5 Pesan Rahasia di Balik Kolaborasi Yamaha dan Komeng

5 Pesan Rahasia di Balik Kolaborasi Yamaha dan Komeng (Unsplash)

5 Pesan Rahasia di Balik Kolaborasi Yamaha dan Komeng (Unsplash)

Pada masanya, Komeng dan Yamaha hampir mustahil dipisahkan. Keduanya semacam deadly duo. Dua nama ini ibarat suara Freddie Mercury di lagu-lagu Queen. Klop. Siapa yang nggak setuju?

Bagi generasi 2000an yang doyan nonton TV, termasuk iklan-iklannya, pasti tahu betapa nyentriknya iklan Yamaha kala itu. Produsen motor asal Jepang ini nyatanya berhasil memberi nilai tersendiri pada barang dagangannya.

Namun, di samping itu semua, ada hal menarik yang sayang untuk dilewatkan. Siapa yang menyangka, beragam iklan klasik Yamaha itu mengandung pesan-pesan luhur untuk masyarakat?

Sebagai orang yang gemar mengamati fenomena, saya mencoba memberi sudut pandang lain. Menurut saya, ada lima kritik sosial yang bisa diambil dari kumpulan adegan Komeng dalam iklan-iklan Yamaha.

#1 Larangan ngebut dari Yamaha

Jika diperhatikan, terdapat adegan yang memperlihatkan sang komedian senior sedang memacu Yamaha Jupiter Z-nya. Karena kelakuannya itu, Ida Kusumah nggak segan-segan untuk mendamprat Komeng.

Bagaimana tidak? Pasalnya, jemurannya yang sudah rapi jadi berantakan dalam sekejap. Saking kencangnya, sampai-sampai pakaian Deddy Mizwar dan Didi Petet pun dibuat amburadul.

Maka, dapat disimpulkan bahwa banyak kerugian yang ditimbulkan dari aksi kebut-kebutan. Apalagi, jika Anda menggunakan motor bebek yang didesain untuk pemakaian serbasantai.

#2 Komeng mengajarkan disiplin waktu

Salah satu promosi Yamaha Jupiter Z juga mengajarkan kita untuk disiplin soal waktu alias anti-ngaret. Masih nggak percaya? Coba bayangkan ulang adegan kocak di bawah ini.

“Undangannya jam 7 nih,” ucap seorang perempuan berbaju merah yang duduk di bangku belakang. Pastinya sambil panik.

“Tenang, ini kan Jupiter baru. Jupiter Z!” balas Komeng dengan keyakinan yang menggebu-gebu. Usai meliuk-liuk di jalanan dengan lincahnya, motor Yamaha 110cc ini pun sampai di lokasi tujuan.

Sudah tahu apa kelanjutannya, kan? Ya, tempat yang dituju pun belum buka. Kendati demikian, ada baiknya untuk berangkat tepat waktu agar nggak buru-buru.

#3 Rendah hati seperti Valentino Rossi

Nama besar Yamaha tentu berbanding lurus dengan prestasi eks pembalap MotoGP kawakan, Valentino Rossi. Selama total 16 tahun menunggangi Yamaha, berbagai podium sudah dicicipi.

Kini, sepak terjangnya di sirkuit mungkin dirindukan usai pensiun pada 2021 silam. Tapi, percakapannya dengan Komeng di salah satu proyek iklan Yamaha bisa menjadi bahan nostalgia.

Iklan pabrikan motor berlambang garpu tala ini menyajikan dialog antara Komeng dan Rossi yang baru bertemu kembali setelah sekian lama. Meski gelar legend sudah disematkan, pria asal Italia tersebut justru menyapa Komeng dan kawan-kawan dengan santainya.

Dalam sebuah wawancara, Komeng pun mengungkapkan bahwa The Doctor adalah sosok yang nggak sombong. Jadi, kalau Anda suka merasa congkak, silakan introspeksi diri terlebih dulu.

#4 Pembangunan infrastruktur harus lebih matang

Kata orang, setiap iklan memiliki zaman di mana produksinya cocok dengan kondisi sosial yang berlaku saat itu. Namun, saya berpendapat bahwa iklan yang satu ini betul-betul tak lekang dimakan zaman.

Suatu hari, jembatan baru Desa Cibebek-Cibulu akan segera diresmikan oleh Toro Margen selaku kepala desa, namun Komeng belum juga tiba. Maka, dengan kecepatan penuh, pelawak Betawi-Sunda ini memacu Yamaha Jupiter MX teranyar.

Belum sempat digunakan untuk umum, jembatan itu malah jadi bulan-bulanan. Dengan beragam fiturnya yang mutakhir kala itu, Yamaha Jupiter MX “sukses” merobohkan keseluruhan bangunan yang bertujuan untuk menghubungkan dua desa.

Berkaca pada masa sekarang, berapa banyak infrastruktur yang cepat rusak akibat proses pembangunannya yang sembrono? Lumayan menyentil, kan? Istilah kerennya, Komeng and Yamaha in their prime.

#5 Bersikap bodo amat dengan pidato pejabat daerah

Apakah Anda bosan dengan pidato pejabat daerah yang klise dan itu-itu saja? Apakah wacana yang dilontarkan oleh para politisi tanah air sama sekali nggak menyulut semangat? Komeng punya solusi untuk mengatasinya.

Ketika sang pejabat Desa Cibebek tengah memberi penyuluhan, Komeng dan motornya datang lalu merusak segala yang ada, mulai dari panggung hingga pengeras suara yang sebesar gaban. Simbol atas sikap bodo amat. Hihihi!

Belakangan, bagi saya pribadi, makin marak saja pidato politik yang nggak lebih berbobot daripada Yamaha Jupiter Z kepunyaan Komeng ini. Maka, bersikap bodo amat adalah salah satu jalan keluar paling luwes.

Nggak bisa disangkal, dari kacamata saya, Komeng dan Yamaha adalah sebaik-baiknya kritik sosial. Terlepas dari itu semua, hal ini semata-mata untuk memajukan masyarakat. Pokoknya, jangan sampai “makin ketinggalan”.

Penulis: Muhammad Faisal Akbar

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Yamaha Mio: 3 Kebiasaan Buruk Pemilik Matik yang Gampang Kambuh

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version