Profesi sebagai guru sering kali banyak dihindari karena penghasilan yang tidak seberapa, tetapi workload-nya terbilang cukup tinggi. Hal ini yang menjadikan profesi sebagai guru banyak dipandang sebelah mata, bahkan diremehkan.
Pandangan serupa juga berlaku terhadap orang-orang yang memiliki profesi sebagai guru les. Padahal, seorang guru les nyatanya mampu menghasilkan jutaan hanya dari seorang murid. Berikut ini fakta sebenarnya dari profesi guru les yang sering diremehkan dan dianggap sebelah mata:
Guru Les Jadwalnya Fleksibel dan Kerjanya Santai
Saya seorang mahasiswa yang juga menjadi guru les. Sekarang, saya memiliki usaha bimbel private online, meski siswanya belum seberapa banyak, tetapi keuntungan yang didapat sudah cukup besar. Saat awal baru terjun sebagai guru les, saya cukup merasa panik dan gelisah, di satu sisi saya merasa ingin menambah penghasilan, tetapi di sisi lain saya takut persoalan kuliah menjadi kacau. Meski begitu, saya tetap nekat hingga berakhirlah mengajar les untuk pertama kalinya secara offline atau visit ke rumah siswa.
Setelah dijalani, saya mendapatkan suatu fakta yang cukup mengejutkan. Ternyata, menjadi seorang guru les sangat membuat saya enjoy. Waktu itu saya mengajar les sempoa. Saat mengajarkan anak tersebut sempoa, rasanya malah seperti bermain game. Dia happy dan semangat, saya pun merasakan hal yang sama saat mengajarkannya. Pekerjaannya benar-benar tidak membuat saya tertekan, malahan saya akhirnya menjadikan profesi guru les ini sebagai pelarian saat sedang stres dengan persoalan kuliah.
Jadwalnya pun sangat fleksibel, terlebih jika kalian mendapatkan orang tua siswa yang pengertian, baik hati, dan ramah. Saya sempat ada jadwal mengajar yang kebetulan saja tiba-tiba bertabrakan dengan jam kuliah. Ini karena dosennya yang tiba-tiba memajukan jam kuliah secara tiba-tiba. Alhasil, saya harus melakukan reschedule dengan berat hati kepada orang tua siswa.
Saya kira beliau akan kesal, marah, atau setidaknya ada protes-protes kecil. Saya sempat khawatir akan hal itu karena pada saat itu, kebetulan saya berada di bawah naungan salah satu lembaga les private di Semarang. Namun, ternyata orang tua siswa tidak marah sama sekali, bahkan tetap merespons dengan ramah. Benar-benar sesantai itu? Jawabannya, iya.
Suka Tiba-Tiba Datang Rezeki yang Tidak Disangka-sangka
Poin plus menjadi seorang guru les yang melakukan visit ke rumah siswa atau mengajar secara offline adalah adanya tip tambahan. Namun, waktu itu saya mendapatkan uang tambahan karena orang tua siswa sempat meminta untuk dicarikan sempoa China. Kebetulan saja sempoa China memang lumayan susah dicari karena kebanyakan yang dijual adalah sempoa Jepang.
Saya pun sempat kesulitan mencarinya meski akhirnya dapat dengan harga yang terbilang lumayan mahal untuk ukuran sempoa. Setelah itu, orang tua siswa memberikan uang gantinya dengan sedikit di-mark up. Lumayan untuk ukuran mahasiswa yang memang butuh tambahan uang jajan. Belum lagi uang transportasi ditanggung juga oleh orang tua siswa karena saya bolak-balik menggunakan ojek online.
Di beberapa kasus, masih banyak juga orang tua siswa yang memberikan tambahan kepada guru les. Anggap saja kamu mendapatkan tambahan Rp100 ribu dari seorang wali siswa. Lalu, kebetulan kamu memiliki 5 orang siswa yang orang tuanya sama-sama bermurah hati untuk memberikan uang tip. Nah, kamu sudah bisa mendapatkan Rp500 ribu hanya dari uang tip, belum digabung dengan gaji sebenarnya. Lumayan sekali, kan?
Gajinya Tinggi, bahkan Bisa Melebihi UMR
Siapa sangka seorang guru les bisa memiliki pendapatan layaknya orang pekerja kantoran? Meski saya belum sampai ke tahap tersebut karena tidak terlalu serius dengan profesinya. Salah satu alasannya adalah masih perlu memprioritaskan persoalan kuliah. Namun, saya sudah pernah mendapatkan Rp1 juta hanya dari seorang siswa saja untuk waktu les selama 2 minggu, itupun hanya beberapa kali les. Kamu mungkin sudah bisa membayangkan bagaimana jadinya jika memiliki 5 orang siswa dengan tarif serupa. Terlebih lagi, fee untuk mengajari anak SD biasanya akan berbeda untuk tingkat SMP atau SMA, bahkan kuliah.
Kerja di bawah tekanan dengan pendapatan yang lumayan memang menjadi dambaan bagi setiap orang. Namun, tentu saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila ingin terjun sebagai guru les.
Butuh Effort Lebih
Mengajar dengan perasaan senang, bukan berarti tidak akan merasa lelah. Sebagai seorang guru les, tentu kamu perlu mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran. Terlebih lagi jika kamu mengajar secara offline untuk mata pelajaran matematika tingkat SMA.
Wah, dijamin kamu akan merasa cukup pusing meski sudah familiar dengan materinya. Jadi, pastikan kondisimu cukup prima untuk mengajar. Juga, jaga perasaanmu sebelum berniat untuk mengajar. Percaya atau tidak percaya, orang lain mampu menyerap energi yang kamu berikan, begitu pula sebaliknya.
Maka dari itu, pastikan kamu memiliki mood yang cukup bagus agar siswa tetap enjoy saat les. Saya tahu hal ini cukup susah, terlebih jika kamu seorang wanita dengan mood yang naik-turun setiap harinya.
Namun, itulah konsekuensi menjadi seorang guru les. Kamu akan tetap dituntut untuk profesional karena ada tugas yang perlu kamu selesaikan, yaitu mengajar. Anak-anak yang les denganmu bukan hanya ingin cepat paham, tetapi juga lebih enjoy saat belajar. Jadi, usahakan selalu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan hangat.
Guru Les Harus Kuat Mental
Tak semua anak memiliki karakter yang sama. Jika kamu bertemu dengan siswa yang selalu antusias dalam belajar, bukan berarti kamu akan tetap mendapatkan hal serupa di siswa lainnya.
Oleh karena itu, seorang guru les tentu perlu kuat mental. Bukan hanya kuat saat menghadapi anak-anak, tetapi juga saat jadwal kuliah yang padat bertemu dengan jadwal sesi les yang terus bertambah.
Setelah mengetahui fakta-fakta tersebut, apakah kira-kira profesi guru les akan tetap dipandang sebelah mata? Apa pun jawabannya, hal terpenting adalah cintai pekerjaanmu selagi halal.
Saya percaya bahwa sesuatu hal yang dijalani dengan hati juga akan sampai ke hati. Prinsip inilah yang akhirnya menghantarkan saya hingga mampu membuka usaha bimbel private online sendiri dan tetap terus mengajar sembari berkuliah demi membantu lebih banyak siswa.
Penulis: Mercy Lucia Alesty
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.


















