Warung tenda biru, kuliner sekitar UM yang menyelamatkan banyak mahasiswa.
Hidup mahasiswa UM alias Universitas Negeri Malang semakin repot semenjak kebijakan cashless alias pembayaran nontunai diberlakukan di kantin kampus. Persoalannya, harga jajanan di kantin ikut naik dengan penerapan kebijakan ini. Mahasiswa yang uang sakunya pas-pasan mencari berbagai strategi agar perut tetap kenyang selama perkuliahan.
Untung saja tidak jauh dari UM terdapat warung dengan tenda biru yang melegenda karena menunya yang sederhana, enak, dan terjangkau. Warung legendaris ini terletak di Jalan Terusan Surabaya yang beberapa waktu lalu pernah saya cerca habis-habisan lewat Tulisan Mojok. Lokasi pastinya, di sebelah barat Indomaret.
Daftar Isi
Menu yang sederhana, tapi beragam
Warung tenda biru sudah menjadi penyelamat mahasiswa UM jauh sebelum kebijakan nontunai di kantin diterapkan. Mahasiswa bisa makan kenyang dengan harga terjangkau. Uniknya lagi, menu warung ini selalu berubah-ubah tergantung waktunya.
Saat pagi hingga menjelang masuk jam makan siang, warung ini menjajakan nasi pecel saja. Saat siang hari hingga menjelang tutup, warung ini menjual menu tahu telur dan makanan pelengkap, misalnya tahu lontong. Perbedaan menu ini membuat pembelinya tidak bosan. Lebih dari itu, menu yang berganti menandakan bahwa menu yang dijajakan masih segar.
Menurut saya strategi warung tenda biru berhasil membuatnya bertahan di tengah gempuran warung-warung makanan yang lebih modern dan kafe. Walau tentu saja alasan utama tenda ini masih bertahan adalah harganya yang murah.
Harganya murah dengan porsi kuli
Bagi mahasiswa berkantong cekak, harga makanan dan porsi adalah hal yang utama. Menu dan rasa prioritas kesekian. Nah, kuliner sekitar UM yang satu ini adalah paket lengkap. Warung tenda biru jadi primadona karena menu beragam, rasanya enak, porsinya banyak, dan harga terjangkau.
Beberapa hari lalu saya ke warung ini, harga sepiring nasi pecel masih dipatok Rp8.000 saja. Siang harinya, ketika membeli nasi dengan lauk tahu dan telur, saya hanya perlu mengeluarkan uang Rp10.000. Sangat ramah di kantong bukan?
Harga semurah itu bisa mendapatkan porsi yang banyak sekali. Apalagi untuk menu nasi tahu-telur atau lauk pauk yang dijual di siang hari. Kalau sudah makan di sini tidak perlu khawatir akan kelaparan di sepanjang kelas perkuliahan. Bahkan, banyak guyonan yang beredar, mahasiswa baru yang makan di warung ini akan kenyang sampai yudisium.
Kuliner sekitar UM yang berpotensi bikin macet
Warung tenda biru ini menjadi salah satu kuliner sekitar Universitas Negeri Malang yang digemari mahasiswa. Saya nggak heran sih, harga dan porsinya memang menggiurkan mahasiswa yang berkantong cekak. Belum lagi rasa dan pilihan menu yang beragam.
Saking ramainya warung ini, kadang kendaraan-kendaraan yang terparkir menimbulkan kemacetan di Jalan Terusan Surabaya. Tidak hanya pengendara yang akan dirugikan, pejalan kaki pun akan kesulitan melintas karena antrean dan parkir kendaraan. Bisa jadi kehadiran warung tenda biru ini menjadi penyelamatan bagi mahasiswa, tapi menimbulkan kejengkelan di hati pengguna jalan.
Itu mengapa saya menyarankan untuk para pelanggan warung tenda biru untuk tidak membawa kendaraan. Kalau memang terpaksa, kalian bisa parkir di kampus UM lalu berjalan kaki ke tempat ini. Tempatnya nggak jauh kok, nggak bakal membuat kalian ngos-ngosan. Saran lain, pelanggan bisa membungkus makanannya. Selain terbatasnya tempat parkir, tempat makan ini sebenarnya cukup sempit.
Akhir kata, saya ingin mengucapkan beribu bahkan berjuta terima kasih kepada pemilik warung ini. Terima kasih telah menjadi tempat kuliner sekitar UM yang ramah kantong mahasiswa. Saya yakin pemilik warung juga menerapkan berbagai siasat agar menunya tetap terjangkau. Strategi yang saya rasa tidak mudah di tengah kenaikan bahan makanan.
Penulis: Ahmad Fahrizal Ilham
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.