5 Tempat Wisata di Kota Bukittinggi yang Perlu Diwaspadai

5 Tempat Wisata di Kota Bukittinggi yang Perlu Diwaspadai terminal mojok.co

Ada yang sudah pernah berkunjung ke Kota Bukittinggi? Kota ini sudah lama terkenal sebagai kota “beraneka'” wisata di bumi Sumatera. Mau berwisata alam, ngarep buka jendela langsung ngeliat gunung beserta kabut dan hembusan angin sejuknya? Ada! Dijamin nggak di-PHP-in! Atau mau wiskul-an masakan Padang dengan bumbu autentik? Ya, di Kota Bukittinggi lah tempatnya. Di kota ini saya yakin kalian nggak akan tahan kalau niatnya icip-icip doang. Yang ada biasanya sih, malah “tambuah ciek” alias nambah satu piring nasi lagi!

Belum lagi kalau sudah melipir ke toko-toko kerajinannya. Dari yang niatnya sekadar cari kaos gambar Jam Gadang buat oleh-oleh orang rumah, eh, malah kepincut kerudung sulam, mukena kerancang (bordiran khas Bukittinggi), sampai songket harga jutaan. Biasanya sih begitu, kronologinya.

Kota Bukittinggi memang memiliki “paket” yang lumayan lengkap sebagai kota wisata. Cocok banget terutama buat kalian warga metropolitan yang biasa kegerahan sepanjang siang, yang hak jalan kakinya dirampas pengendara motor, atau kalian yang ingin membuktikan kalau duit seratus ribu bisa buat makan kenyang berempat!

Sudah cukup glek belum membayangkannya?

Namun hati-hati, karena dari pengamatan saya, beberapa tempat tujuan wisata di kota ini ternyata kudu diwaspadai! Bentar, jangan menyangka yang nggak-nggak ya. Tolok ukurnya bukan tingkat kejahatan, kebanyakan micin mi instan, atau bahaya laten radikalisme. Bukan itu! Beberapa lokasi wisata di kota ini “mengadung” hal-hal yang sebenarnya terlihat nggak bahaya, tapi bisa jadi “bahaya” tanpa disadari. Apalagi buat turis yang baru pertama kali plesiran ke sini.

Di mana saja? Yuk, kita kulik satu persatu.

#1 Jam Gadang

Nggak afdol rasanya kalau sudah sampai ke Kota Bukittinggi, tapi nggak mengunjungi Jam Gadang. Icon Kota Bukittinggi ini ngetopnya kebangetan. Coba perhatikan, Jam Gadang selalu menjadi identitas di hampir setiap materi promo tentang Sumatera Barat.

Jam Gadang yang dibangun sejak 1926 ini mengalami beberapa kali renovasi oleh pemerintah setempat. Dan tampilan paling gress-nya saat ini benar-benar harus diwaspadai karena beberapa hal berikut ini.

Pertama, banyak spot indah untuk berfoto. Hal ini harus diwaspadai karena berpotensi membuat kalian lupa waktu saking “sibuknya” foto sana-sini. Selain menara jamnya sendiri tentu saja, kalian bisa foto-foto dengan latar belakang Gunung Singgalang, taman bunga aneka warna, kolam air mancur bermandi cahaya, atau Istana Bung Hatta.

Di taman Jam Gadang ini pula kalian akan menemukan sebuah karya seni yang menggambarkan tempat marandang kopi. Marandang merupakan salah satu kegiatan menyangrai biji kopi. Pasalnya, kota ini juga dikenal sebagai daerah penghasil kopi yang sangat khas aroma dan rasanya.

Kedua, adanya penjual karupuak mi. Karupuak dalam bahasa Minang berarti kerupuk. Ya, jajanan ini memang berupa kerupuk dari singkong yang di atasnya ditaburi mihun/soun dan dilumuri bumbu sate Padang. Kadang ada juga yang ditambahkan bumbu kacang menjadi lebih pedas.

Makanan ini perlu diwaspadai karena berpotensi membuat eforia yang berlebihan. Kenapa? Karena, penjual karupuak mi ini hanya kita jumpai di Jam Gadang. Kebayang kan, kita bisa makan jajanan yang nggak dijual di seantero kota, kecuali di Jam Gadang? Belum lagi makanan ini bisa ditebus hanya dengan selembar duit lima ribuan.

Nongkrong di Jam Gadang sambil gigit-gigit karupuak mi nggak cuma jadi materi pamer yang berpotensi membuat iri orang-orang se-medsos. Namun, aktivitas ini juga berpotensi membuat kalian ketinggalan rombongan, saking asyiknya.

#2 Janjang Ampek Puluah

Selain wisata alam, kota Bukittinggi juga punya banyak janjang (tangga) yang bisa menjadi tujuan wisata, lho. Apalagi beberapa tahun lalu, janjang-janjang ini dirapikan dan diperindah, lengkap dengan prasasti yang mengukir cerita sejarah masing-masing janjang.

Salah satunya yang menurut saya perlu diwaspadai adalah Janjang Ampek Puluah. Dalam bahasa Minang, “ampek puluah” berarti empat puluh. Janjang ini terletak di daerah Aua Tajungkang yang menghubungkan Pasa Ateh (Pasar Atas) dengan Pasar Banto dan Pasar Bawah. Janjang yang dibangun pada 1908 ini diberi nama Janjang Ampek Puluah, mengacu pada empat puluh orang penghulu di Luhak Agam yang saat itu bermufakat membangun janjang ini.

Mengapa janjang ini perlu diwaspadai? Pasalnya, menurut saya menaiki janjang ini sangat berpotensi untuk menguras tenaga, mengeluarkan keringat berlebih, membuat betis cenat-cenut, dan napas ngos-ngosan. Bahasa gampangnya: capek. Diperlukan kesadaran diri dalam arti sebenarnya, yaitu sadar diri kalau sedang naik tangga yang tinggi banget! Waspadai diri, kalau nggak mau nggelundung.

Selain itu, Janjang Ampek Puluah ini memiliki potensi untuk memberikan sensasi tak terkendali bagi kalian yang sukses mencapai puncaknya. Hati-hati jantung kalian bakalan masih terus berdegup kencang karena terpana melihat pemandangan yang indah banget dari puncak janjang! Kali ini, bukan “lukisan” alam yang akan kalian nikmati, tapi suasana aktivitas warga dari sebuah kota kecil bernama Bukittinggi.

Saat itu, kalian akan merasa benar-benar sedang berada di puncak sebuah “bukit yang tinggi”, memandangi hal-hal yang jadi terlihat kecil di bawah kalian. Indah banget! Masalahnya, siapkah psikis kalian “diobrak-abrik” seperti itu? Jadi, waspadalah!

#3 Nasi Kapau Uni Linda

Berani mengunjungi Kota Bukittinggi membuat kalian dituntut untuk berani melanggar diet. Lha, kota ini dikenal sebagai surganya nasi kapau, je! Salah satu tempat makan nasi kapau yang kudu diwaspadai buat saya adalah yang punya “nama dagang” Nasi Kapau Uni Linda.

Saya mengamati, sepertinya cuma brand blio yang memiliki beberapa cabang yang tersebar di Kota Bukittinggi. Mengapa kedai yang sepertinya sukses ini perlu diwaspadai?

Pertama, lokasi yang strategis membuat siapa pun nggak akan rela lewat begitu saja tanpa melipir mampir. Salah satunya kedai blio di pinggir Jalan Haji Agus Salim, yang merupakan salah satu akses menuju Jam Gadang. Jika suatu saat kalian berkesempatan lewat sini, setelah 200 meter dari Hotel Indria, nggak usah repot-repot nengok ke arah kiri. Ngelirik aja sedikit, sudah berpotensi merusak itinerary kalian hari itu.

Kedua, tumpukan samba (lauk) di sana harus diwaspadai berpotensi merusak diet kalian! Kalian yakin nggak tergoda ngeliat dendeng kering, rendang coklat kehitaman, masakan beraneka jeroan mulai dari hati, limpa, atau iso sapi yang melingkar-lingkar?

Belum lagi menu ikan batalua yang berupa gulai ikan mas berisi gumpalan telur ikan di dalam perutnya. Nama “ikan batalua” sendiri berarti ikan bertelur. Ketika semua lauk itu sudah di depan mata dan kalian punya “kuasa” untuk memilih, saya yakin pada dasarnya kalian kepingin “menunjuk” semuanya! Di sinilah pertentangan batin dimulai.

Ketiga, harga seporsi nasi kapau dengan satu pilihan lauk dibandrol 30 ribu rupiah. Ini juga kudu diwaspadai karena berpotensi membuat dompet jebol. Harga segitu sebenarnya bisa dibilang cukup kooperatif buat sebagian orang. Tapi yang jadi “masalah” selanjutnya adalah kalau pada akhirnya kalian kalap makan ini-itu, sementara kalian biasa pakai uang elektronik. Sebab, tampaknya blio belum ada mesin edc atau scan QR code gitu, sih. Jadi mentang-mentang sudah tahu kalau harganya 30 ribu, jangan ke-pede-an bawa uang ngepas, ya. Kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ini, kan bahaya!

#4 Pasa Ateh

Pasa Ateh (pasar atas) itu salah satu pusat perbelanjaan di Kota Bukittinggi yang sarat dengan nilai sejarah. Pasalnya, ia sudah ada sejak zaman kolonial. Beberapa kali mengalami kebakaran dan renovasi, bentuk bangunan Pasa Ateh saat ini bisa dibilang yang terlihat paling mentereng di kawasan Jam Gadang.

Walaupun menyandang nama “pasa” yang berarti pasar, tapi jangan membayangkan Pasa Ateh seperti pasar tradisional lainnya. Bisa dibilang saat ini Pasa Ateh merupakan satu-satunya mal modern di kota ini. Barang yang dijual di “pasar” ini pun kebanyakan adalah bahan kerajinan khas Bukittinggi seperti mukena, baju koko, kain songket, dan aneka bordiran lainnya. Terus, mengapa kalian harus waspada? Begini.

Baru saja melalui pintu masuknya, saya yakin kalian langsung merasakan hawa yang sangat sejuk, walaupun di luar gedung kamu keringetan. Sirkulasi udara di dalam mal ini bagus sekali. Selalu adem, walau tanpa AC. Apalagi di lantai paling atas tempatnya foodcourt dan permainan anak. Nongkrong di lantai atas ini perlu diwaspadai karena sangat berpotensi membuat orang mengantuk dan ketiduran saking sejuknya udara di sini.

Selain itu, barang-barang yang dijual pun harganya miring kebangetan. Namun demikian, kualitasnya nggak sembarangan. Pokoknya 3-M lah: murah-mantap-mengini. Ini harus diwaspadai karena sangat berpotensi tidak hanya menipiskan dompet, tapi juga diomeli suami saking banyaknya tentengan. Betul-betul jadi kayak nggak mikirin over weight bagasi pesawat saat pulang nanti.

#5 Pical Ayang

Tempat terakhir yang menurut saya perlu diwaspadai juga adalah Pical Ayang. Berlokasi di Simpang Atas Ngarai, Pical Ayang ini menjual beraneka ragam sarapan khas Bukittinggi. Kata “pical” itu dalam bahasa Minang berarti sayur yang disiram kuah kacang. Sementara nama “ayang” sendiri sepertinya adalah nama brand-nya.

Menyandang nama “pical” bukan berarti di sini menjual makanan berkuah kacang saja. Selain menu lontong pical, di sini juga tersedia lontong sayur, bubur kampiun, sampai nasi sup dan makanan sejuta umat: nasi goreng.

Menu lontong sayurnya saja ada dua macam pilihan, yaitu lontong dengan sayur gulai dan lontong dengan sayur tauco yang lebih pedas. Belum lagi menu perbuburan seperti bubur kampiun, bubur candil, bubur kacang hijau, atau bubur ketan hitam. Camilan kecil juga nggak ketinggalan seperti gorengan bakwan, pastel, martabak, risol, mihun plastikan, sampai kue-kue tradisional seperti katan sarikayo, atau katan goreng pisang.

Waspadai beragamnya menu ini. Gunakan nafsu kalian dengan bijak. Maksudnya, jangan sampai nafsu pengin makan ini-itu ngalahin kapasitas perut kalian. Ingat, ke Pical Ayang itu niatnya mau sarapan doang, bukannya buka puasa yang kelewat sahur. Pengalaman saya, makan di sini tidak hanya merusak diet, tapi juga berpotensi merusak rencana kuliner selanjutnya.

Gimana, sudah siap ke Kota Bukittinggi? Waspadalah, karena sebagai kota wisata, Bukittinggi itu sungguh kebangetan asyiknya!

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version