6 Alasan Seseorang Nggak Sedia Jas Hujan padahal Tahu Musim Hujan Sudah Tiba

6 Alasan Seseorang Nggak Sedia Jas Hujan padahal Tahu Musim Hujan Sudah Tiba Terminal Mojok

Saat sedang berselancar ria di media sosial, saya menemukan meme yang sebenarnya sudah jadul sekali. “Cuma orang Indonesia yang nggak bawa jas hujan, padahal sudah tahu Indonesia punya dua musim,” demikian kalimat dalam meme yang saya temukan. Walaupun saya sebut meme, kalimat itu nggak lucu. Jadi, saya nggak tahu itu termasuk meme atau bukan.

Kebetulan sore ini saya baru pulang dengan keadaan setengah basah sehabis membeli bensin di SPBU karena hujan. Saya jadi teringat meme yang saya lihat sebelumnya, lantas bertanya pada diri sendiri. Kenapa ya orang Indonesia kadang nggak sedia jas hujan dalam jok motornya? Padahal sudah tahu kalau akhir tahun begini pasti sering hujan. Saya tipikal orang yang suka nanya sendiri dan jawab sendiri. Jadi, saya memutar otak untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Nah, terbantu dengan keanehan itu, akhirnya saya menyimpulkan penyebab seseorang nggak sedia jas hujan dalam jok motornya padahal musim hujan sudah tiba.

#1 Jarak tempuh dekat

Niatnya pergi ke warung depan kompleks dan merasa nggak perlu bawa jas hujan. Ndilalah pulang dalam keadaan mengenaskan seperti habis kecebur parit. Hal semacam ini pasti pernah kita alami, paling nggak sekali seumur hidup. Memang absurd jalan pikiran kita ini yaaa. Hampir mirip dengan “Malas pakai helm, toh dekat aja.” Begitu juga kita sering mager masukin jas hujan ke dalam jok motor cuma karena jarak tempuh dekat.

#2 Lupa masukin jas hujan ke dalam jok motor

Perihal lupa memang nggak bisa dihindari, sebab manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. “Anggap saja sifat lupa kita adalah anugerah dari Tuhan,” kalimat ini pernah saya baca entah di mana. Intinya, lupa kadang bisa jadi penyelamat, tapi bisa jadi sumber kesialan. Kalau lupa semua kenangan bersama mantan sih beruntung toh. Kita nggak perlu buang-buang tenaga untuk menggalau ria. Tapi kalau kelupaan jas hujan, bikin kesal dan berujung pada pulang ke rumah dalam keadaan awut-awutan bagai diterjang badai. Apalagi kalau jas hujan sudah disiapkan di teras dalam keadaan terlipat rapi berbalut kresek hitam, tapi lupa dibawa. Rasanya pengin misuh-misuh dengan diri sendiri.

#3 Kebal

Percaya atau nggak, ada saja lho orang yang merasa dirinya kebal dan lebih memilih menerobos hujan. Memang sih orang Indonesia itu sudah kebal sejak zaman masih zigot. Mana waktu balita sudah dikasih minum air es yang es batunya adalah air mentah pula. Nggak peduli pokoknya “Terobos ae lah, Anyiiing!” Mungkin begitu kira-kira ungkapan yang tepat untuk menggambarkan orang kebal begini. Karena merasa imunitas tubuh orang Indonesia itu kuat, maka menerjang hujan adalah pilihan yang efisien. Mager pakai jas hujan atau kelupaan bawa adalah faktor lainnya sih kenapa seseorang lebih memilih nekat.

#4 Nggak terbiasa cek ramalan cuaca

Ini salah satu hal yang membedakan kita dengan negara maju, Jepang misalnya. Orang Indonesia hampir nggak pernah cek ramalan cuaca, bahkan banyak yang merasa ramalan tersebut nggak tepat. Padahal, ramalan yang dirilis di internet atau yang ditayangkan di TV itu adalah pengumuman dari BMKG loh, bukan dari dukun atau cenayang. Kan kasihan kalau kita nggak percaya sama tim BMKG kita sendiri. Sementara itu, warga Jepang selalu cek ramalan cuaca di pagi hari sebelum memulai aktivitas.

Orang Indonesia mah bodo amat (termasuk saya, hahaha). Warga kita minim sekali yang menerapkan pepatah “sedia payung sebelum hujan”. Sepertinya mulai sekarang kita harus menerapkan kebiasaan baru yang positif ini deh demi menyusul negara maju lainnya dalam mengantisipasi hujan.

#5 Naik mobil

Yaaa gimana ya. Kan naik mobil, jadi nggak perlu jas hujan dong. Hehehe.

#6 Sultan

Tipe orang ini kekayaannya melebihi pengguna mobil nih. Sultan menduduki posisi teratas kenapa seseorang nggak bawa jas hujan di jok motornya padahal musim hujan sudah tiba. Kalau hujan ya singgah saja di Indomaret, terus beli jas hujan. Bebas pilih. Mau yang seperti plastik kresek, yang saking tipisnya ditarik saja langsung sobek, dengan harga Rp 20 ribuan atau jas hujan setelan yang lebih baik kualitasnya dengan harga Rp 95 ribuan. Kalau ada orang Indonesia yang begini, saya yakin satu ruangan di rumahnya digunakan khusus sebagai gudang jas hujan. Kalau nggak begitu ya berserakan lah jas hujan yang dia beli tiap kali kehujanan itu.

BACA JUGA Pengalaman Saya Menjadi Tukang Cap Voucher Kuota Internet dan tulisan Vivi Wasriani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version