Setelah pandemi, ada satu hal yang sangat dirindukan. Liburan. Ke luar kota atau bahkan ke luar negeri. Kalau perlu balas dendam. Menurut pengamat marketing Yuswohady, bakal ada namanya revenge travel. Dan memang, itu sudah langsung terbukti. Puncak Bogor hampir selalu macet. Nyaris tak bergerak. Jogja? Rombongan bus pariwisata mulai antre di mana-mana.
Tapi, gimana dong buat yang masuk kategori misqueen? Saat pandemi, uang udah habis buat nanggung setahun hidup nyaris tanpa penghasilan berarti? Jangan kuatir. Ini ada inovasi teknologi keuangan yang bernama paylater. Ini canggih loh. Kamu bisa bayar belakangan. Dan, Namanya belakangan. Ya sudah pasti dijadikan nomor sekian. Silakan liburan dulu, bayarnya tarsok-tarsok, ntar besok. Kalau mampu dan kalau mau.
Nah, soal kalau mampu dan kalau mau ini yang sering jadi jebakan Batman. Wahai pemuja paylater, mereka sebenarnya bukan penyelamat nafsu liburanmu. Tapi, mereka adalah ujian keimanan mampu atau mau tidak mengatur keuanganmu. Kalau gagal bayar, bukan lagi tagihan yang bakal datang. Tapi, debt collector berotot kawat balung thok yang bakal gencar meng-inthili-mu.
Nah, buat mengetes seberapa kuat imanmu menghadapi ujian paylater ini, coba tengok kategori kuadran utangmu dulu. Meminjam ide kuadran yang sempat dipopulerkan Om Kiyosaki, kuadran ini juga dibagi jadi empat bagian.
Kuadran utang cepat, bayar lambat
Ini biasanya yang sering tersesat di belantara pinjol. Akhirnya benjol. Ada tawaran utang sedikit saja, langsung merasa ada duit tambahan. Keimanan seputar keuangannya sering hancur berantakan. Disenggol SMS pinjaman online sekali saja, hati sudah bergetar. Masalahnya, begitu urusan harus bayar, paling sering kelabakan. Gimana nggak kelabakan. Utangnya buat beli ini itu yang nggak produktif. Kalau milih liburan, cari paket yang seolah-olah pengen jadi sultan. Habis itu bayarnya ngos-ngosan. Kalau kamu masuk golongan ini, segeralah bertobat. Minimal, jauhkan diri dari syaiton bernama paylater, kredit, KTA, dan aneka nama jelmaan lainnya.
Kuadran utang lambat, bayar lambat
Ini sebenarnya termasuk orang yang jarang berutang. Tapi sekalinya berutang, duitnya sering dibelokin ke mana-mana. Harusnya buat pelunasan, eh tapi godaan diskon, rayuan tanggal belanja keramat, 10-10, 11-11, 12-12, sering menggoda iman. Ujungnya, uang yang terkumpul buat bayar, malah jadi barang baru di gudang.
Padahal menurut ilmu psikologi uang, kalau dibelokkan niatnya, malah bakal mempersulit lunasnya utang. Jadi, kamu yang sebenarnya gak doyan utang, tapi masuk kategori ini, cepatlah untuk lunasin utangmu.
Kuadran utang cepat, bayar cepat
Biasanya, yang masuk golongan ini cenderung aman. Sebab, utang biasanya sudah di-planning pembayarannya. Bahkan, bisa diputar buat dapatin poin. Makin banyak utang, makin banyak poin yang bisa diubah jadi aneka keuntungan. Dari buat belanja, bahkan sampai beli tiket liburan! Mereka biasanya punya banyak kartu kredit, tapi selalu cepat lunas sebelum jatuh temponya. Gampang tergoda kalau ada promo kartu kredit, paylater, dan sejenisnya dengan embel-embel bonus aneka rupa.
Yang begini, asal masih terus disiplin pantang telat bayar, masih aman. Utang lunas, dapat poin, bonusnya bisa dipakai buat ngapain aja.
Kuadran utang lambat, bayar cepat
Yang masuk kuadran ini termasuk yang maqom sufi soal keuangan. Malas utang, tapi begitu harus pinjam, buru-buru pengen mengembalikan. Mereka biasanya dari generasi yang gemar menabung atau pengikut setia aliran harus punya dana darurat. Jadi, kapan pun selalu ada bujet untuk bayar aneka kebutuhan. Buat kamu yang masuk kategori ini, selamat! Kamu bakal jauh dari ungkapan urip mung numpang nyicil.
Nah, buat kamu para pemuja paylater, rasakan sendiri kamu sekarang ada di posisi mana?
Sumber Gambar: Pixabay