Akun Parkir Kampus, Akun Keresahan Dunia Kampus yang Paling Bermanfaat dan Berdampak Positif

Akun Parkir Kampus, Akun Keresahan Dunia Kampus yang Paling Bermanfaat dan Berdampak Positif

Akun Parkir Kampus, Akun Keresahan Dunia Kampus yang Paling Bermanfaat dan Berdampak Positif

Akun parkir kampus membuktikan bahwa akun keresahan dinamika kampus bisa dikelola dengan baik, dan yang jelas, berdampak

Dinamika perkuliahan memang menarik perhatian. Sekarang ini, banyak mahasiswa seolah berlomba mengunggah isu dapur kampus mereka di media sosial. Hal inilah yang melahirkan akun-akun bertema kampus beserta tetek bengeknya terserak di media sosial.

Mengabsen satu per satu akun yang bermunculan, sama halnya dengan menghitung semut yang mengelilingi sejumput gula. Sebab banyak betul. Sudah begitu, kadang aneh pula.

Namun di tengah ingar-bingar akun-akun itu, ada satu akun yang justru tampil gagah dengan dampak positifnya: akun parkir kampus. Isi kontennya hanya seputar manusia yang tidak menyertakan “otak” saat memarkirkan kendaraan di lingkungan kampus. Ketimbang akun yang memampangkan wajah haus validasi kemolekan atau akun yang menebar gosip, akun parkir kampus lebih terasa manfaatnya.

Maka ucapan “terima kasih, min!” layak kita berikan kepada mereka. Setidaknya lewat tangan-tangan admin inilah banyak orang akhirnya tersadarkan. Lewat unggahan mereka pula, banyak yang mulai menempatkan kendaraan dengan lebih “ngotak”, tak lagi seenaknya menutup jalur orang lain atau menganggap area parkir adalah miliknya sendiri.

Katanya mahasiswa, tapi urusan parkir saja masih nggak becus!

Akun parkir kampus menunjukkan bahwa jenjang pendidikan tidak bisa menjadi tolok ukur seseorang menggunakan kemampuan otaknya. Terkesan kasar memang, tapi mau bagaimana lagi, sebab parkir itu sebenarnya urusan sepele. Tapi justru di sanalah ukuran sederhana tentang cara seseorang berpikir dan menghargai orang lain bisa terlihat jelas.

Yang repot, hal sesederhana menaruh kendaraan di tempat yang semestinya saja masih banyak yang gagal paham. Padahal, di luar pagar kampus, mereka kerap bicara soal perubahan sosial, etika publik, bahkan revolusi mental. Tapi begitu di parkiran, semua teori itu lenyap, tergilas ban motor yang miringnya 45 derajat menutup dua slot sekaligus. Kacau.

Padahal, apa susahnya menaruh kendaraan dengan baik sehingga enak dipandang dan tidak menyusahkan siapa pun? Jika alasannya adalah lahan parkir, jelas itu bukan dalih pembenaran. Kalau lahan parkir tidak ada, cobalah datang lebih awal, atau paling tidak, parkir sedikit lebih jauh tapi tetap teratur.

Toh, tidak ada yang meninggal hanya karena harus berjalan lima puluh meter lebih jauh dari biasanya. Yang membuat suasana kampus semrawut bukan sempitnya lahan, tapi sempitnya pikiran. Inilah yang jadi bahan akun parkir kampus.

Terima kasih, akun parkir kampus!

Oleh karena kesemrawutan parkir yang tak terbendung itulah, lahir akun keresahan berupa dokumentasi spontan dari para mahasiswa yang sudah muak melihat kendaraan terparkir dengan egois. Ya, akun parkir kampus.

Akun ini menampung keluh kesah visual. Berisikan foto-foto motor yang menutup jalan, mobil yang parkir seenaknya, video-video spontan yang merekam aksi parkir nyeleneh, hingga caption sarkas penuh sindiran halus tapi menusuk.

Dari unggahan-unggahan itu, banyak yang akhirnya sadar kalau mereka pernah jadi pelaku yang merugikan sana-sini. Akun ini bekerja tanpa perlu ceramah, cukup dengan satu foto dan kalimat pendek, “Parkirnya bisa mikir, Bang!”

Sama sekali, identitas pemilik kendaraan tidak akan disebarkan. Bahkan kendaraan siapa pun juga tak penting untuk diketahui. Asalkan parkir semaunya sendiri, kendaraanmu bakal masuk radar admin, difoto, dan diunggah. Kan tujuan pembuatan akun ini adalah menertibkan, bukan mempermalukan atau mencari pengakuan.

Tidak ada pihak yang dirugikan

Kalau membahas akun kampus cantik/ganteng, jelas merugikannya. Akun tersebut berurusan dengan privasi orang-orang yang foto atau videonya diunggah tanpa izin, dan kerap pula memunculkan komentar yang melewati batas. Sama halnya juga dengan akun shitposting kampus yang kerap menyinggung nama dosen, organisasi, atau profil seseorang tanpa verifikasi data terlebih dahulu.

Tapi, dampak merugikan semacam itu tidak berlaku pada akun parkir kampus. Akun ini tidak menyerang individu, hanya menyoroti perilaku. Yang disindir bukan orangnya, melainkan kebiasaannya. Alih-alih melukai, akun ini justru menyembuhkan.

Ditambah lagi, yang terlibat dalam akun ini tak hanya satu orang. Semua orang bisa berpartisipasi. Semua bisa mengirimkan bukti, tanpa perlu jadi polisi moral. Artinya, semua orang berpartisipasi pada usaha akan ketertiban. Bagi saya, ini bukan bentuk persekusi, tapi partisipasi, sebuah usaha gotong royong.

Kalau merasa kena persekusi, ya sebenarnya wajar sih. Tapi sebelum itu, kenapa tidak berusaha parkir yang bener, Bolo?

Akun parkir kampus adalah sebuah percontohan

Kalau ada yang bilang, misalnya, bahwa akun parkir kampus adalah akun kampus yang ideal, saya sih setuju-setuju saja. Sebab, akun ini membuktikan bahwa keresahan bisa dikelola dengan cara yang cerdas, beretika, dan berdampak nyata. Kritik tak harus dibungkus dengan kemarahan, dan perubahan bisa dimulai dari hal sesederhana menertibkan parkiran.

Akun-akun lain memang punya tujuan hiburannya, dan itu hal yang sah. Tapi kalau substansi yang dibawa tidak bermanfaat, ya buat apa. Mending kayak akun parkir kampus ini, jelas. Efek jera ada, bisa langsung dirasakan, sasarannya pun jelas. Ada hiburannya, tapi hiburan yang jelas lebih bermutu dan berdampak.

Jadi bagi kalian yang mungkin merasa bahwa akun parkir kampus ini meresahkan, tolong dipikir lagi. Kalau perkara parkir saja salah, kalian perlu pikirkan ulang tentang keresahan kalian.

Penulis: Sayyid Muhamad
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Parkir Kampus Wajib Gratis: Bikin Kampus Bisa, Masak Nyediain Lahan Parkir Aja Nggak Bisa?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version