Sebagai mantan anggota OSIS yang menduduki jabatan ketua dulu pas STM, saya sadar betul bahwa organisasi tersebut sungguh elite. Sebagai penegasan saja, anak-anak anggota OSIS di STM itu agak beda dengan anak OSIS di SMA atau SMK yang muridnya campur.
Kalau anak OSIS di SMA atau SMK lain itu kebanyakan kutu buku dan pinter debat, beda dengan anak OSIS di STM. Asli, beberapa agenda yang diadakan OSIS STM ya rata-rata kegiatan fisik mulu, kayak ngadain lomba jalan sehat, lomba baris-berbaris, atau kadang nyusun rencana tawuran juga.
Nah, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu kalian ketahui tentang bagaimana rasanya menjadi anggota OSIS di STM.
Auto jadi tim upacara
Anak OSIS di STM auto jadi tim upacara tiap Senin. Karena rata-rata anak STM itu ndablek dan males ngurusin upacara, makanya anggota OSIS yang mengambil peran itu. Jadi ya udah apal dan nggak perlu latian kalau sekadar jadi tim upacara.
Jas OSIS nggak ngasih kebanggaan
Jas OSIS, konon, adalah lambang kebesaran. Bahkan agenda rapat pertama anggota OSIS yang baru dilantik pasti nentuin motif jas baru. Begitu pakai jas, anggota OSIS jadi gembelengan minta ampun. Sudah kayak manusia paling penting di negara ini dan merasa lebih unggul.
Namun, yang kayak gitu nggak berlaku di STM. Mayoritas anak STM kan begundal semua dan paling males tampil rapi. Jadi ya mohon maap, nggak ada jas OSIS di STM. Kok jas OSIS, wong dasi aja kagak ada. Ya pokoknya pakai seragam biasa dan nggak ada bedanya sama sekali sama anak-anak sekolah lainnya. Sama sekali nggak ngasih rasa bangga.
Nggak mungkin bisa mbribik adik kelas
Yang bisa terjadi adalah, anggota OSIS dipandang keren sama adik kelas, satu angkatan, dan kakak kelas. Karena dianggap “bibit unggul”, proses mbribik adik kelas, biasanya berjalan dengan lancar. Sayangnya, kebiasaan itu nggak ada di STM saya dulu.
Ya gimana ya, mayoritas laki-laki. Kalo ada ceweknya, paling sepuluh doang di satu angkatan. Itu juga sudah mencakup semua jurusan. Bayangkan, satu angkatan di STM saya dulu ada seribuan dan ceweknya nggak sampe 20. Ya auto jadi rebutan tuh cewek dan pasti jarang jomblonya. Makanya nggak usah ngimpi gampang PDKT sama cewek kalau jadi anggota OSIS di STM.
Nggak ada wibawanya di mata siswa lain
Di sekolah lain, anggota OSIS itu dipandang gerombolan elite. Kumpulan anak-anak pintar. Pokoknya kebanggaan orang tua. Wibawanya tuh memancar.
Sekali lagi, yang kayak gitu nggak berlaku di STM saya. Jadi anggota OSIS itu nggak ada seleksi sama sekali. Itu pertama. Cukup siapa yang mau, langsung jadi. Itu juga nggak banyak yang mau dan endingnya maksa beberapa siswa.
Iya, di STM saya dulu, anggota OSIS adalah “anak buangan” dari kelas mereka atau istilahnya tumbal gitu. Jadi ya mana mungkin disegani, yang ada malah jadi bahan olok-olokan pas di tongkrongan. Nggak ada wibawanya babar blas.
Nggak dikasih privilise ninggalin kelas
Saya lihat di sekolah lain, anggota OSIS gampang banget ninggalin kelas asal minta izin. Buat rapat, misalnya. Guru-gurunya juga sambil senyum dan menyemangati pasti membiarkannya cabut. Semacam mereka itu pemuda dan pemudi harapan bangsa.
Sayangnya, privilise kayak gitu nggak berlaku di STM. Lebih tepatnya, nggak diperlukan sama sekali. Ngapain izin buat rapat OSIS, lha wong bolos saja udah jadi tradisi. Asli, aksi cabut dari kelas dan nongkrong di kantin adalah lumrah dan lebih menjurus ke halal kalau di STM saya dulu.
Malah jadi pesuruh
Wong nyari anggota OSIS aja susah, apalagi anggota organisasi lainnya macem Dewan Ambalan. Ya auto anak OSIS menjabat semua itu dong. Ya yang dikerjain juga hampir semuanya (meski ya jarang ada agenda juga, sih hahaha).
Yang paling sering adalah kalau sekolah bikin acara (dan STM saya acaranya banyak banget asli) maka anak-anak OSIS wajib bantuin acara dari awal sampe akhir. Iya, anggota OSIS di STM emang prokernya dikit, tapi semua kegiatan sekolah pasti kudu ikut jadi panitia. Seksi sibuk banget.
Nggak kelihatan anggota OSIS sama sekali
Ada tuh meme di dunia maya tentang starterpack anggota OSIS. Pokoknya starterpack-nya pakai jas OSIS, bawa buku catetan agenda event, proposal, sama pulpen yang nyelip di saku.
Yang kayak gitu kagak bisa berlaku buat anggota OSIS di STM. Sudah jelas jas nggak ada ya. Buku catetan apalagi, wong agendanya saja sering dadakan dan nggak perlu corat-coret.
Proposal, halah buat apa? Biasanya proposal kan buat minta duit ya, lah kegiatan OSIS anak STM kan jarang yang nggunain duit banyak, paling hanya beberapa kegiatan tertentu saja, itu juga nggak pakai proposal.
Lalu soal pulpen di saku, halah buat apa juga? Wong pulpen di tas saja nggak ada. Kok tas, wong berangkat sekolah aja cuma bawa diri dan nggak bawa tas. Asli, pokoknya kalau ada anggota OSISI paling minimalis di dunia ini mereka adalah anak STM.
BACA JUGA Tipe Komentator Tulisan di Terminal Mojok dan Cara Penulis Menanggapinya dan tulisan Riyanto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.