Sour Sally adalah salah satu waralaba frozen yogurt yang ada di Indonesia. Outlet mereka tersebar di beberapa kota besar seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bali, Medan, dll. Dilansir dari Wikipedia, waralaba ini didirikan pada tahun 2008 silam oleh Donny Pramono.
Salah satu ciri khas dari Sour Sally adalah yogurt hitam yang mana kita jarang mendengar makanan atau minuman berwarna hitam. Frozen yogurt hitam mengandung natural activated charcoal dengan kandungan yang tentunya aman untuk dikonsumsi. Yogurt hitam ini kemudian dipadukan dengan rasa bunga sakura dan menjadi cikal bakal salah satu menu Sour Sally yang diberi nama Froyo Black Sakura. Menu ini kebetulan juga menjadi menu favorit saya sebagai seorang pelanggan.
Sayangnya, tak ada segala sesuatu yang sempurna di dunia ini, tak terkecuali outlet Sour Sally. Tak jarang, saat hendak membeli menu frozen yogurt favorit saya, saya kerap menemukan beberapa kesalahan yang dilakukan Sour Sally dan bikin saya kecewa. Berikut beberapa kesalahannya:
Kehabisan topping
Hampir semua cabang Sour Sally bisa kita jumpai dengan mudah di mal. Asyiknya, pengunjung yang sudah kelelahan berkeliling mal untuk berbelanja atau sekadar cuci mata bisa santai sejenak dan me-recharge energi dengan mengonsumsi sesuatu yang menyegarkan dan sehat seperti frozen yogurt.
Fyi, yogurt memang paling nikmat jika dimakan bersama dengan buah-buahan segar dan beberapa pilihan saus sebagai topping-nya. Begitu juga yogurt yang dijual di Sour Sally, semua bisa kita nikmati dengan tambahan topping buah dan saus yang fresh.
Sayangnya, beberapa kali saya pernah dikecewakan karena kehabisan topping yang saya inginkan. Padahal sudah capek-capek antre, eh topping yang saya mau malah habis. Tak jarang, saya harus menunggu pegawai me-restock topping yang habis. Ini memang nggak selalu terjadi dan hanya saya alami di beberapa outlet tertentu. Tapi tetap saja kehabisan topping bikin pelanggan seperti saya kecewa.
Mudah cair
Sour Sally kerap mengadakan event atau promo yang bikin banyak orang mengantre di beberapa outlet-nya. Sayangnya, kondisi ini membuat pelanggan yang sudah antre dan memesan harus menunggu karena frozen yogurt yang dimasukkan ke mesin masih cair. Tentu saja pelanggan jadi kecewa karena nggak bisa menikmati frozen yogurt yang masih dingin. Walau hal ini nggak sering terjadi, tetap saja froyo yang mudah mencair jadi terlihat kurang cantik.
Outlet sedikit
Di beberapa daerah, terutama di Palembang, outlet Sour Sally nggak begitu banyak dan hanya ada di mal tertentu. Mungkin pihak Sour Sally punya pertimbangan tertentu ya soal penempatan outlet ini. Namun sebagai pelanggan, kadang saya merasa kecewa karena nggak bisa menjumpai outlet frozen yogurt ini dengan mudah dan leluasa di Kota Pempek. Please, perbanyak outlet di Palembang biar pencinta froyo kayak saya nggak kesulitan menikmati jajanan satu ini.
Nggak ada tempat duduk
Tempat duduk di sebuah gerai FnB merupakan hal yang perlu diperhatikan. Sayangnya, outlet Sour Sally yang berada di beberapa mal nggak menyediakannya. Menikmati froyo enaknya saat masih dingin dan sambil duduk, tapi kalau nggak ada tempat duduk, pelanggan akan membutuhkan waktu untuk mencari tempat duduk sebelum bisa menikmati froyo yang sudah dibeli. Padahal lama kelamaan froyo pasti akan mencair.
Toppingnya kurang bervariasi
Sebenarnya ini juga bisa menjadi masukan bagi Sour Sally, sih. Saat datang ke outlet terdekat, biasanya saya akan mengintip terlebih dulu topping yang tersedia di sana. Biasanya topping yang ada ya yang itu-itu saja, nggak ada topping baru. Walaupun topping yang disediakan mungkin sudah menjadi favorit banyak pelanggan, alangkah baiknya kalau Sour Sally juga membuat inovasi dari segi topping ini. Sehingga ada sesuatu yang baru untuk ditawarkan ke pelanggan agar pelanggan nggak bosan dengan topping yang itu-itu saja. Hehehe.
Terlepas dari kesalahan-kesalahan di atas, saya tetap suka kok dengan frozen yogurt-nya Sour Sally. Apalagi menu Black Sakura mereka. Pokoknya kalau datang ke outletnya, kalian wajib cobain menu ini juga ya, Gaes.
Penulis: Irse Marsella
Editor: Intan Ekapratiwi
