Di tahun 2000-an, tayangan gulat World Wrestling Entertainment (WWE) atau dikenal SmackDown cukup digemari di Indonesia. Ajang gulat WWE ini sangat menarik karena menyuguhkan alur cerita yang melatarbelakangi setiap pertarungan di atas ring. Alur itu biasanya disajikan dalam bentuk konflik yang terjadi di antara pegulat yang membuat dua atau lebih pegulat harus membuat perhitungan di atas ring.
Sebenarnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa konflik yang menjadi latar belakang di ajang gulat WWE sudah di-setting. Walaupun waktu saya masih anak-anak dulu, saya meyakini bahwa alur cerita dalam ajang gulat WWE itu real. Namun, setelah beranjak dewasa saya mulai mengerti kalau alur dari cerita sampai apa yang terjadi di dalam ring itu sudah di-setting dalam skrip.
Meskipun alur dan pertarungan di ajang gulat WWE ini sudah diatur, ajang ini masih sangat digemari oleh banyak orang di seluruh dunia. Buktinya, bisa dilihat di channel Youtube resmi WWE, subscribernya sudah mencapai 70 juta saat artikel ini ditulis. Bahkan, video-video yang ditayangkan di channel itu dalam kurun 24 jam terakhir sudah mendapat puluhan sampai ratusan ribu view. Walaupun, yang ditayangkan tersebut adalah video-video lama.
Menurut dugaan saya, ada beberapa alasan mengapa ajang gulat WWE ini sangat digemari oleh banyak orang. Meskipun ajang gulat ini sudah scripted tidak seperti ajang-ajang bertarung real seperti boxing atau mixed martial arts, ajang gulat WWE ini sepertinya punya beberapa manuver agar tayangan-tayangannya tetap diminati oleh banyak penggemar.
Pertama, ajang gulat WWE menampilkan para pegulat lama yang sudah bergelut di acara itu sejak namanya adalah World Wrestling Federation (WWF). Sebut saja The Undertaker, yang dijuluki dengan The Deadman atau The Rock (Dwayne Johnson) yang merupakan salah satu karakter ikonik di WWE. Ia merupakan pegulat WWE yang namanya juga bersinar di dunia perfilman Hollywood. Ada juga nama-nama seperti Triple H yang identik dengan pegulat yang sering menggunakan martil di atas ring sehingga dijuluki The Hammer.
Karakter-karakter lama itu tak tergantikan meskipun di antaranya sudah ada yang pensiun. Bahkan, pegulat lama WWE bernama Brock Lesnar yang tak terkalahkan di ajang UFC kembali lagi ke WWE untuk menjadi salah satu karakter yang paling kuat dalam alur cerita WWE. Hal itu membuktikan bahwa pamor pegulat-pegulat lama WWE memang sulit untuk tergantikan. Terlebih, para pegulat lama itu cukup sukses ketika beralih ke dunia perfilman dan ajang pertarungan lainnya. Setelah kembali ke WWE, mereka mampu mendapatkan sorak sorai penonton yang sudah lama tidak melihat mereka di atas ring WWE.
Kedua, adanya jenis pertandingan yang meniadakan diskualifikasi. Dalam pertandingan yang meniadakan diskualifikasi biasanya pertandingan akan semakin seru karena pegulat boleh menggunakan kursi, martil, atau tangga sebagai senjata untuk menyerang lawan. Meskipun cara bergulat dan memukul menggunakan senjata mungkin sudah diatur untuk melakukannya dengan aman, tapi pertandingan menggunakan senjata tetaplah sesuatu yang tidak biasa dilihat dalam ajang gulat maupun pertandingan di atas ring lainnya.
Dengan diperbolehkannya penggunaan senjata seperti itu, cukup membuat ajang gulat WWE ini terlihat sebagai olahraga yang “ekstrem”, tapi juga menyuguhkan hiburan. Tak jarang, banyak kejadian dalam pertandingan yang menampilkan pegulat dalam keadaan berdarah. Namun, sekali lagi ajang gulat ini dilakukan oleh para profesional. Semua yang terjadi di atas maupun di luar ring meliputi alur cerita sudah diatur dalam skrip dan sudah dilatih. Saking menariknya ajang gulat ini, saya ingat waktu tayangan ini dihentikan di Indonesia karena banyak yang menirukan apa yang dilakukan dalam tayangan gulat ini (termasuk saya hehehe).
Ketiga, ajang gulat WWE mempunyai tayangan pay-per-view yang diadakan khusus di luar program tayangan mingguan. Dalam program pay-per-view, biasanya para pegulat yang terlibat konflik dalam skrip akan berhadapan setelah lama terlibat “pertikaian” panjang dalam program mingguan seperti SmackDown atau Raw. Dalam program pay-per-view seperti Backlash, Survivor Series, Royal Rumble, sampai yang terbesar Wrestlemania, pegulat akan menentukan akhir atau klimaks dari alur konflik yang sudah dibangun sejak cukup lama.
Yang paling menarik dari program pay-per-view menurut saya adalah ketika skrip dalam ajang pay-per-view terbesar, Wrestlemania, dibuat bertalian dengan seri Wrestlemania di tahun-tahun sebelumnya. Seperti saat The Undertaker yang sempat tak terkalahkan selama 20 tahun dalam ajang Wrestlemania harus berhadapan dengan Shawn Michael untuk kedua kali.
Dalam pertandingan itu, Shawn Michael harus memenuhi janjinya untuk pensiun karena tidak bisa memenangkan laga rematch dan mengakhiri rekor tak terkalahkan The Undertaker di Wrestlemania. Walaupun, kejutan terjadi saat Brock Lesnar yang telah kembali ke ring WWE semenjak beralih ke UFC berhasil meruntuhkan rekor itu di ajang Wrestlemania beberapa tahun sesudahnya.
Menulis artikel ini seperti bernostalgia kembali dengan ajang gulat WWE tersebut. Walaupun alur dari ajang tersebut hanyalah setting-an, tapi menontonnya memberikan kesenangan tersendiri. Namanya juga World Wrestling Entertainment, apa yang disuguhkan memang dibuat untuk tujuan entertainment alias hiburan. Yah, anggap saja ajang gulat WWE itu seperti ketoprak versi Barat. Walaupun kita tahu yang terjadi hanyalah permainan dari skrip, tapi ia memberikan hiburan dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh profesional.
BACA JUGA Starter Pack Bocah 90an Ketika Nonton Smack Down di Televisi dan tulisan Muhammad Bintang Aldijana lainnya.