Ketika bangun tidur saya kaget bukan kepalang melihat beranda di media sosial—Instagram, Facebook dan Twitter—diramaikan oleh berita meninggalnya Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Bapak Sutopo Purwo Nugroho. Maklum sebagai sarjana Ilmu Komunikasi saya sangat terinspirasi oleh beliau terutama cara beliau yang selalu update dalam menyampaikan kebenaran data terkait bencana di Indonesia, walaupun dalam keadaan sakit yang luar biasa.
Dari situ saya terinspirasi dan mulai berpikir agar saya bisa menjadi seperti beliau yang bisa meginspirasi semesta untuk selalu bersinergi bersama manusia. Bagaimana tidak kaget, bulan lalu saya menonton video terakhir beliau yang cukup viral di Instagram, dalam video tersebut Pak Sutopo sempat pamit dan memohon doa restu sebelum almarhum berangkat untuk berobat ke Tiongkok.
Saya pikir itu bukan video terakhir beliau karena beliau masih terlihat sehat, tapi nyatanya takdir berkata lain, Tuhan lebih sayang kepada Bapak Sutopo. Bagi saya beliau merupakan sosok yang inspiratif dan memiliki pengaruh yang luar biasa dalam bidang penyampaian Komunikasi dan Informasi seputar kebencanaan yang terjadi di Indonesia. Gaya penyampaiannya yang tegas ‘kekinian’, jelas dan tidak berbelit-belit sehingga membuat informasi yang almarhum sampaikan menjadi optimal layaknya infografis hidup yang akurat dan menjadi satu satunya sumber terpercaya bagi masyarakat ketika terjadi bencana.
Sebagai garda depan komunikasi kebencanaan tentu saja hal tersebut menjadi tanggung jawab besar  bagi almarhum untuk tetap menyampaikan keakuratan data maupun fakta dilapangan terkait bencana yang terjadi di Indonesia. Ada misi yang diemban dan ingin beliau sampaikan secara tulus kepada khalayak tentang informasi bencana melalui berbagai medium dan teknologi yang mendekatkan seperti halnya internet.
Prinsipnya sebisa mungkin fungsi humas melalui in which channel yang almarhum sampaikan bisa jadi upaya untuk ikut serta dalam memerangi gempuran hoax yang seringkali menimbulkan keresahan di masyarakat terkait informasi seputar bencana. Yang membuat saya kagum terhadap beliau yaitu ketika keadaan sakit pun beliau masih tetap semangat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat terkait bencana tsunami di Selat Sunda.
Seperti yang terlihat dalam unggahan video beliau pada tanggal 23 Desember 2018 di akun media sosial pribadi miliknya, almarhum tetap menyampaikan informasi tersebut walaupun dalam keadaan sakit dan sedang berobat di luar kota.
Dan menurut saya disinilah letak istimewanya beliau—beliau mampu meminimalisir unsur hoax di ranah bencana di Indonesia dengan menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber informasi kebencanaan dengan selalu update setiap terjadi perkembangan melalui akun pribadi miliknya sehingga akses informasi bisa terinfokan setiap saat tanpa harus konferensi pers. Jika saya amati cara penyampaian pesan belaiu terkait komunikasi bencana bisa dikatakan lebih dari sekedar Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect lo.
Seperti yang kita tahu—mungkin bagi orang komunikasi lebih paham tentang ini—Teori Lasswell itu berbunyi: “siapa yang mengirimkan pesan? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa?”
Dan sekarang mari kita bedah sabda Lasswell ini. Almarhum Sutopo sudah mempraktikan poin pertama, yaitu Who dan Says What—beliau menyampaikan informasi bencana. Lalu yang kedua In Which Channel—beliau memanfaatkan akun media sosial sebagai medium pesan agar seluruh masyarakat bisa dengan cepat mengakses, mengingat sumber hoax terbesar bermula dari situ. To Whom—sasarannya jelas kepada masyarakat baik muda maupun orang tua para pengguna aktif media sosial. Dan yang terakhir With What Effect—hoax berkurang, sumber informasi cepat, akurat sehingga ssuai data dan fakta di lapangan dan berasal dari satu pintu yaitu Pak Sutopo sebagai humas yang mengayomi semesta.
Dari situ kita belajar bahwa, mungkin masih ada dua poin yang terlupakan oleh Harold Lasswell jika melihat cara almarhum Sutopo Purwo Nugroho dalam menyampaikan informasi dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai humas dan penyalur informasi dalam keadaan sakit kemarin. Jika diamati perlu adanya tambahan poin yang bisa mewakili para humas-humas yang kondisinya serupa dengan almarhum ketika berjuang melawan kanker dan masih bertanggung jawab dalam bekerja secara professional yaitu struggle dan credibillity in every condition. Karena beliau mencontohkan bagaimana caranya berjuang untuk selalu update keadaan bencana atau krisis apapun secepat mungkin dan rasa tanggung jawab dalam setiap keadaan yang dirasakan. Integritas telah mensugesti beliau untuk sedikit melupakan penyakitnya demi negara yang aman dari beragam bencana yang membuat kisruh negara—bencana alam dan bencana hoax.
Perjuangan beliau akan selalu dikenang sebagai artefak Kehumasan dari seorang praktisi komunikasi yang lebih dari sekedar Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect. Tapi ada sebuah perjuangan yang besar yang almarhum bawa ditengah kondisi kanker paru-paru stadium 4B yang merenggut nyawanya demi mencerdaskan masyarakat di tengah pesatnya arus informasi yang tidak terkendali terutama seputar mitigasi bencana yang harus terus diliterasi. Dari beliau kita belajar bahwa teknologi bisa membawa dampak besar terutama dalam meminimalisir hoax terkait penyalahgunaan fakta dan data di lapangan. Selamat jalan Bapak Sutopo Purwo Nugroho. Kami semua rindu literasi bencanamu.