Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

Pengalaman Saya Naik Bus Gunung Harta: Auto Kapok Gara-gara AC Nggak Bisa Mati dan Tubuh Mengigil Sepanjang Perjalanan Situbondo-Cirebon

Lilis Durotun Nafisah oleh Lilis Durotun Nafisah
6 September 2025
A A
Habis Rosalia Indah, Terbitlah Gunung Harta: Bus dengan Fasilitas Elite, tapi Atasi Masalah Sulit

Habis Rosalia Indah, Terbitlah Gunung Harta: Bus dengan Fasilitas Elite, tapi Atasi Masalah Sulit (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bus Gunung Harta, si merah dari Bali dengan fasilitas elit, namun bikin penumpang yang anti AC seperti saya harus auto waspada. Bisa-bisa jadi perjalanan terburuk yang bikin kapok dan trauma!

Sebenarnya, saya bukan tipe orang yang mabuk perjalanan. Ketika orang-orang sibuk mempersiapkan Antimo, Freshcare, Salonpas, dan sebagainya, saya dengan santai selalu bilang, “Aman saya mah. Nggak usah.” Selain karena mungkin sudah terbiasa dengan perjalanan jauh, saya juga merasa sayang jika sepanjang perjalanan hanya dihabiskan untuk tidur—efek samping Antimo. Sayang, pengalaman mudik tahun lalu menjungkirbalikkan semua idealisme saya.

Sebagai seorang santri yang mondok di tempat jauh, saya biasanya pulang bersama rombongan. Pihak pesantren sendiri yang mengurusi tetek-bengeknya. Kita tinggal terima jadi saja. Kebetulan, mudik kala itu menggunakan jasa bus Gunung Harta.

Awalnya saya excited karena busnya leluasa. Ada selimut tebal dan bantal di setiap kursinya. Jendelanya juga luas, membuat pemandangan di luar terlihat jelas. Namun, satu hal yang tak saya duga: AC dalam bus Gunung Harta disetel otomatis, tidak bisa dimatikan dari kursi masing-masing penumpang. Kalau mesin bus hidup, AC-nya juga pasti hidup. Begitu sebaliknya.

Tentu saja itu bukan masalah besar seandainya saya tidak anti dengan fasilitas pendingin yang satu ini. Masalahnya, dari dulu saya memang tidak suka menghidupkan AC ketika di mobil. Sekuat apa pun saya di perjalanan, kalau AC dinyalakan plus kondisi badan kurang fit, auto mabuk. Seperti yang saya alami saat perjalanan liburan kelas 6 SD bersama teman-teman atau ketika study tour kelas 2 SMA. Sejak saat itu, sebisa mungkin saya tidak berurusan dengan AC. Sebisa mungkin, AC akan saya matikan.

Sayangnya, Gunung Harta tidak mengizinkan saya melakukannya. Alhasil, perjalanan belasan jam, dari Situbondo ke Cirebon—tempat pemberhentian saya—menjadi perjalanan paling menyiksa yang saya ingat.

Tidak membawa baju hangat, dan di Gunung Harta, koper nggak boleh dibongkar

Gunung Harta memang menyediakan kursi besar yang nyaman, lengkap dengan bantal dan selimut tebal untuk para penumpangnya. Namanya juga bus elit. Tapi, semua fasilitas itu tetap saja tidak bisa menyelamatkan saya dari hawa dingin yang menusuk.

Sialnya, saat itu saya tidak membawa jaket ataupun sekadar jas di ransel karena sengaja memasukkannya dalam koper. Selain biar nggak ribet, saya biasanya memang tidak terlalu membutuhkan baju hangat itu. Beruntung ada salah satu teman yang mau meminjamkan jaketnya.

Baca Juga:

Habis Rosalia Indah, Terbitlah Gunung Harta: Bus dengan Fasilitas Elite, tapi Atasi Masalah Sulit

Memang, di tempat pemberhentian, saya sempat meminta izin kepada petugas bus untuk mengambil baju hangat di koper. Tapi ia menolak, dengan alasan sulit mau bongkar-bongkar bagasi.

Jadilah selama perjalanan itu saya meringkuk di balik selimut, tidak membiarkan se-inci pun kulit saya terpapar udara luar. Sedikit saja tangan keluar dari selimut, perbedaan suhunya langsung terasa. Dingin buangettttt.

Hawa dingin bikin nggak nafsu makan

Karena saat itu bus berangkat pukul 13.30, saya memutuskan untuk melanjutkan puasa. Sayang kalau dibatalin, tinggal tiga jam lagi. Siapa sangka di bus elit itu saya begitu kedinginan. Sepertinya, perut kosong itulah yang jadi faktor terbesar badan saya tidak fit dan tak berdaya di-AC.

Memasuki waktu magrib, kami turun untuk istirahat dan berbuka. Namun, alih-alih makan dengan lahap, saya malah tak berselera makan sama sekali. Padahal, Gunung harta menyediakan service makan yang enak. Menunya juga mantap. Tapi lidah dan perut saya tetap menolak. Mungkin shock karena hampir empat jam menahan suhu dingin.

Lucunya, di pemberhentian pertama magrib itu, saya malah betah. Rasanya sangat lega bisa bersentuhan dengan udara outdoor, bukan suhu dingin menyiksa dari AC. Saking betahnya, hampir-hampir saya nggak mau naik lagi ke bus untuk melanjutkan perjalanan. Kalau nggak inget sama kehangatan rumah yang menanti, mungkin saya bakalan milih diem di situ aja, daripada kedinginan lagi di dalam bus sana.

Kaca jendela Gunung Harta berembun, pemandangan jadi buram

Salah satu alasan saya tidak mau tidur selama perjalanan adalah karena saya suka melihat pemandangan di luar sana. Begitu pun saat perjalanan pulang pondok, rasanya sangat menyenangkan menyadari saya semakin dekat dengan rumah, dan semua itu saya lihat dari balik kaca jendela.

Nahas, jendela besar nan luas Gunung Harta tidak memberi saya kesempatan itu. Gara-gara suhu dingin dari AC, kaca bus berembun. Pemandangan di luar jadi buram. Tak ada bedanya antara siang, malam, pagi, kaca tetap berembun. Itu membuat saya bertanya-tanya, “Ini kok kebangetan ya dinginnya?” Bayangkan, air botol mineral yang saya bawa saja sudah seperti keluar dari kulkas, padahal baru sebentar di dalam bus.

Tidak semua orang cocok dengan AC

Bagi sebagian orang, cerita saya mungkin terkesan lebay dan dilebih-lebihkan. Tapi saya yakin, di luar sana, di belahan dunia mana saja, pasti ada orang yang sama seperti saya: anti dengan AC, ya meski nggak anti-anti banget juga.

Pengalaman naik bus Gunung Harta kemarin membuat saya benar-benar jengkel. Rasanya saya jadi serba salah. Mau marah-marah, marah ke siapa? Wong bus itu juga bukan pilihan saya, saya cuma terima jadi. Sopir dan kondekturnya juga nggak bisa membantu banyak soal AC ini. Saya dan teman-teman yang lain sudah nyoba minta dimatiin, tapi ya nggak bisa. Mau diam saja juga nggak tahan. Benar-benar nggak enak, pokoknya!

Ya sudah, daripada muntah, lebih baik saya cari aman. Pada akhirnya, sepanjang perjalanan tersebut saya habiskan dengan tidur. Sangat bertolak belakang dengan prinsip perjalanan yang saya pegang selama ini.

Pelajaran dan pesan untuk saya (juga kalian)

Meski menyiksa, perjalanan tersebut tak luput dari pelajaran berharga. Poin pentingnya bukan tentang ketidaknyamanan. Persetan dengan AC atau pun mabuk perjalanan. Saya rasa, pengalaman itu adalah bentuk teguran Tuhan, atas kesombongan saya selama ini. Saya memang sering merasa diri saya lebih baik, hanya karena saya biasanya tidak mabuk di perjalanan, dan merasa orang lain payah, juga hanya karena mereka mabuk perjalanan.

Padahal, kita sama-sama manusia. Wa khuliqal insaanu dla’ifan. Manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Saya baru sadar, ternyata musuh utama saya selama perjalanan bukan rasa pusing, mual, dan sebagainya. Melainkan satu makhluk bernama AC!

Akan tetapi, meski mendapat pelajaran berharga, saya kapok. Saya tidak ingin mengulanginya lagi. Ini bukan cuma soal Gunung Harta, melainkan bus apa pun yang AC-nya disetel otomatis seperti itu.

Jadi, saya sangat mewanti-wanti pada diri saya sendiri, juga pada siapa saja yang anti-AC, berhati-hatilah dalam memilih bus. Apalagi untuk perjalanan jarak jauh. Persiapkan perbekalan dengan matang, terutama baju hangat. Jangan sampai tubuh menderita sepanjang jalan hanya gara-gara AC. Juga, jangan tergiur dengan fasilitas mewah yang ditawarkan. Siapa tahu, AC-nya nggak bisa dimatikan. Bisa-bisa mampus kau dikoyak-koyak AC sialan!

Penulis: Lilis Durotun Nafisah
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Habis Rosalia Indah, Terbitlah Gunung Harta: Bus dengan Fasilitas Elite, tapi Atasi Masalah Sulit

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 6 September 2025 oleh

Tags: ac bus otomatisbus ac gunung hartabus gunung hartaGunung Harta
Lilis Durotun Nafisah

Lilis Durotun Nafisah

Penggemar biru, pernah berharap jadi putri duyung.

ArtikelTerkait

Habis Rosalia Indah, Terbitlah Gunung Harta: Bus dengan Fasilitas Elite, tapi Atasi Masalah Sulit

Habis Rosalia Indah, Terbitlah Gunung Harta: Bus dengan Fasilitas Elite, tapi Atasi Masalah Sulit

13 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.