5 Syarat Kultural untuk Jadi Ketua RT

5 Syarat Kultural untuk Jadi Ketua RT Terminal Mojok

Pak RT adalah sebutan untuk ketua rukun tetangga pria, sementara bu RT adalah sebutan untuk ketua rukun tetangga wanita. Bu RT bisa diartikan sebagai istri pak RT sih, jarang juga wanita jadi ketua RT. Di desa saya saja malah nggak ada deh ketua RT wanita. Yang jelas sebagai WNI yang jooos, kita semua punya ketua RT.

Perihal kenal atau nggak, itu perkara Anda masing-masing. Aneh rasanya jika sebagai warga tak mengenal siapa ketua RT-nya. Tapi nggak akan aneh jika Anda memang antisosial, artis yang jarang di rumah, pejabat yang mutakhir atau balita.

Saya sendiri punya seorang ketua RT. Beliau pria seumuran bapak saya. Kalau nggak salah beliau menjabat cukup lama sejak saya masih SMK. Singkatnya, saya tahu pak RT dan kenal baik dengan pejabat satu ini. Saya kan memang warga yang lumayan baik.

Di tempat tinggal saya nggak ada yang namanya pemilihan ketua RT. Yang ada yaaa langsung tunjuk saja, lewat musyawarah tentunya. Soal kriteria dan hal lain saya nggak begitu paham. Pokoknya tahu-tahu sudah jadi saja.

Sebagai warga yang baik, saya sering mengamati tingkah laku pak RT di kampung saya (bukan kepo lho yaaa).
Baik yang satu RT maupun dari RT sebelah. Makanya saya punya beberapa poin mengenai hal yang bisa mempermudah Anda menjadi seorang ketua RT. Semoga setelah membaca tulisan saya ini banyak yang ingin jadi ketua RT juga. Biar agak guna lah hidup kita.

#1 Punya bu RT

Ini poin penting lho. Bu RT bukan sebuah panggilan biasa. Itu adalah gelar sakral di kampung saya. Bayangkan jika nggak ada sosok bu RT, mau jadi apa pak RT? Ke mana-mana pasti dibully.

“Pak RT, mana nih bu RT-nya?”

Kalau pak RT-nya sakit hati dan galau ditanya seperti itu gimana? Mending kalau cuma sedih, kalau sampai menggangu kinerjanya sebagai pak RT gimana? Kita juga yang repot kan. Misalnya pak RT nggak datang saat kerja bakti gara-gara sakit hati, siapa yang bakal jadi tukang nyuruh? Semua acara di tingkat RT bisa-bisa terbengkalai. Alhasil warga bakal repot. Memiliki calon bu RT itu penting jika Anda memang berminat jadi pak RT. Ingat, usahakan nikah dulu. Jika Anda memang jomblo bermental baja, silakan saja mencalonkan diri jadi ketua RT.

#2 Punya penghasilan yang lumayan

Biasanya seorang ketua RT di perkotaan memiliki gaji, berbeda dengan di kampung saya yang nggak ada gaji dan tunjangan lainnya. Karena itulah penting seorang ketua RT punya penghasilan yang baik. Biasanya saat rapat RT, kerja bakti, dan kegiatan lainnya, pak RT bakal membawa buah tangan. Yaaa minimal bawa rokok, makanan atau satu teko teh manis. Jangan dikira itu semua hasil subsidi Pak Jokowi.

Pak RT juga harus siap kalau ada pemuda atau remaja yang datang. Biasanya selain minta tanda tangan, mereka juga suka minta sumbangan. Nah ini lebih gawat lagi. Ada sumbangan 17-an, pengajian, besuk orang sakit, panggung seni, dan masih banyak kegiatan lainnya. Kalau pak RT-nya nganggur pasti malu sendiri wong yang masih nganggur saja pasti malu. Namun kalau di kampung saya, semua itu nggak penting. Ada kok ketua RT yang nggak royal. Biasanya sih dibiarkan saja, paling hanya jadi bahan gunjingan di manapun dan kapanpun. Kalau siap, yaaa silakan.

#3 Dilarang gaptek dan perbanyak literasi

Ini nyambungnya ke grup WhatsApp. Gaptek itu bahaya! Bayangkan kalau seorang pak RT nggak punya WhatsApp, nggak punya Facebook, eh tapi kalau nggak punya Twitter yaaa nggak papa sih. Gimana pak RT bisa dekat dengan warganya kalau mengoperasikan smartphone saja nggak bisa? Hari gini hampir semua orang punya smartphone, memangnya mau datengin rumah orang satu-satu buat ngasih informasi? Ya mana ada yang buka pintu. Oke deh, mungkin ada yang namanya papan pengumuman, tapi saya yakin jarang ada yang baca, palingan cuma dilewatin. Kalau di kampung sih masih ada rapat RT rutin, tapi yang nggak hadir kan bingung juga. Makanya grup WhatsApp solusinya. Kan asyik, bisa perang stiker sambil bercanda dengan bapak-bapak lain yang kebanyakan satu frekuensi. Hehehe.

Nah setelah nggak gaptek, seorang ketua RT harus memperbanyak literasi. Kenapa literasi? Nyatanya literasi ampuh membunuh virus hoaks. Harapan saya sih seorang ketua RT nggak gampang terperdaya hoaks. Jadi, mari perbanyak membaca. Kan bapak-bapak suka bahaya kalau sudah mainan Facebook. Apalagi yang masih noob, semua berita dibagikan tanpa dicek dulu kebenarannya. Kalau mau jadi ketua RT, perbanyaklah pengetahuan.

#4 Tak perlu sangar, minimal berkumis. Kalau wanita yaaa minimal hajah

Seorang ketua RT dituntut memiliki kewibawaan yang tinggi karena dia adalah manusia dengan kasta tertinggi di grup RT. Kalau ketua RT kelihatan lembek kayak jus talas yaaa masa kita mau menghormati? Minimal punya kumis lah biar kelihatan agak laki. Pak RT lho yang nantinya jadi tukang suruh-suruh saat kerja bakti. Masa yang nyuruh-nyuruh tampilannya kayak personel One Direction? Yaaa kurang pas lah. Pokoknya kalau nggak bersarung dan peci, minimal pakai kaus tapi dimasukkin ke celana.

Sementara kalau wanita mau jadi ketua RT biasanya minimal sudah pernah naik haji. Ini memang nggak wajib, tapi ini sangat menentukan. Di negara kita gelar haji masih sangat digemari. Bayangkan jika Anda seorang hajah, Anda bakal mudah dikenali dan selalu diajak jika ada kegiatan. Mau itu pengajian, PKK, senam aerobik, pokoknya seorang hajah pasti bisa masuk di mana saja. Makanya, jadi hajah itu keuntungan besar.

#5 Kalau bisa miliki buah hati yang ringan tangan dan supel

Sekarang mari kita bahas pemuda dan pemudi di lingkup RT. Jika Anda ikut pemilihan ketua RT, pastikan keluarga mendukung Anda. Usahakan punya anak gadis yang baik, bisa juga anak lanang yang supel. Kenapa begitu? Kaum pemuda dan pemudi lah yang nanti banyak membantu kegiatan Anda. Selain itu, saat pemilihan nanti Anda akan punya pendukung dari kalangan muda.

Jika punya anak yang dekat dengan warga terutama para pemuda, Anda bisa lebih mudah menjalankan program RT. Anda tak perlu repot cari panitia, semua pemuda pasti menawarkan diri. Apalagi jika anak Anda cantik dan tampan, lebih mudah lagi. Bakal banyak pemuda-pemudi yang caper pada Anda. Tanpa disuruh pun para orang caper ini bakal membantu kegiatan RT.  Apalagi di era sekarang di mana sudah jarang anak muda mau ikut kerja bakti.

Saya kira segitu dulu syarat jadi ketua RT. Banyak syarat lain yang sebetulnya mau saya sampaikan, tapi 5 poin tadi menurut saya sudah cukup. Semoga Anda sekalian nanti bisa sukses jadi ketua RT. Sekian dan selamat mencoba.

BACA JUGA Pyramid, Senar Gitar dari Generasi ke Generasi dan tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version