemui manusia kebanyakan. Katakanlah bicara keluar dari kemiskinan adalah dengan bermental kaya. Lha kalau nyatanya kemiskinan tak pernah hanya tentang perkara mental, kenapa pede banget ngomong hal itu?

Dan saya berharap, para motivator mulai berpikir untuk dirinya sendiri. Jangan-jangan, mereka ini sebenarnya tak tahu betul apa yang mereka omongkan, dan apa yang mereka katakan itu aneh.

Dan sudah seharusnya mereka mulai muak dengan kata-katanya sendiri.

Penulis: Muhammad Daffa Ardhan Syauqi
Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Januari 2022 oleh

Tags: motivator
Muhammad Daffa Ardhan Syauqi

Muhammad Daffa Ardhan Syauqi

Manusia, tinggal di Bumi.

ArtikelTerkait

4 Dosa Besar yang Sering Dilakukan oleh Motivator

4 Dosa Besar yang Sering Dilakukan oleh Motivator

27 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Ilustrasi Banjir Malang Naik 500% di 2025 Bukti Busuknya Pemerintah (Unsplash)

Kejadian Banjir Malang Naik 500% di 2025, Bukti Pemerintah Memang Nggak Becus Bekerja

6 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.