Sebagai penyimak Kisah Tiga Negara (Sam Kok) atau Romance of the Three Kingdoms, tokoh Cao Cao menimbulkan sejumlah pertanyaan di diri saya. Seperti, kalau Cao Cao benar-benar jahat, kenapa pemerintahannya langgeng? Kenapa ia tidak mudah dikalahkan oleh lawan-lawannya? Bukankah kejahatan akan kalah? Kenapa ia tidak pernah dikudeta oleh bawahannya? Kenapa justru banyak orang yang setia dan rela mati untuknya? Pertanyaan-pertanyaan itu mengganggu saya sejak dulu.
Dalam Sam Kok, Cao Cao dari negeri Wei selalu digambarkan sebagai tokoh antagonis yang sempurna. Licik, jahat, kejam, tega, tipe yang dengan mudah menjatuhkan hukuman mati kepada orang yang bikin dia tidak senang hati. Pokoknya seolah-olah sifat buruk dan jahat dia borong semua.
Saking terkenal nya dia, sampai-sampai muncul ungkapan “Shuo Cao Cao, Cao Cao jiu dao 说曹操曹操就到”. Artinya mari kita tanyakan kepada Novi Basuki, ‘Sebut Cao Cao, Cao Cao langsung muncul.’ Ungkapan ini digunakan jika kamu sedang membicarakan seseorang, lalu tiba-tiba orangnya muncul. Bahasa Inggrisnya, Speak of the devil and he doth appear. Kalau di tempat saya, orang biasa bilang, “Panjang umur! Baru saja disebut, sudah muncul.”
Lanjut. Logikanya, pemimpin rese seperti ini pasti ditakuti dan dibenci oleh bawahan-bawahannya, bukan? Kenapa di Sam Kok tidak ada yang mengudeta Cao Cao? Kenapa sejak menjabat jadi perdana menteri hingga mengangkat diri sendiri menjadi raja negeri Wei hingga ajal tiba, tidak ada seorang pun bawahannya yang memberontak?
Jawabannya saya peroleh dari The Advisors Alliance. Dracin bergenre sejarah, produksi Tiongkok tahun 2017 ini berkisah tentang sepak terjang Sima Yi, seorang penasihat dan jenderal militer yang hidup di era Tiga Negara. Sima Yi bekerja sebagai penasihat Cao Pi, putra kedua Cao Cao.
Mulanya, Sima Yi menolak masuk dunia politik. Pasalnya sang ayah, Sima Fang, seorang pejabat, nyaris dihukum mati oleh pemerintahan Cao Cao. Pada akhirnya Sima Fang memang berhasil bebas berkat usaha keras putranya. Namun, dari situ Sima Yi mengambil kesimpulan bahwa dunia politik itu berbahaya, jadi dia males masuk ke situ.
Siapa sangka, setelah dipaksa masuk dalam dunia politik dan mengenal Cao Cao lebih dekat, Sima Yi berbalik menjadi setia kepada pemimpinnya dan turut sepenuh hati berjuang mewujudkan cita-citanya. Berikut beberapa sisi baik Cao Cao, si tokoh Sam Kok, yang dikupas dalam The Advisors Alliance.
#1 Bercita-cita mempersatukan tiga kerajaan
Cao Cao punya cita-cita mulia mempersatukan tiga negara atau kerajaan di kisah ini agar perang dapat dihentikan dan rakyat hidup aman, makmur, dan damai. Di balik keganasannya berperang melawan pasukan musuh, sesungguhnya yang ia pikirkan hanyalah keamanan dan kesejahteraan rakyat.
#2 Memilih pemimpin terbaik untuk menjadi penggantinya
Dari sekian banyak putra Cao Cao, ada dua orang yang punya kemampuan menjadi pemimpin, yaitu Cao Pi dan Cao Zhi. Namun, Cao Cao tidak mau asal menunjuk Cao Zhi, putra kesayangannya, sebagai pewaris takhta. Ia justru mengatur agar kedua orang itu diadu, bersaing memperebutkan gelar putra mahkota. Tujuannya mencari pemimpin yang terbaik.
Cao Cao ingin agar rakyatnya mendapatkan pemimpin yang baik hati sekaligus cerdas dan kuat agar mampu mengatasi masalah, baik dalam maupun luar negeri. Ia sendiri merasa tidak cukup baik hati. Oleh karena itu, ia ingin agar Cao Zhi, putra kesayangannya yang baik hati, ikut dalam persaingan memperebutkan gelar putra mahkota. Cao Zhi berhadapan dengan Cao Pi, kakaknya yang punya pengaruh lebih kuat.
#3 Bersikap adil pada dua calon penerusnya
Sejak awal persaingan, posisi Cao Zhi lebih lemah dibanding Cao Pi, kakaknya. Agar persaingan berlangsung adil, Cao Cao terlebih dahulu meningkatkan derajat Cao Zhi dengan cara menikahkannya dengan putri seorang pejabat tinggi. Cao Cao juga menugaskan Yang Xiu, seorang putra pejabat yang memiliki kecerdasan istimewa, untuk menjadi penasihat Cao Zhi.
Sedangkan Cao Pi yang pada dasarnya lebih superior dibanding sang adik, dinikahkan dengan orang biasa, bukan putri pejabat. Cao Cao menunjuk Sima Yi, tokoh sentral dalam dracin ini, untuk menjadi penasihat Cao Pi.
#4 Putranya sendiri dipenjarakan bila melanggar peraturan
Semua orang yang melanggar peraturan atau dicurigai bersalah langsung dipenjarakan. Putra-putranya sendiri tidak terkecuali. Cao Pi dan Cao Zhi sama-sama pernah merasakan dinginnya sel penjara. Setelah terbukti tidak bersalah barulah mereka dibebaskan.
#5 Hanya merekrut orang-orang terbaik di bidangnya
Cao Cao pandai menilai kemampuan orang dan hanya merekrut orang-orang terkuat, terbaik, dan terpandai untuk bekerja padanya. Ia tidak mengenal nepotisme.
#6 Menghormati lawannya
Guan Yu, jenderal yang merupakan lawan Cao Cao di medan perang, berhasil ditangkap dan dieksekusi. Kepalanya dipenggal dan dibawa ke hadapan Cao Cao. Raja lain mungkin akan memamerkan kepala itu sebagai tanda kemenangan. Namun, Cao Cao memperlakukan kepala Guan Yu dengan hormat. Ia memerintahkan perajin memahat tubuh dari kayu, lantas memakaikan baju perang lengkap ke tubuh kayu itu, guna dimakamkan bersama kepala Guan Yu.
#7 Sadar diri
Cao Cao sangat menyadari kekuatan dan kelemahannya. Ia tahu pasukan militernya kuat, namun pemerintahan dalam negerinya lemah lantaran ada perpecahan. Oleh karena itu, sebelum meninggal ia memastikan agar Cao Pi, yang akhirnya terpilih sebagai putra mahkota, didampingi oleh penasihat andal, yaitu Sima Yi, agar mampu mengatasi berbagai masalah.
Cao Cao memang pemimpin yang hebat. Saya jadi ingin tahu, kalau ia hidup sebagai pemimpin di era corona, bagaimana ya strateginya untuk memenangkan perang lawan Covid-19 dan melindungi rakyat?
BACA JUGA Kalau Gajah Mada Bisa Diislamkan, Kenapa Kwan Kong Tidak? dan tulisan Santi Kurniasari Hanjoyo lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.