Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Serial

3 Drama Jepang Ini Bikin Saya Nostalgia dengan Ritme Kerja di Kantor Jepang

Pradipto Bhagaskoro oleh Pradipto Bhagaskoro
1 Oktober 2021
A A
3 Drama Jepang Ini Bikin Saya Nostalgia dengan Ritme Kerja di Kantor Jepang terminal mojok.co

3 Drama Jepang Ini Bikin Saya Nostalgia dengan Ritme Kerja di Kantor Jepang terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Setahun belakangan ini, Netflix menyajikan beberapa drama Jepang yang mempunyai tema mirip. Setidaknya, ada tiga judul serial yang karena kemiripan dan kedekatannya dengan pengalaman, bikin saya merasa relate sekaligus bernostalgia. Drama Jepang yang saya sebutkan di sini bukan tontonan beralur rumit yang butuh berpikir keras. Ketiganya amat ringan, dalam genre slice of life yang bisa kita nikmati disambi setrika, masak, atau bahkan bersih-bersih rumah.

Namun, justru karena disajikan dengan luar biasa ringan, kita jadi mudah merefleksikannya pada pada hal-hal positif yang mestinya kita lakukan sehari-hari. Inspirasi terkadang justru datang dari hal-hal receh yang sering kita anggap remeh, termasuk dari drama.

Berikut ketiga drama Jepang tersebut.

#1 Tokyo Mystery Sake

Mungkin karena diadaptasi dari komik, drama ini punya tema yang lumayan absurd. Ceritanya tentang Yosuke Sugino, seorang aktor penakut yang mendapatkan tawaran program horor. Untuk belajar menghadapi rasa takut, ia memulai hobi aneh, yakni minum sake di tempat-tempat yang dikenal angker.

Sensasi mabuk sake dan rasa ketakutan ketika berhadapan dengan dunia supranatural, jika digabungkan ternyata bisa jadi pengalaman yang menyegarkan. Ini seolah jadi cara agar pikirannya yang suntuk dengan rutinitas bisa jadi lebih terasa ringan.

Mungkin Yosuke perlu mencoba sensasi mabuk ciu di pos polisi. Kayaknya, sih, dampaknya bakal lebih horor lagi.

#2 The Way of The Hot & Spicy

Drama ini menceritakan soal rutinitas kantoran Sarukawa Kenta. Ia seorang sales perusahaan minuman. Sarukawa mesti berinteraksi dengan lingkungan kerja baru yang semua karyawannya adalah penggila makanan pedas. Supaya ia dapat diterima oleh lingkungan barunya, ia mesti memaksakan diri untuk ikut makan berbagai hidangan super pedas di setiap kegiatan makan bersama sepulang kerja.

Sarukawa akhirnya terbiasa dan menemukan kenikmatan dalam makanan pedas. Ia bahkan menemukan filosofi-filosofi hidup baru dalam rasa pedas yang dinikmatinya. Baginya, makanan pedas tak ubahnya tantangan hidup yang harus ia taklukkan setiap hari. Hal ini sekaligus membantunya menemukan solusi dari berbagai masalah dalam pekerjaannya.

Baca Juga:

5 Drama Korea Hasil Remake Drama Negara Tetangga yang Gagal Total, Mending Nonton Versi Aslinya

First Love, Cinta Pertama Berakhir Indah Hanya Ada di Serial Netflix

#3 The Road to Red Restaurant List

Drama Jepang ini jadi favorit saya. Ia bercerita tentang Tamio Suda, seorang karyawan kantor dengan standar “orang kota”. Ia mendapati bahwa kegiatan akhir pekan bersama keluarga ternyata sulit terlaksana. Pasalnya, istri dan anak perempuannya selalu sibuk fangirling grup idol mereka di akhir pekan. Ini sebuah aktivitas yang sulit baginya untuk ikut menikmati.

Akhirnya, demi melepas stres karena kesibukan kerja, ia memutuskan untuk pergi ke tempat wisata di luar kota. Ketika mencari sarapan keesokan harinya, ia menemukan sebuah kedai lokal yang menyediakan makanan-makanan enak, tapi tampak kurang populer. Selain itu, kedai-kedai ini tidak jelas sampai kapan akan terus buka. Nah, kegiatan mencari kedai lokal yang nggak jelas nasibnya inilah yang jadi hobi barunya dia akhir pekan.

Jika kita perhatikan sepintas, benang merah dari ketiga drama ini hanyalah tentang budaya kuliner. Selalu ada tema tentang sesuatu yang dikonsumsi, mulai dari sake, makanan-makanan pedas, hingga kedai-kedai enak yang terancam tutup. Namun, jika kita perhatikan lebih dalam, sesungguhnya ketiga drama ini juga membicarakan budaya kerja di Jepang.

Nuansa kantoran amat kentara di tiga drama ini. Hal ini membuat saya bernostalgia dengan pengalaman pernah bekerja di kantor milik Jepang pertengahan dekade lalu. Terlebih, ada adegan-adegan di dalamnya yang sama persis dengan apa yang pernah saya alami.

Dalam The Way of The Hot & Spicy, misalnya, ada adegan di mana bos di kantor Sarukawa bekerja membagikan makanan ringan ketika para bawahannya yang mesti lembur. Ini pernah saya alami. Para bos saya dulu selalu membagikan beberapa jenis jajajan Jepang ketika anak buahnya lembur hingga malam hari.

Meski cuma jajanan, pemberian semacam ini terbukti cespleng dalam membangkitkan semangat para karyawan yang sedang lembur. Ini bukan masalah nilai makanan ringannya, tapi kebiasaan membagi camilan ini menunjukkan solidaritas atasan kepada anak buahnya yang sedang bekerja keras.

Apalagi jika kita mengetahui bahwa para bos ternyata juga ikut bekerja, bahkan lebih keras dari bawahan-bawahannya. Ini membuat kita merasa tidak sedang berjuang sendirian ketika lembur. Dengan kondisi seperti ini, semangat kerja jadi semakin terpacu, bahkan walaupun kita digaji ngepres.

Orang Jepang memang terkenal dengan obsesinya akan kerja. Itu pula yang saya rasakan ketika bekerja bersama mereka beberapa tahun lalu. Walaupun dalam beberapa hal ada kebiasaan yang menurut saya agak keterlaluan, tetap mustahil dimungkiri bahwa budaya dan etos kerja mereka memang luar biasa kuat.

Baik Yosuke Sugino, Sarukawa Kenta, dan Tamio Suda dalam ketiga drama tadi, semuanya menunjukkan citra pekerja yang berdedikasi. Setidaknya, citra ini sesuai dengan ingatan saya akan situasi kerja di kantor Jepang dulu. Etos kerja dan dedikasi mereka membuat kita sungkan untuk bermalas-malasan, bahkan untuk sekadar mengecek media sosial di ponsel saat jam kerja.

Bekerja bagi kebanyakan orang Jepang bukan lagi tentang diperah korporasi atau ditekan atasan, tapi bekerja telah menjadi passion itu sendiri. Memberikan kontribusi terbaik di setiap pekerjaan adalah bagian dari harga diri. Sementara setiap bidang kerja adalah mahakarya yang mesti diberikan dedikasi maksimal oleh semua karyawan.

Memang, sebagaimana digambarkan dalam ketiga drama tadi, tidak semua orang Jepang punya etos kerja yang ketat seperti itu. Namun faktanya, etos yang demikian keras telah menjadi budaya kerja di kantor-kantor mereka. Tentu saja, etos kerja yang luar biasa kuat ini bukannya tanpa masalah. Sering muncul pembicaraan mengenai fenomena overwork alias bekerja terlalu keras sehingga banyak pekerja yang jatuh sakit bahkan meninggal.

Mungkin, justru itulah yang sedang dibicarakan tiga drama di atas. Di antara beratnya beban kerja, para pekerja berhak punya kesempatan bersenang-senang sesuai caranya masing-masing. Ketiga drama ini sebenarnya sedang menyarankan para pekerja untuk “get a life”, menemukan kesenangan hidup di luar pekerjaan. Bagaimanapun, kesenangan mesti dicapai agar ketika jam kerja dimulai, kita bisa berfungsi dengan baik dalam pekerjaan tanpa ada pikiran kemrungsung dan stres yang mengganggu.

Inilah mengapa dalam ketiga drama ini muncul cara-cara aneh dalam menghabiskan waktu luang. Mulai dari berburu kuliner di kedai tak jelas hingga minum sake di tempat angker. Semua itu menunjukkan kreativitas para pekerja dalam mencari penghiburannya masing-masing.

Toh, siapa yang bisa melarang? Kalau sudah work hard, ya party harder, dong!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 1 Oktober 2021 oleh

Tags: drama Jepangkantor Jepangritme kerja
Pradipto Bhagaskoro

Pradipto Bhagaskoro

Penulis dan seniman bunyi-bunyian.

ArtikelTerkait

5 Drama Korea Hasil Remake Drama Negara Tetangga yang Gagal Total, Mending Nonton Versi Aslinya Mojok.co

5 Drama Korea Hasil Remake Drama Negara Tetangga yang Gagal Total, Mending Nonton Versi Aslinya

13 Mei 2024
First Love, Cinta Pertama Berakhir Indah Hanya Ada di Serial Netflix Terminal Mojok

First Love, Cinta Pertama Berakhir Indah Hanya Ada di Serial Netflix

3 Desember 2022
Budaya Pop Jepang, Nasibmu Kini Terminal Mojok

Budaya Pop Jepang di Indonesia: Nasibmu Kini

24 Juli 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.