Tinggal di desa yang berada di jalur yang menghubungkan dataran tinggi dan perkotaan adalah salah satu faktor penyebab seringnya saya bertemu dengan kedua subjek yang akan saya bandingkan kali ini, yaitu sopir pikap pengangkut sayur dan mereka para remaja yang ngaku anak racing. Dan hal ini cukup menarik untuk dibahas karena mereka memiliki banyak kesamaan sekaligus banyak perbedaan.
Memang, di antara kedua subjek ini memiliki beberapa karakteristik yang sama, mulai dari suka kebut-kebutan, sama-sama lebih memilih waktu malam atau dini hari untuk melancarkan aktivitasnya, sampai persamaan bahwa kedua subjek di sini suka melakukan modifikasi terhadap kendaraannya. Namun, meskipun memiliki banyak kesamaan, menurut saya sopir pikap jauh lebih keren dibanding anak racing.
Lebih lihai dalam kebut-kebutan
Bukannya saya membenarkan aksi kebut-kebutan, tapi jika kita bandingkan, tentu saja sopir pikap lebih keren dalam perihal kebut-kebutan di jalanan. Oleh karena mengejar waktu agar sayuran tetap segar sampai tujuan, sopir pikap sayur harus berani untuk menyalip segala sesuatu yang lambat. Mau dari lajur kiri, lajur kanan, bahkan jika memungkinkan saya yakin para sopir pikap sayur bisa saja menyalip dari atas atau dari dimensi manapun.
Belum lagi kalau mereka turun gunung, mereka mau-tidak mau harus melewati jalan pegunungan yang berkelok-kelok, ya… kita tidak tahu apakah mereka ngedrift di perjalanan atau tidak, tapi kalau ngedrift kemungkinan besar sayur yang dibawa bakal berantakan, sih.
Nah,kalau mereka anak racing mah beraninya cuma drag race. Iya, jalan lurus doang, nggak perlu repot belok kanan kiri, tanggungan yang dibawa pun cuma menang atau kalah, nggak seperti sopir pikap sayur yang berkendara sambil berharap sayuran mereka nggak layu.
Tidak mengganggu masyarakat
Meskipun biasanya sama-sama beraksi pada waktu malam atau dini hari, menurut saya sopir pikap relatif jarang mengganggu masyarakat di perjalanannya. Coba bandingkan dengan mereka yang balapan menggunakan knalpot brong dan teriak-teriak menggunakan kata-kata kasar saat akan balapan, pasti jauh lebih mengganggu, bukan?
Meskipun tidak bisa dibantah bahwa terkadang kita masih terganggu dengan knalpot mobil pikap sayur yang bunyinya seperti orang menjerit malam-malam atau audionya yang kadang kerasnya sampe ke kendaraan yang jaraknya udah 50 meter-an.
Cari uang VS buang-buang uang
Hohoho, tentu yang ini jelas, bukan? Mereka yang mengerahkan seluruh jiwa dan raganya menyetir jam setengah tiga pagi demi menghantar sayur segar ke kota demi menafkahi diri dan keluarganya, bukankah itu keren? Melewati jalan pegunungan yang berkelok-kelok sambil menahan kantuk demi sampai ke kota. Tentu saja hal ini jauh lebih keren daripada mereka yang cuma kebut-kebutan dan taruhan pakai uang orang tua tanpa peduli pada hal lain kecuali motor dan geberannya, hadeh.
Modifannya jauh lebih asik
Biasanya modifikasi apa yang dilakukan oleh mereka para anak racing? Ngebongkar motor sampai kelihatan frame–nya, dipasangin ban cacing dan knalpot brong, tidak lupa memasang stiker ala-ala stiker balap. Dih, kalau gitu doang mah anak kecil baru belajar pakai obeng juga bisa. Tapi, lihat modifikasi yang dilakukan para sopir pikap pengangkut sayur, mulai dari nilai fungsional, estetika, dan filosofinya bisa dilihat dengan cukup jelas. Mulai dari menambahkan beberapa batang besi untuk tempat tali, menambahkan atap dari terpal untuk melindungi sayuran, sampai menambah modul penguncian tambahan demi keamanan pengangkutan.
Estetika? Oh tentu saja banyak, ada lampu neon yang nyalanya mengalahkan lampu RGB dari PC gaming, sistem audio yang udah ngalah-ngalahin mobil JDM di Tokyo Drift, sampai stiker sayur-mayur mulai dari cabe, tomat, kubis yang dibuat menjadi karikatur yang sangar.
Dan yang terakhir, kita sering melihat banyak tulisan-tulisan keluh kesah, motto hidup, bahkan tulisan-tulisan bermakna filosofis pada bagian belakang bak mobil pikap pengangkut sayur yang menandakan mereka sangat mengilhami pekerjaannya, sekaligus menandakan ikatan yang kuat antara mobil pikap dengan sopirnya.
Nah, dengan ini saya sarankan pada seluruh anak sok racing yang membaca ini agar mulai sekarang kalian jual saja motor yang pasti ditilang oleh polisi itu, lalu cari pekerjaan sementara, lalu nabung buat beli pikap, dan jadilah sopir pikap sayur yang berkelas!
BACA JUGA Menyoal Balapan Mobil di GBK: Setuju atau Tidak? atau tulisan Fransciscus Wishwa Shakti Pranadata lainnya.