Sebagai Anak Muda, Ini Alasan Saya Memakai Bank Syariah Indonesia (BSI)

Alasan Saya Memakai Bank Syariah Indonesia (BSI) (Nyanews via Shutterstock.com)

Alasan Saya Memakai Bank Syariah Indonesia (BSI) (Nyanews via Shutterstock.com)

Saya mendengar nama Bank Syariah Indonesia (BSI) ketika melihat berita peresmiannya di Istana Negara. Ternyata ini bukan bank baru-baru amat, tapi hasil merger 3 bank syariah pelat merah—Mandiri Syariah, BNI Syariah, dan BRI Syariah.

Mirip Power Rangers, tapi versi ekonomi halal. Diresmikan 1 Februari 2021, Bank Syariah Indonesia (BSI) langsung tancap gas jadi bank syariah terbesar di Indonesia. Keren juga, pikir saya. Tapi, waktu itu saya cuma baca sekilas, terus lanjut scroll cari meme.

Beberapa hari setelahnya, pas saya merenung dan meresapi, saya baru ngeh kalau Bank Syariah Indonesia (BSI) ini bukan sekadar simbol “bank-nya umat”, melainkan bagian dari misi Indonesia jadi pusat ekonomi syariah dunia. 

Serius amat, ya? Tapi, justru dari situ saya makin penasaran. Apa iya, bank ini cuma buat orang-orang “yang agamis”? Atau jangan-jangan ini malah lebih cocok buat saya yang lagi nyari cara mengelola uang tanpa harus dikejar-kejar bunga?

Riba dan ketakutan yang terlambat saya pahami

Jujur aja, dulu saya pikir riba itu semacam istilah ustaz di YouTube yang hobinya bikin orang takut masuk neraka. Saya tahu konsepnya: bunga, pinjaman berbasis keuntungan sepihak, pokoknya yang katanya bikin dosa bertumpuk kayak cicilan motor. Tapi selama ini, saya cuek. Toh semua orang juga pakai bank biasa, hidup masih jalan, dan nggak ada yang kesamber petir pas gesek kartu debit.

Tapi, lama-lama, saya mulai risih sendiri. Bukan karena tiba-tiba saya jadi alim atau ikut kajian tiap malam Jumat. Semua karena makin ke sini, saya mulai mikir. Masa iya, saya kerja capek-capek, nabung pelan-pelan, eh uang saya malah “diputerin” buat sistem yang katanya haram? Ada rasa nggak tenang yang pelan-pelan nyusup kayak notifikasi tagihan yang muncul di akhir bulan.

Waktu itulah saya mulai serius ngulik soal sistem keuangan syariah. Ternyata, bank syariah nggak cuma soal “nggak pakai bunga”, tapi juga ada nilai keadilannya, bagi hasil, dan transparansi. 

Istilahnya, kalau untung ya sama-sama senang, kalau rugi ya nggak cuma nasabah yang nangis. Konsepnya sederhana, tapi bikin saya merasa lebih… manusiawi. Dan dari situ, saya mulai mantap buka rekening Bank Syariah Indonesia (BSI).

Buka rekening Bank Syariah Indonesia (BSI), dompet saya nggak langsung teriak

Satu hal yang bikin saya tambah mantap buka rekening di Bank Syariah Indonesia (BSI) adalah biaya administrasinya bersahabat banget. Sebagai anak muda yang kalau beli kopi masih pakai voucher, saya tuh sensitif sama potongan-potongan misterius tiap bulan. Rasanya kayak dipalak diam-diam oleh sistem.

Di Bank Syariah Indonesia (BSI), saya pilih jenis tabungan Easy Wadiah. Setoran awalnya Rp100.000, saldo minimal Rp50.000, dan yang paling penting nggak ada biaya admin bulanan. Gratis. Nol rupiah. 

Selama ini saya tahunya bank itu selalu punya biaya admin. Ibarat kontrakan, meskipun lagi nggak dipakai tetap aja harus bayar bulanan. Tapi di sini, beda. Kalau rekeningnya nganggur pun (dormant), dendanya cuma Rp5.000. Itu pun kalau saya bener-bener nggak ngapa-ngapain berbulan-bulan.

Bandingin deh sama tabungan di tempat lain yang kadang bisa motong sampai belasan ribu per bulan cuma buat “jasa simpan uang”. Kalau dikalkulasi, potongan itu bisa jadi seharga 2 porsi nasi padang tiap bulan. 

Di Bank Syariah Indonesia (BSI), uang saya utuh, atau minimal nggak kepotong cuma karena numpang tidur di rekening. Rasanya jadi lebih adil, lebih ringan, dan pastinya lebih ramah buat dompet mahasiswa akhir bulan.

Aplikasi BYOND Bank Syariah Indonesia (BSI) yang banyak keunggulan

Kalau soal buka rekening aja udah bikin dompet tenang, urusan aplikasi juga bikin saya makin yakin. Namanya BYOND by BSI, aplikasi yang mereka klaim sebagai super app. Jujur, saya sempat skeptis karena sering kali label “super” itu cuma hiasan brosur. Tapi ternyata, aplikasi ini memang nggak cuma bisa transfer-transfer doang.

Di BYOND, saya bisa ngecek saldo, bayar tagihan, beli pulsa, sampai buka deposito langsung dari HP. Bahkan buat orang malas seperti saya, fitur tarik tunai tanpa kartu jadi penyelamat banget waktu dompet ketinggalan tapi butuh ambil uang. 

Cukup scan QR atau pakai kode, dan uang keluar dari ATM kayak magic halal. Aplikasi ini pun bisa top up e-wallet kayak OVO, Gopay, LinkAja. Artinya, saya tetap bisa jajan pakai sistem modern tanpa harus balik ke rekening konvensional.

Yang bikin saya makin nyaman, aplikasinya juga punya nuansa syariah yang nggak maksa. Ada fitur Ziswaf buat sedekah atau zakat digital, ada jadwal salat, bahkan ada kolom Layanan Islami yang isinya edukasi ringan. 

Jadi kalau pas buka aplikasi Bank Syariah Indonesia (BSI) buat transfer, terus kebetulan lihat jadwal salat Magrib udah masuk, saya bisa sekalian muhasabah. Mikir: “Salat udah belum, saldo aman nggak, dan hidup ini arahnya ke mana?” BYOND ini bikin semuanya jadi terasa lebih mudah, sekaligus lebih bermakna. Sesuai taglinenya: #SemuaJadiMudah.

Bank Syariah Indonesia (BSI) dan saya: karena hidup butuh prinsip, bukan cuma promo

Makin ke sini, saya sadar kalau urusan uang itu bukan cuma soal angka dan kemudahan transaksi. Ada nilai yang ikut bermain, dan ada prinsip yang harus saya pilih. Bank Syariah Indonesia (BSI), bagi saya, bukan sekadar pilihan “biar beda” atau biar kelihatan syar’i. Ini soal kenyamanan hati—soal punya pegangan ketika dunia keuangan makin serba instan, tapi juga makin abu-abu.

Saya nggak bilang bank lain salah. Nggak semua orang cocok dengan sistem syariah, dan itu sah-sah aja. Tapi, ketika saya tahu ada opsi yang lebih sesuai dengan cara pandang saya soal keadilan, keberkahan, dan transparansi, kenapa nggak saya pilih? Apalagi kalau fiturnya lengkap, aplikasinya canggih, dan biayanya juga ramah buat kantong tipis anak muda.

BSI mungkin belum sempurna, dan saya pun masih jauh dari sempurna. Tapi, dalam hidup yang kadang absurd ini, bisa punya satu keputusan finansial yang saya yakini baik, rasanya cukup bikin saya lebih tenang. 

Jadi kalau ada yang tanya, “Kenapa pakai BSI?” Jawaban saya simpel: karena saya mau punya bank yang nggak cuma jagain uang saya, tapi juga jagain nilai-nilai yang saya percaya.

Tulisan ini bukan ajakan ramai-ramai pindah rekening, apalagi dakwah ekonomi syariah terselubung. Ini murni cerita saya, tentang pilihan yang saya ambil berdasar apa yang saya yakini dan rasakan. 

Setiap orang punya pertimbangan sendiri-sendiri dalam urusan finansial. Ada yang cari yang paling praktis, ada yang penting cashback, ada juga yang mikir soal nilai dan prinsip, kayak saya. Jadi, tenang aja. Kalau kamu belum siap atau belum cocok, ya nggak papa. Hidup kita masing-masing yang jalanin, bukan algoritma aplikasi.

Penulis: Raihan Muhammad

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 3 Fakta Menarik BSI yang Mungkin Kamu Nggak Tahu

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version