6 Alasan Asyiknya Bisa Bahasa Isyarat

6 Alasan Asyiknya Bisa Bahasa Isyarat terminal mojok

“Kenapa dia terus melihat kita? Ada yang aneh denganku?” tanya anak saya di dalam angkot.

Saya menahan tawa. Ibu ini duduk di pojok bagian kanan empat, anak saya duduk di pojok kiri tujuh, dan saya di belakang bangku sopir. Dengan wajah gabungan antara bloon dan kepo, dia bergantian melihat kami berdua yang ngobrol menggunakan tangan dan ekspresi wajah. Sebenarnya itu bukan isyarat murni, masih sebatas homesign demi memudahkan komunikasi saya dengannya. Anak saya adalah seorang penyandang tuli kongenital, yaitu ketulian yang disandang sejak lahir.

“Nggak papa, biarin aja,” kata saya menenangkan.

“Tuh kan, lihat lagi,” dia mulai jengah.

Beginilah konsekuensi berbahasa dengan cara berbeda di tempat umum. Sering menjadi pusat perhatian atau bahkan rasan-rasan. Saya sudah dalam fase malas kasih tahu tiap orang yang saya temui bahwa ini semua hasil proses panjang. Seperti yang umum ditemui di klinik terapi wicara, awalnya saya memaksanya untuk berucap sebagai cara berkomunikasi.

Sayangnya kemajuannya sangat lambat dan tantrum melulu, padahal usianya terus berjalan. Kan eman kalau dia tak paham apa pun dengan memaksakan alasan bahwa semua hal harus dipahami dan dipahamkan dengan satu jalan utama, yaitu berbicara. Mendengar aja susah, bagaimana bisa paham soal pembicaraan.

Semenjak memutuskan untuk menggunakan kombinasi antara gestur, bahasa isyarat, dan abjad jari, komunikasi kami mengalami kemajuan pesat. Isyarat membuat kami tak terlalu berjarak. Sebagai orang dengar, saya memahami informasi melalui pendengaran dan penglihatan, sedangkan anak saya memahaminya melalui penglihatan yang berperan ganda sekaligus pendengaran.

Berhubung anak saya masih akan remaja dan belum aktif di komunitas Tuli manapun, secara otomatis saya lah yang menjadi juru bahasa isyarat dia. Ini tak mudah karena kosakata kami berdua masih sangat terbatas. Jadi, saya menggunakan berbagai macam cara untuk memberikan penjelasan mengenai apa pun yang dia tanyakan. Kalau sekadar menerangkan mobil, perahu, bis, dan benda terlihat, kan gampang. Tinggal pakai gambar beserta tulisan atau tunjukin langsung beserta abjad jari. Yang jadi tantangan kalau dia menanyakan konsep abstrak seperti sementara, ketika, meskipun, kemudian, sebelum, sesudah, dan lain-lainnya. Pokoknya, dari kepala sampai kaki ikut menerangkan supaya ada gambaran sejelas-jelasnya.

Bahasa isyarat adalah salah satu varian bahasa di dunia. Seperti halnya bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang memiliki strukturnya masing-masing, demikian pula bahasa isyarat. Ada sekitar 300-an varian bahasa isyarat di dunia. PBB mencanangkan 23 September sebagai hari bahasa isyarat internasional demi meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa isyarat sebagai bagian dari pemenuhan hak asasi kaum Tuli.

Dalam perjalanan mencari tahu perjuangan kaum Tuli mensosialisasikan bahasa isyarat di berbagai daerah, saya mulai menyadari bahwa ternyata ada sejumlah kemudahan dalam berkomunikasi yang bisa diisi dari kemampuan menggunakan bahasa isyarat.

#1 Tak perlu berteriak

Selama masih bisa saling melihat, kita bisa saling bertukar isyarat tangan dan memahami maksud satu sama lain, tanpa harus dicampuri orang kepo. Saya biasa ngobrol sama anak saya atau temannya dalam kondisi berjauhan. Misalnya mereka di lantai dua dan saya di lapangan bawah. Lumayan kan, ngirit suara.

#2 Rahasia di tengah keramaian

Sebuah keluarga sepakat untuk berbahasa isyarat demi salah satu anggota mereka yang Tuli. Interaksi mereka bisa bikin iri, lho, selalu asyik. Semisal lagi belanja bersama di pasar atau tempat wisata, bapak ibunya bisa saling kasih kode untuk menawar barang atau adu argumen tanpa harus ketahuan orang.

#3 Konsep detail

Membantu menjelaskan sesuatu secara mendetail yang bikin malas kalau dituliskan pakai kata-kata. Teman Tuli dikenal sebagai kaum ekspresif dan detail ketika menggambarkan sesuatu. Ada banyak penggambaran yang lebih mantap kalau dijelaskan pakai isyarat dan gestur. Sadar nggak sih kalau kita terkadang menggunakan kata dan gestur secara bersamaan ketika membicarakan sesuatu atau demi menekankan penggambaran sesuatu?

Kalau anak saya lagi menceritakan sesuatu, dia akan menerangkan dengan detail tiap bagiannya, sehingga saya memeroleh gambaran jelas mengenai apa yang dia sampaikan. Di bukunya Oliver Sacks yang berjudul Seeing Voices, digambarkan bagaimana proses visualisasi seorang Tuli. Dari situ kita bisa memahami bahwa karunia indra penglihatan mereka sangat banyak membantu dalam memahami, bahkan memahamkan sesuatu.

#4 Meringankan bagi yang sakit

Bagi yang sedang sakit tenggorokan dan menggunakan masker, bahasa isyarat bisa membantu karena tak menggunakan banyak tenaga untuk berkomunikasi dan mengurangi risiko kelelahan berbicara.

#5 Lebih mudah memahami bahasa asing

Saya kutip dari pernyataan Adhi Baroto, peneliti Tuli UI yang wajahnya bisa kalian lihat di pojokan layar televisi di sejumlah siaran berita. Dengan memahami bahasa isyarat, lebih mudah untuknya belajar bahasa isyarat dari negara lain dan tak ada hambatan komunikasi yang cukup berarti. Saya juga membuktikan sendiri ketika ada kunjungan dari tamu Tuli Australia di sekolah anak saya. Anak-anak Tuli Indonesia dan Tuli Australia yang baru pertama ketemu itu bisa lho langsung intens berkomunikasi.

Bandingkan dengan kita yang mendengar yang masih terhalang kesulitan memahami grammar-nya dulu. Mending diam saja daripada salah paham.

#6 Istirahat bagi telinga

Biar lebih tahu rasa dan perlunya menggunakan isyarat, biasanya saya mematikan atau mengecilkan suara dari video, lalu menikmati dan mengamati gambar yang ada untuk memahami maknanya. Sekarang sih sudah banyak video yang mengaktifkan closed caption, jadi bisa tahu mereka ngomong apa tanpa harus mendengarkan suara mereka. Ini juga sangat membantu mengatasi rasa risih kuping, karena tak semua suara YouTuber, selebgram, atau siapalah itu, nyaman didengar.

Kalau kalian sama sekali belum pernah tahu rasanya berbahasa isyarat, coba deh temui komunitas Tuli yang biasanya mengadakan sosialisasi bahasa isyarat. Kalau mau tahu rasanya, cobalah puasa bicara sambil tutup telinga supaya lebih mendalami rasa menggunakan bahasa isyarat. Gimana, mau coba?

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version