Anak Kos Mending Beli Lauk di Warteg daripada Ngide Masak di Rice Cooker, deh

Anak Kos Mending Beli Lauk di Warteg daripada Ngide Masak di Rice Cooker, deh terminal mojok

Menjadi anak kos adalah salah satu cara menguji hal-hal potensial yang ada pada diri seseorang. Mulai dari problem solving, kemampuan adaptasi, manajemen waktu, dan masih banyak yang lainnya. Kehidupan anak kos sebenarnya 80% dihabiskan buat mikir: hari ini mau makan apa, masak lauk apa beli, nyuci sekarang atau nggak, cuci piring dulu atau nggak, dan hal-hal receh lainnya yang nggak pernah saya ambil pusing waktu masih tinggal bareng orang tua.

Sebelum ngekos, saya sudah mempersiapkan diri. Kalau tinggal sendirian, nggak akan ada lagi bangun tidur ku terus makan. Minimal, saya harus usaha jalan ke warung kalau nggak mau masak sendiri. Berhubung sudah tahu kalau tempat kos yang hendak saya tempati nggak menyediakan dapur umum, harapan saya bisa masak hanya lewat barang multifungsi, yaitu rice cooker.

Yah, namanya saja rice cooker. Sampai di tangan anak kos, barang ini jadi punya banyak fungsi. Menurut review para anak kos senior pun, rice cooker ibarat barang wajib dan aset berharga buat anak kos. Kesan rice cooker yang terlihat simpel dan multifungsi ini memang nggak salah, sih. Tapi, masak di rice cooker nggak semudah itu, Markonah. Kamu butuh stok kesabaran yang ekstra dan kegiatan masak ini sebenarnya hanya bisa dilakukan di waktu senggang. Kenapa?

Pertama, waktu untuk memanaskan panci rice cooker bisa dipakai kuliah 3 SKS. Walau masak pakai kompor juga perlu menunggu panci panas, tentu nggak bisa dibandingkan sama lamanya manasin panci rice cooker. Masalahnya, rice cooker nggak punya tombol yang bisa mengatur tingkat kepanasan panci. Pada umumnya, rice cooker cuma punya dua mode, cook dan warm. Hal yang sering jadi masalah anak kos adalah sudah menunggu lama, eh ndilalah lupa pencet tombolnya ke mode cook. Lebih parahnya lagi kadang kelupaan belum colok rice cooker. Hadeh.

Kedua, nggak usah berharap bisa masak banyak. Panci rice cooker cuma ada satu bentuk dan didesain mampu menampung air untuk menanak nasi. Mungkin masak rebus-rebusan menggunakan rice cooker nggak jadi masalah, namun bakal ribet kalau anak kos mau eksperimen masak oseng-oseng atau goreng sesuatu pakai rice cooker. Apalagi rice cooker favorit anak kos adalah rice cooker mini yang kalau dibandingin sama piring makan saja lebih lebar piringnya. Jangan harap bisa masak agak banyak dalam satu waktu karena waktumu pasti habis buat goreng lauk satu per satu.

Ketiga, masak banyak nggak bisa, tapi kalau masak sedikit rice cooker-nya ngambek. Buat yang belum pernah pakai rice cooker, tombol masak di rice cooker baru bisa ditekan kalau muatan dalam panci rice cooker sudah sesuai. Ini nih salah satu dilema anak kos yang cuma mau masak sekali makan. Masak nasi banyak, eh kebuang mulu. Mau masak nasi sedikit, eh rice cooker-nya nggak mau ngejegleg.

Sebenarnya hal ini bisa diakali sih, biasanya kamu cuma perlu mengganjal tombol cook pakai gumpalan tisu biar nggak ngejegleg ke mode warm. Cara ini juga perlu kamu lakukan kalau mau masak oseng-oseng karena menuang minyak sesendok ke dalam panci rice cooker nggak bakal bikin rice cooker-nya ngejegleg.

Jadi, buat calon anak kos atau anak kos yang baru mau bereksperimen sama rice cooker, pertimbangkan dulu sebelum memutuskan buat masak sendiri atau beli makan di warteg. Masak sendiri memang lebih hemat, sih, tapi pastikan dulu kosanmu punya dapur yang bisa dipakai buat masak lauk. Sehingga rice cooker bisa dipakai sesuai fungsi utamanya.

Tapi, kalau kamu kekeuh mau masak sendiri demi berhemat, mending masak nasinya saja dan beli lauknya di warteg, deh. Menurut saya, masak nasi sendiri dan beli lauk di warteg adalah sebuah win-win solution. Kamu nggak perlu emosi nunggu masakan matang dan masih bisa hemat. Betul apa betul?

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version